Menjelang akhir Juni, NASA melanjutkan misi kargo tak berawak SpaceX menuju stasiun ISS (International Space Station). Sayang, misi ini gagal mencapai tujuan setelah roket Falcon SpaceX yang mendorong kapsul tak berawak Dragon meledak dan jatuh kembali ke Bumi beberapa saat setekah lepads landas.
Peristiwa ini menandai kegagalan ketiga misi penerbangan memasok wahana tak berawak ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) dalam delapan bulan terakhir.
Scientific American melaporkan, awalnya robot kapsul Naga SpaceX ini meluncur mulus di atas roket dua fase Falcon 9 i ini di 10:21 EDT (1421 GMT) dari Cape Canaveral Air Force Station di Florida, Minggu (28/6), tepat pukul 10:21 waktu setempat (14:21 GMT). Misi meluncur menuju laboratorium internasional yang mengorbit di angkasa. Tapi, sekitar dua menit kemudian suatu yang tidak beres terjadi, tekanan tiba-tiba meningkat tinggi di bagian roket pendorog dan membuat roket meledak dan pecah berkeping-keping. Puing-puing roket dan wahana tak berawak itu pun jatuh kemnbali ke Bumi..
‘’Ada acara overpressure di tangki oksigen cair fase atas roket. Sesuatu yang di luar dugaan tyerjadi,’’ kata pendiri dan CEO SpaceX Elon Musk via Twitter. Peristiwa nahas ini merupakan kado pahit bagi Elon Musk yang sedang merayukan ulang tahun ke-44. “Kami sedang melakukan analisis menyeluruh atas kegagalan ini,’’ tambahnya.
SpaceX mendapat kontrak senilai 1,6 milyar dolar AS untuk mengirim 12 wahana tak berawak ke ISS. Ini adalah misi ke-7 yang dijalankan SpaceX, setelah enam misi sebelumnya sukses selurunya. Rencananya, misi SpaceX kali ini akan membawa kapsul Dragon. Bermuatan lebih dari 4.000 lbs (1.814 kilogram), Dragon membawa makanan, persediaan dan p[erangkat percobaan ilmiah. Termasuk kamera resolusi tinggi yang dirancang untuk mengamati dan mempelajari meteor yang menembut ke atmosfer bumi. Selain itu, misi ini juga membawa peralatan yang akan membantu para peneliti lebih memahami aktivitas mikroba dalam stasiun ruang angkasa, untuk menjawab pertanyaan bagaimana organisme ini berubah dan beradaptasi dari waktu ke waktu .
Kecelakaan hari Minggu ini merupakan lanjutan dari dua kegagalan misi kargo-misi lainnya. Sebelumnya, roket Orbital ATK Antares juga meledak tak lama setelah lepas landas pada akhir Oktober tahun lalu. Orbital ATK memegang kontrak senilai 1,9 miyar dari NASA untuk membuat delapan penerbangan angkasa menggunakan Antares dan pesawat ruang angkasa Cygnus.
Kegagalan pertama terjadi Mei 2014. Saat itu, Progress 59, pesawat tak berawak buatan Rusia jatuh kembali ke Bumi sebelum mencapai target stasiun ruang angkasa. Masalah bermula dari kesalahan pada roket tiga fase Soyuz yang diluncurkan ke ruang angkasa saat itu.
Menanggapi kegagalan ketiga misi antariksa itu, pejabat NASA masih optimis kondisi ISS baik-baik saja. ‘’Meski ada kemunduran dari jadwal yang direncanakan, kami percaya misi ISS masih dapat tertangani,’’ ungkap pejabat NASA.