Jakarta, Teknology-Indonesia.com – Persoalan sampah plastik terutama di kota-kota besar belum terselesaikan hingga kini. Bahkan jumlahnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
Permasalahan ini mendorong tiga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan tempat sampah pembakar dan pemotong otomatis. Alat dirancang untuk membantu mengurangi jumlah sampah plastik dan styrofoam.
Tempat sampah yang dinamai Autoplasbin ini dikembangkan Said Ahmad dan Ardhi Kamal Haq dari Fakultas MIPA serta Amri Siddiq Pangestu dari Fakultas Teknik bersama dosen pembimbing Ahmad Kusumaatmaja. Inovasi yang lahir melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM ini pun berhasil memperoleh dana hibah penelitian dari Kemenristekdikti.
“Tempat sampah ini dirancang dengan pembakaran plasma di dalamnya sehingga mampu melelehkan dan memperkecil volume sampah plastik dan styrofoam yang dibuang,” papar Said Ahmad, Ketua tim pengembang Autoplasbin, Jumat (6/7/2018) di Ruang Fortakgama UGM.
Autoplasbin juga dilengkapi dengan sensor inframerah untuk mendeteksi adanya sampah yang masuk serta mengetahui tingkat pembakaran di dalamnya. Penambahan komponen ini ditujukan agar pembakaran plasma terjadi hanya jika ada sampah yang dimasukkan ke dalam tempat sampah. Dengan begitu, bisa menghemat penggunaan energi listrik.
“Tempat sampah ini juga dirancang dengan cerobong asap untuk mengeluarkan asap hasil pembakaran,” terangnya.
Autoplasbin bekerja dengan cara mengubah sinyal listrik menjadi tegangan listrik menengah yang dibangkitkan oleh generator plasma. Pengguna yang akan membuang sampah, cukup dengan menekan bagian bawah untuk membuka penutup. Setelah sampah masuk akan terdeteksi inframerah sehingga generator dan plasma akan hidup dan melewati pembakar plasma.
Menurut Amri latar belakang perancangan Autoplasbin karena semakin banyaknya jumlah sampah di Indonesia yakni 175.000 ton sampah per hari. Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penghasil sampah terbesar dunia setelah RRC. “Sampah plastik dan styrofoam tidak bisa diurai dan menjadi musuh utama bagi manusia serta lingkungan,” lanjutnya.
Purwarupa Autoplasbin berwujud tempat sampah berbentuk silinder berukuran 30 x 60 cm. Badan utama tempat sampah ini dibuat dengan menggunakan bahan stainless steel sebagai pelapis badan Autoplasbin. Otak dari alat ini adalah mikrokontroler yang menerima dan mengolah data dari sensor yang dipasang di tempat sampah. Di dalamnya juga ditambahkan sensor suhu untuk mengontrol tingkat panas.
Ardhi menambahkan, alat yang dikembangkan memiliki sejumlah keunggulan dibanding insinerator yang ada di pasaran. Autoplasbin dikembangkan di dalam negeri sehingga harganya lebih murah daripada insinerator pasaran yang didatangkan dari luar negeri yang harganya mencapai milyaran rupiah.
“Alat di pasaran mencapi 550 juta sampai puluhan miliyar. Sementara alat ini jika diproduksi massal bisa dijual dengan harga Rp. 2 juta,” jelasnya.
Selain itu, alat ini unggul karena dikembangkan dengan sistem reduksi otomatis. Sedangkan alat lain pada umumnya pengendalian saat proses reduksi sampah dilakukan secara manual.
Kehadiran Autoplasbin diharapkan bisa memudahkan masyarakat dalam mengatur jumlah sampah plastik dalam tempat sampah. Tidak kalah pentingnya adalah sampah plastik dapat lebih mudah untuk ditindaklanjuti karena volumenya sudah diperkecil.