Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di masa liburan sekolah, salah satu koleksi Kebun Raya Cibodas, Amorphophallus titanum Becc, atau lebih dikenal dengan bunga bangkai mekar kembali untuk kedua kalinya di tahun ini.
Bunga bangkai yang mekar kali ini disemai tahun 2000 dan ditanam pada 2004. Bijinya berasal dari tanaman koleksi No.28 yang berasal dari Sungai Manau, Batang Suliti, Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Sumatera Barat, yang dikoleksi oleh Alm. R. Subekti Purwantoro, dkk.
Bunga bangkai yang mekar saat ini merupakan koleksi Kebun Raya Cibodas dengan nomor koleksi 76 K. Individu tanaman yang saat ini mekar untuk kali ketiganya setelah sebelumnya mekar pada tahun 2015 dan 2019.
Menurut data hasil pemantauan dari unit registrasi, pengelolaan koleksi ilmiah Kebun Raya Cibodas, awal mula tunas bunga ini teramati pada 04 Mei 2023.
Bunga ini terlihat mekar sempurna tepat pada Sabtu (8/7/2023) pukul 09.30 WIB dengan tinggi 136 cm dan diameter spata 54 cm. Hampir sama dengan bunga yang sebelumnya mekar pada April 2023 lalu, ketinggian bunga yang saat ini mekar pun tidak mencapai 3 meter.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Destri mengatakan, bunga yang kali ini mekar memiliki pertumbuhan yang tidak maksimal. “Kemungkinan ada penurunan kualitas media sehingga bunga yang mekar kali ini tidak setinggi dengan yang mekar sebelumnya (2015 dan 2019) yaitu mencapai hampir 3 meter,” ujar Destri.
Karena itu perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi media agar kembali gembur dan subur dengan porositas dan kandungan bahan organik sesuai dengan kebutuhan tanaman koleksi tersebut sehingga dapat tumbuh maksimal seperti sebelumnya.
Perlu diketahui bahwa saat ini jumlah koleksi tanaman bunga bangkai yang ada di Kebun Raya Cibodas sebanyak 11 nomor specimen. Amorphophallus titanum juga memiliki keunikan tersendiri yaitu selain memiliki aroma yang khas seperti bau bangkai juga mempunyai perbungaan yang sangat besar dan bisa disebut sebagai the giant inflorescent in the world.
Bentuk perbungaannya menjulang tinggi dengan tongkol atau spadiks yang dikelilingi oleh seludang bunga (spatha) yang saat mekar berwarna merah hati. Selain itu tanaman endemik Sumatra ini memiliki masa berbunga empat tahun sekali dengan 3 fase pertumbuhan yaitu fase vegetative (berdaun), fase generative (berbunga) dan fase dorman (istirahat) sehingga menarik perhatian masyarakat saat tanaman ini berbunga.