Industri Bibit Sapi Unggul Kunci Swasembada Daging

JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berkomitmen menghasilkan bibit sapi unggul untuk mendukung program swasembada daging. Perbibitan dan pengembangan sapi unggul merupakan kunci pemenuhan kebutuhan daging mandiri.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Jumain Appe mengatakan salah satu kendala dalam swasembada daging adalah masalah suplai bibit sapi unggul. ”Sebagian besar bibit sapi diimpor dari Australia dan New Zealand. Karena itu, peternakan lokal di Indonesia tidak bisa mensuplai sapi sesuai kebutuhan,” kata Jumain dalam acara Coffee Morning terkait ketahanan pangan nasional di Jakarta, Jumat (11/3/2016).

Menurut Jumain, keberhasilan kerjasama antara LIPI dan PT Karya Anugerah Rumpin (KAR), di Rumpin, Bogor, dalam perbaikan genetik sapi lokal merupakan contoh sukses hasil riset dan pengembangan. Sapi Sumba Ongole yang dikembangkan beratnya bisa mencapai 600-700 kg dalam waktu 2 tahun. “Kalau dibiarkan sampai 3 tahun bisa sampai 1 ton,” kata Jumain.

Sesuai target Kementerian Pertanian, lanjut Jumain, akan ada pusat industri bibit sapi di lima wilayah yaitu Sulawesi Selatan, NTT, NTB, Jawa Timur, dan Lampung. “Jika pusat-pusat ini berhasil mengembangkan bibit unggul dan mengembangkan perternakan secara besar-besaran. Saya kira dalam waktu 2-3 tahun ke depan kita bisa swasembada daging,” kata Jumain optimis.

Salah satu pusat pengembangan industri perbibitan sapi lokal berbasis iptek adalah Maiwa Breeding Center (MBC) Unhas, Sulawesi Selatan. MBC yang berdiri di lahan seluas 250 hektar telah ditetapkan LIPI sebagai kawasan Techno Park. Bibit sapi yang dikembangkan adalah Sapi Bali Pollet yang memiliki karakter lebih tenang, efisien pakan yang lebih tinggi, dan kualitas daging yang lebih baik.

“Bibit yang dihasilkan selama satu bulan bisa 100 ribu sperma. Kalau semuanya bisa kita lakukan untuk pembibitan terhadap betina unggul, dalam satu tahun minimum kita bisa menghasilkan 1,2 juta sapi,” kata Jumain.

Jadi kunci swasembada daging, menurut Jumain adalah bagaimana mengembangkan industri bibit sapi unggul nasional. Pembesarannya bisa memanfaatkan seluruh peternak Indonesia melalui plasma inti.

“Di sekitar Maiwa, ada masyarakat yang membesarkan sapi dari bibit unggul MBC. Selama ini, peternak-peternak besar hanya membeli bibit unggul dari luar negeri kemudian dibesarkan, karena itu produktivitasnya kecil dan harganya juga mahal,” pungkasnya.

 

 

 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author