Kemenristek/BRIN Dorong Habibie Prize Jadi Penghargaan Bergengsi Layaknya Nobel

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ajang penghargaan Habibie Award mulai tahun 2020 secara resmi diserahterimakan kepada Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN). Penghargaan bergengsi bagi para para ilmuwan (periset) di Indonesia ini berubah nama menjadi Habibie Prize.

Sejak tahun 1999, Habibie Award diselenggarakan oleh Yayasan Sumber Daya Manusia (SDM) Iptek yang didirikan oleh B.J. Habibie, Hasri Ainun Habibie, Ilham Akbar Habibie, dan Thareq Kemal Habibie pada 12 Mei 1997. Hingga tahun 2019, Habibie Award telah diberikan kepada 66 orang penerima penghargaan tersebut.

Selanjutnya, Kemenristek/BRIN telah bersepakat bersama Yayasan SDM Iptek untuk bersama-sama menyelenggarakan Habibie Award mulai tahun 2020. Penandatangan Piagam Serah Terima Penyelenggaraan Habibie Award dari yayasan SDM Iptek kepada Kemenristek/BRIN dilaksanakan secara virtual pada Jumat (6/11/2020).

Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro mengatakan selama ini Habibie Award ruang lingkupnya masih inisiatif yayasan atau keluarga almarhum B.J. Habibie. Di bawah dukungan Kemenristek/BRIN, penghargaan Habibie Award yang berubah nama menjadi Habibie Prize, ruang lingkupnya menjadi level nasional bahkan ke depannya bisa diangkat ke level internasional.

“Ide dari Habibie Award ini sangat luar biasa karena memberikan penghargaan kepada peneliti, perekayasa atau dosen yang sudah mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Menristek dalam sambutannya saat penandatanganan piagam serah terima Habibie Award.

Menristek berharap penghargaan Habibie Award dapat memperkaya kriteria dan atau jenis  penghargaan,  bagi para peneliti/periset dan perekayasa Indonesia. “Oleh sebab itu, kita ingin jadikan penghargaan ini  sebagai The Ultimate One. Anugerah tertinggi untuk peneliti, yang  kedepannya diharapkan agar menjadi bergengsi seperti layaknya Nobel Prize,” ungkapnya.

Perubahan nama menjadi Habibie Prize diberikan karena Pemerintah dalam hal ini Kemenristek/BRIN berniat untuk mengakselarasi perhargaan ini ke tingkat Internasional di masa yang akan datang. Dengan demikian Habibie Prize tidak lagi hanya menjadi kegiatan Yayasan SDM Iptek, tetapi akan menjadi agenda tahunan dari Kemenristek/BRIN yang akan ditingkatkan menjadi penganugerahan  SDM Iptek level Internasional.

Berbicara mengenai Nobel Prize, Menristek berharap agar warga negara Indonesia ke depannya juga bisa mendapatkan penghargaan paling bergengsi tersebut. Sampai saat ini belum ada keturuan Indonesia yang mendapatkan Nobel Prize. Padahal, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia.

“Jadi saya berpikir ada perencanaan yang sistematis. Suatu hari nanti ada penerima Nobel dari Indonesia. Karenanya, harus ada budaya ekosistem untuk berkarya lebih di bidang Iptek dan harus dikembangkan,” jelas Bambang.

Agenda Habibie Prize tahun ini diadakan pada 10 November, sebagai rangkaian acara penutupan Hakteknas dan pembukaan Indonesian Innovation Expo 2020. Penghargaan Habibie Prize akan diberikan kepada perseorangan atau badan yang dinilai aktif dan berjasa besar dalam menemukan, mengembangkan dan menyebarluaskan berbagai kegiatan Iptek yang baru (inovatif) serta bermanfaat secara berarti (signifikan) bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan dan perdamaian.

Untuk sementara Habibie Prize akan mengikuti format lama yang terdiri dari lima kategori, yaitu Bidang Ilmu Dasar; Bidang Ilmu Kedokteran dan Bioteknologi; Bidang Ilmu Rekayasa; Bidang Ilmu Sosial, Ekonomi, Politik dan Hukum; serta Bidang Ilmu Filsafat, Agama, dan Kebudayaan. “Kedepan mungkin kita perlu berpikir apakah perlu ada perluasan dari kategori atau ada perubahan,” tutur Menristek.

Ketua Pembina Yayasan SDM Iptek Wardiman Djojonegoro mengatakan bahwa Yayasan SDM Iptek sangat senang karena Habibie Award bisa ditangani oleh Kemenristek/BRIN. Pihaknya tetap berkomitmen untuk membantu dan bermitra dengan Kemenristek/BRIN dalam pelaksanaan Habibie Prize pada tahun-tahun selanjutnya.

“Mudah-mudahan di bawah naungan Kemenristek maka Habibie Prize akan betul-betul meningkat prestasi dan mutunya, serta dihargai tidak saja nasional tetapi juga internasional,” tutup Wardiman.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author