Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki sembilan situs yang terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO. Salah satunya, Candi Borobudur yang ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia sejak 1991.
Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini merupakan candi Buddha terbesar di dunia dengan stupa raksasa yang mewakili kosmologi Buddha.
Candi Borobudur disusun sembilan platform bertumpuk, 6 bujur sangkar dan 3 bundar, dan diatapi kubah pusat dengan 504 arca Buddha dan 2.672 panel relief, sehingga diperlukan berbagai upaya dan pendekatan untuk menjaga kelestarian Candi Borobudur.
Salah satu upaya pelestarian yang dilakukan adalah dengan membagi kawasan Candi Borobudur menjadi lima zona, yaitu zona 1 (area suaka), zona 2 (zona taman purbakala), zona 3 (zona regulasi tata guna lahan), zona 4 (zona pelestarian pemandangan panorama) dan zona 5 (zona taman purbakala nasional).
Zona 1 (area suaka) adalah monumen Candi Borobudur dan sekeliling pelataran terdekatnya, yang dikelola oleh Balai Konservasi Borobudur (Museum dan Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur) di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Salah satu persoalan mendasar dalam kehidupan budaya masyarakat modern adalah melestarikan warisan arkeologi secara tepat dengan mempertimbangkan berbagai aspek terkait.
Bentang alam sekitar, terutama pepohonan yang tumbuh di kawasan candi, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari peninggalan sejarah. Vegetasi di sekitar kompleks candi mewakili spesies tumbuhan penting yang secara budaya tidak hanya memiliki hubungan sejarah dengan tradisi agama Buddha tetapi juga nilai estetika bagi pengunjung.
Berdasarkan peraturan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 tentang ‘Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Wisata Candi Prambanan Serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya’, setiap zona memiliki peruntukan yang berbeda.
Zona 1 merupakan lingkungan kepurbakalaan yang diperuntukan bagi perlindungan dan pemeliharaan lingkungan fisik candi. Karena itu, berbagai jenis tumbuhan yang hidup di zona 1 sebaiknya memiliki karakteristik yang tidak bertentangan dengan fungsi perlindungan dan pemeliharaan struktur fisik candi.
Peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN dan Peneliti dari Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan BRIN berkolaborasi dengan Tim dari Museum & Cagar Budaya Warisan Dunia Borobudur melakukan penelitian untuk mengevaluasi risiko berbagai pohon yang ada di bagian dalam zona 1 terhadap pelestarian Candi Borobudur.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destario Metusala di laman brin.go.id menyebutkan bahwa dalam studi ini dirinya dan tim peneliti merancang sistem penilaian risiko pohon secara terukur sebagai prosedur dalam mengevaluasi semua pohon yang ada di zona 1 bagian dalam, sekaligus menemukan dampak potensial yang mungkin timbul terhadap kelestarian fisik Candi Borobudur.
Zona 1 bagian dalam merupakan zona inti yang mengelilingi Candi Borobudur. Karena itu, pepohonan yang tumbuh di bagian dalam zona 1 berperan sangat penting sebagai penghijauan, pembatas antara candi dengan area publik, melestarikan fungsi ekologis dan nilai spiritual serta budaya yang terkandung dalam sejarah candi tersebut.
Namun, pepohonan yang ditanam di area ini juga dapat berdampak langsung pada kelestarian candi melalui berbagai risiko, seperti; pertumbuhan akar lateral, tumbangnya pohon atau cabang, inang serangga, ataupun melalui penyebaran biji.
Selain itu juga berpotensi menimbulkan risiko cedera bagi staf pengelola dan pengunjung. Berbagai jenis pohon yang ditanam di zona ini, antara lain Ficus religiosa (pohon bodhi), Pinus sp. (pinus), Tamarindus indica (asam jawa), Cassia fistula (trengguli), Terminalia catappa (ketapang), Cassia javanica (kasia), Calophyllum inophyllum (nyamplung), Ficus lyrata (pohon biola), Cocos nucifera (kelapa).
Inventarisasi pohon dilakukan untuk semua individu pohon yang tumbuh di bagian dalam zona 1. Perekaman data untuk setiap pohon meliputi nama jenis, karakter jenis, diameter batang, tinggi tanaman, diameter tajuk dan data GPS.
Data pada semua elemen tersebut penting untuk memberikan informasi kerangka risiko pada masing-masing individu pohon. Hasil analisis terhadap pohon yang tumbuh di bagian dalam zona 1 menunjukkan bahwa terdapat 613 individu pohon dari 93 spesies berbeda tumbuh di kawasan ini.
Di antaranya, terdapat 12 pohon yang tergolong berisiko tinggi (1,96%), 73 pohon (11,91%) tergolong berisiko sedang, dan 521 pohon (84,99%) berisiko rendah, dan hanya 7 pohon (1,14%) yang berisiko minimal.
Rekomendasi dari penelitian ini bahwa semua individu pohon yang dikategorikan berisiko tinggi perlu dikelola dengan hati-hati untuk mengurangi risiko bahaya yang dapat membahayakan kelestarian Candi Borobudur.
“Pemantauan risiko pohon pun harus dilakukan secara berkala sebagai sistem antisipasi untuk mengendalikan segala kemungkinan risiko yang dapat mengancam kelestarian Candi Borobudur di kemudian hari,” terang Destario.
Strategi pengelolaan yang paling efisien untuk jangka panjang, mungkin dapat dilakukan dengan memindahkan semua pohon berisiko tinggi tersebut ke lokasi baru yang cukup jauh dari bangunan candi.
Namun, jika pohon-pohon berisiko tinggi tersebut diputuskan untuk tetap pada posisinya, maka strategi pengelolaan yang intensif harus dilakukan, antara lain melalui pertama, pembuatan penghalang buatan untuk mengendalikan pertumbuhan akar lateral pohon sehingga tidak menembus ke area struktur candi.
Kedua, pemangkasan batang secara teratur untuk menjaga pohon pada ketinggian tertentu dengan resiko yang lebih kecil. Ketiga, pemangkasan batang ekstrem secara teratur dan pemangkasan buah secara teratur untuk menjaga pohon pada ketinggian yang cukup pendek untuk meminimalkan jarak penyebaran benih oleh angin serta untuk mengurangi jumlah buah.
Keempat, penghentian proses pembusukan jaringan pada batang yang rusak menggunakan perlakuan kimiawi. Kelima, peningkatan daya dukung kekuatan mekanis batang yang rusak dengan pengisian struktur semen penguat pada bagian yang berlubang. Dan terakhir, pemberian tanda peringatan pada pohon-pohon yang beresiko tinggi tumbang ataupun dahan roboh.
Kedepan diharapkan pihak pengelola zona 1 kawasan Candi Borobudur dapat lebih selektif, baik dalam pemilihan jenis tanaman maupun penentuan lokasi penanaman di zona 1 bagian dalam.
Publikasi ilmiah lengkap hasil penelitian berjudul “Risk Assessment of Various Trees Grown in the Inner part of First Zone to the Preservation of the Borobudur Temple” dapat diakses pada https://ijcs.ro/public/IJCS-23-42_Metusala.pdf.