Menyingkap Geopark Kebumen, The Mother of Java Dengan Tiga Geo Trail

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki sejumlah geopark yang tersebar di beberapa daerah. Salah satu geopark yang berada di Pulau Jawa adalah Geopark Kebumen yang memiliki luas daratan 1.138,70 kilometer persegi dan lautan 21,98 kilometer persegi. Di dalam Geopark Kebumen, terdapat 22 kecamatan dengan 374 desa.

Kawasan yang awalnya hanya 0,5 dari luas sekarang telah dilakukan penambahan, karena adanya kawasan lindung geologi di bagian utara (Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung/KCAG) dan di bagian selatan (Kawasan Bentang Alam Karst Gombong Selatan/KBAK). Perluasan ini diperlukan untuk meningkatkan manfaat ekonomi pembangunan berkelanjutan pada masyarakat.

Peneliti Pusat Riset Sumber Daya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Chusni Ansori dalam laman brin.go.id menjelaskan, Geopark Kebumen memiliki tiga geo trail.

Trail berwarna hijau adalah trail ke arah Karangsambung, yang berbicara tentang The Mother of Java, sedangkan untuk warna kuning (ke arah barat) bercerita tentang earth and human live. Kemudian geo trail yang berwarna ungu dibagian selatan, kawasan tentang kehangatan wisata Kebumen (the warm of paradise).

“Tiga trail ini menunjukkan kombinasi antara keragam geologi, biologi, dan budaya, dimana trail ke arah Karangsambung bercerita tentang The Mother Earth,” jelas Chusni pada Seminar Geopark Mendunia, di Kebumen, Minggu (18/6/2023).

Chusni memaparkan di dalam The Mother of Earth memiliki sejumlah peristiwa geologi yang unik. Warna batuan yang bermacam-macam menandakan jenis batu yang berbeda-beda.

“Kelihatannya batu-batu itu indah semua, namun jika kita bicarakan di dalam konteks geologi adalah the best evidence of tectonic theory in Southeast Asia. Karena itu, dari tahun 1964 sudah dipakai untuk pendidikan geologi lapangan yang sekarang berkembang menjadi beragam kegiatan edukasi kebumian dan geowisata,” paparnya.

Menurutnya, untuk batuan yang masuk ke kawasan lindung atau cagar dan juga sebagian masuk ke situs, jika dilihat dari cerita geologi yang ada dapat simpulkan bahwa Geopark Kebumen adalah tempat pertemuan antara lempeng Samudra Hindia dengan Benua Asia.

“Terjadi sekitar 119 juta tahun yang lalu diikuti oleh pengangkatan, vulkanisme, dan pembentukan morfologi karst, proses itu menghasilkan bentang-bentang alam dan batuan yang menarik,” ujar Chusni.

Dia menunjukkan, Geopark Kebumen memiliki krakal atau air panas. Air panas ini bukan berasal dari vulkanik seperti air panas di Rinjani, Batur, dan Ijen.

“Air panas di Geopark Kebumen adalah produk dari patahan dalam serta pengaruh gradian geotermal, sehingga menghasilkan suhu sekitar 38 hingga 39 derajat Celsius, dengan kandungan sulfur rendah dan tinggi garam. Sejak zaman Belanda, mata air panas krakal telah dipakai untuk penyembuhan,” terangnya.

Salah satu situs yang banyak dibicarakan di kawasan Geopark Kebumen, adalah Karangbolong dengan Sagara View. Karangbolong memiliki sisi geologi menarik, karena Karangbolong merupakan tinggian (horst), sedangkan ke arah timur hingga Yogyakarta merupakan rendahan (graben).

Morfologi ini terbentuk akibat patahan geser Kebumen-Muria di sisi timur serta patahan Cilacap-Pemanukan di sisi Barat. Menurut Chusni, situs Gunung Api Purba Nglanggeran seumur dengan batuan vulkanik di Tinggian Karangbolong.

“Keragaman geologi Geopark Kebumen merupakan gabungan dari Geopark Global UNESCO Ciletuh-Pelabuhanratu di Sukabumi serta Geopark Gunung Sewu di Gunung Kidul hingga Pacitan,” kata Chusni.

Dia menyebutkan, beberapa budaya yang ada di Geopark Kebumen memiliki banyak variasi dari Era Megalitikum, Hindu-Buddha, Islam, serta kolonial yang mempunyai hubung kait dengan keragaman geologinya.

“Sedangkan keragam budayanya meliputi kawasan Mangrove Ayah, Hutan Pager Jawa, kelapa genjah entok, sapi PO, dan beberapa keragaman biologi lainnya,” tegasnya.

Geopark Kebumen memiliki paket lengkap dari sisi geologi, keragaman budaya, dan biologi. Untuk itu, Chusni dan tim pernah melakukan kajian yang menghasilkan branding geopark berbasis budaya dengan akronim LAWET.

LAWET yakni singkatan dari Local Arts for Wonderfully Enhancing Tourism. Kajian ini berisikan keragaman seni budaya lokal yang berperan strategis dalam peningkatan pariwisata berbasis budaya pada Kawasan Geopark Karangsambung sebagai Lantai Samudera Purba. Untuk itu, menurutnya langkah selanjutnya adalah menentukan pengemasan dari Geopark Kebumen untuk mendunia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author