Indonesia akan menghadapi era baru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal 2016. Era yang menyatukan negara kawasan ASEAN dalam satu basis pasar dan produksi. Prinsip pasar terbuka menjadi tantangan bagi Indonesia, dimana akan terjadi arus bebas produk, jasa, investasi dan modal. Kemampuan daya saing melalui peningkatan penguasaan dan pemanfaatan iptek menjadi kunci mengatasi era tersebut.
Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kemeristekdikti, Jumain Appe mengatakan dalam rangka mendorong perekonomian nasional yang berdaya saing, kita harus mengembangkan sumber daya manusia dan inovasi teknologi. “Kalau ingin menguasai basis pasar ini, tentunya kita harus meningkatkan daya saing,” kata Jumain dalam jumpa pers pelaksanaan Innovation Business Gathering (IBG) 2015, di Jakarta pada Selasa (8/12).
IBG yang akan diselenggarakan pada 14-16 Desember 2015 merupakan salah satu upaya strategis untuk mendorong peningkatan inovasi industri dalam menghadapi MEA. IBG 2015 menjadi upaya meningkatkan peran teknologi dan hasil research dan development melalui sinergi dan kolaborasi antara Academic, Business and Government (ABG) . “Kegiatan ini akan mendorong peningkatan kapasitas inovasi industri nasional dan bentuk pertanggungjawaban publik mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam penguatan inovasi,” lanjut Jumain.
Menurut Jumain, dalam peningkatan daya saing ada beberapa hal yang harus dilaksanakan misalnya bagaimana mengembangkan infrastruktur yang memadai. “Yang penting, bagaimana Kemenristekdikti mendorong inovasi terhadap produk barang dan jasa supaya bisa produktif dan meningkatkan nilai tambah,” kata Jumain.
Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemeristekdikti telah mengindentifikasikan berbagai produk teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang dan perguruan tinggi. Produk ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bisnis yang berbasis inovasi teknologi.
“Dalam industri peternakan, selama ini kita mencanangkan swasembada daging, tapi tidak pernah tercapai. Padahal hasil-hasil teknologi di bidang peternakan banyak sekali yang dikembangkan oleh lembaga litbang dan perguruan tinggi. Misalnya LIPI mengembangkan Sapi Onggok, sapi Bali yang dikawinkan dengan metode IB Sexing. Hasilnya sapi-sapi unggul dengan berat badan di atas 600 Kg. Bahkan ada yang sampai 1 ton,” ungkap Jumain.
Ke depan, lanjut Jumain, kita harus mendorong tumbuhnya industri peternakan dari hulu sampai hilir. Hulunya bagaimana mengembangkan bibit unggul melalui proses embrio transfer atau inseminasi buatan. “Kemudian pengembangbiakan hingga processing akhir. Termasuk di dalamnya kita harus mengembangkan industri pakan ternak. Selama ini pakan ternak masih impor, padahal sebenarnya bahan baku pakan banyak terdapat di Indonesia,” kata Jumain
Karena itu, harus ada strategi agar Indonesia bisa memperoleh keuntungan dengan diberlakukannya MEA. Salah satunya mendorong penggunaan produk dalam negeri, perbaikan infrastruktur dan perbaikan sistem logistik nasional, peningkatan sumberdaya manusia dan membangun industri yang berbasis nilai tambah.
Di samping itu, perlu dilakukan penerapan standar mutu untuk produk dan jasa yang akan masuk ke pasar Indonesia, perbaikan sistem pengelolaan ekspor impor serta memperketat pengawasan. “Akses pasar luar negeri juga harus diperketat, sehingga daya saing bangsa meningkat. Untuk itu diperlukan langkah strategis, salah satunya memperkuat sinergitas aktor inovasi,” pungkas Jumain.
Agenda kegiatan IBG 2015 antara lain talkshow mengenai kebijakan nasional terkait sistem inovasi, kebijakan riset, kebijakan fiskal dan non fiskal terkait R&D, serta mobility SDM iptek ke industri. Kegiatan tiga hari di Auditorium Gedung BPPT ini, juga akan diadakan penandatanganan MOU, peluncuran produk inovasi, pelepasan mahasiswa dalam lomba Mobil Hemat Energi, dan pameran inovasi.