Jakarta, Technology-Indonesia.com – Empat perempuan peneliti Indonesia menerima penghargaan L’Oréal-Unesco For Women In Science National fellowships 2019. Penghargaan diberikan atas usaha mereka dalam mengembangkan inovasi ilmiah guna wujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Keempat perempuan peneliti tersebut adalah Dr. Sc. Widiastuti Karim, M.Si dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana; Dr. rer.nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, M.IL., M.Sc, dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Dr. Swasmi Puwajanti, M.Sc, dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); dan Dr. Eng. Osi Arutanti, M.Si, dari LIPI.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengapresiasi kepedulian sekaligus kontribusi dunia usaha terhadap penguasaan sumber daya manusia dan iptek melalui riset. Ia berharap kerjasama L’Oréal-Unesco ini bisa terus mengairahkan dan menyejukkan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap) yang ada di Indonesia.
“Kami dan pemerintah terus bekerja keras untuk memperbaiki ekosistem dari litbangjirap tersebut antara lain dengan berbagai perbaikan regulasi, memperbanyak dan meningkatkan kualitas pelaksanaan penelitian, dan berbagai upaya lain yang terus mendorong agar hasil-hasil penelitian semakin membumi dan semakin bermanfaat bagi bangsa Indonesia,” ujar Bambang dalam acara Penganugerahan L’Oréal-Unesco Fellowship For Women In Science 2019 di Jakarta pada Selasa (26/11/2019).
Menristek/Kepala BRIN berharap produk-produk L’Oréal yang ada di Indonesia merupakan produk yang research and development-nya dikembangkan di Indonesia oleh peneliti Indonesia dan diharapkan produk yang dihasilkan menjadi produk yang kompetitif yang menjadi produk acuan dari L’Oréal sendiri ketika mereka beroperasi secara global.
“Keberadaan Kemenristek/BRIN diharapkan akan terus mendorong hasil-hasil litbangjirap dapat ditingkatkan kualitasnya serta bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. BRIN akan menjalankan litbangjirap secara terintegrasi dengan mensinergikan seluruh unsur rencana, program, anggaran serta sumberdaya litbangjirap yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Ketua Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco, Arief Rachman menyatakan bahwa L’Oréal-Unesco For Women in Science merupakan bentuk usaha L’Oréal dan Unesco dalam memberdayakan kontribusi ilmuwan perempuan di dunia sains.
“Berdasarkan data Unesco Institute for Statistics, meskipun angka ilmuwan perempuan tergolong rendah, terdapat peningkatan jumlah ilmuwan perempuan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Melalui program ini, kami berharap dapat mendukung para ilmuwan perempuan untuk memberikan kontribusi nyata dalam mengembangkan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia,” lanjutnya.
Empat perempuan peneliti terpilih menjadi pemenang L’Oréal-Unesco For Women in Science 2019 oleh Dewan Juri yang diketuai oleh Endang Sukara. Peneliti Widiastuti Karim dari Universitas Udayana melakukan studi fungsi biologi Green Fluorescent Proteins (GFP) guna mengatasi pemutihan pada karang. Kecintaaan Widiastuti Karim akan ekosistem laut telah dimulai sejak usia kecil dan semakin berkembang seiring dengan studinya mengenai ekosistem tersebut. Ia akan meneliti fungsi biologi GFP pada karang untuk mengatasi fenomena pemutihan karang di Indonesia sehingga dapat merehabilitasi ekosistem terumbu karang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang besar bagi dunia kelautan khususnya Indonesia.
Ayu Savitri Nurinsiyah, dari LIPI telah melakukan eksplorasi penemuan keong darat yang tepat dalam mengungkap potensi biodiversitas sebagai solusi masalah kesehatan. Ayu Nurinsiyah dikenal diantara koleganya sebagai salah satu ahli terbaik dalam hal fauna keong darat Jawa. Untuk mengungkap potensi biodiversitas Indonesia sebagai solusi dari masalah-masalah kesehatan, Ayu akan meneliti jenis keong darat native dan endemik Jawa yang memiliki aktivitas antimikroba terampuh dari protein mucus (lendir)nya. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memanfaatkan biodiversitas keong darat native dan endemic Jawa secara berkelanjutan.
Swasmi Puwajanti peneliti dari BPPT telah melakukan eksplorasi pengembangan super nanoadsorben multi-fungsi berbasis magnesium oxide dari bittern untuk dekontaminasi air yang lebih efisien. Swasmi percaya bahwa bittern dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku fungsional nanomaterial untuk menangani isu polusi air. Ia akan meneliti pemanfaatan dari bittern (hasil samping dari produksi garam) sebagai bahan baku pembuatan nanoadsorben. Melalui penelitian ini, ia berharap dapat membantu mengatasi permasalahan penyediaan air bersih yang bebas kontaminan di Indonesia melalui pendekatan nanoteknologi dengan biaya yang terjangkau.
Sementara, Osi Arutanti, peneliti dari LIPI melakukan eksplorasi alternatif fotokotalis material yang efisien dan dapat diaktivasi dengan tenaga surya sebagai solusi permasalahan lingkungan. Osi menyadari teknologi pengolahan air yang ramah lingkungan dan berkelanjutan perlu diciptakan untuk mengatasi permasalahan kelangkaan air bersih. Ia akan meneliti alternatif photocatalytic yang terjangkau, bisa direalisasikan, efisien, yang dapat diaktivasi dengan tenaga surya. Photocatalytic adalah proses oksidasi didalam air yang dapat mendekomposisi polutan organik yang dipecah menjadi karbon dioksida dan H2O. Air yang tercemar melalui proses ini dapat terurai dan aman bagi lingkungan.
L’Oréal-Unesco For Women in Science yang digelar sejak 2004 ini mempunyai misi untuk mengakui, menyemangati, dan mendukung wanita di bidang sains, sehingga semangat perempuan di bidang sains meningkat. Progam ini telah memberikan fellowship kepada 57 perempuan peneliti di Indonesia, lima diantaranya telah menerima penghargaan internasional. Keempat pemenang masing-masing akan menerima fellowships sebesar 95 juta rupiah dari L’Oréal Indonesia untuk mewujudkan penelitiannya.