MP3EI telah menetapkan Provinsi NTT sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Utama Bali-Nusa Tenggara dengan 3 kegiatan ekonomi utama, yaitu pariwisata, perikanan, dan peternakan. Dengan demikian dambaan provinsi ini untuk dapat mengembangkan lembaga litbang peternakan menjadi pusat unggulan iptek ibarat peribahasa ”gayung bersambut kata berjawab”.
Hal itu disampaikan Kepala Bidang Program Kompetensi Kelembagaan Kementerian Riset dan Teknologi, Yohan, dalam presentasi pembukaaan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Pusat Unggulan Iptek di Universitas Cendana Kupang NTT, beberapa waktu lalu.
Senada dengan itu, Ketua Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana (Lemlit Undana), Mien Ratoe Oedjoe mengatakan kondisi topografi wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbukit dan bergunung-gunung dan iklim yang relatif kering yang menyebabkan rendahnya kandungan hara pada tanah dan dangkalnya solum tanah telah menjadikan peternakan di wilayah ini menjadi salah satu sektor dominan dalam kehidupan masyarakat NTT.
“Sangat wajar jika NTT menjadi provinsi penghasil ternak sapi potong terbesar di Indonesia (urutan ke-4). Sangat relevan pula kalau di NTT ada Pusat Unggulan Iptek di bidang pengembangan peternakan,” kata Ratoe.
Untuk mendukung pusat unggulan tersebut menurut Mien Ratoe Oedjoe,Undana bisa membantu dari sumber daya manusia yang saat ini mempunyai 15 Pusat Studi di bawah koordinasi Lemlit, mempunyai lebih dari 100 lulusan S3 dan sedikitnya 290 lulusan S2 yang handal di sesuai dengan disiplin ilmunya.
Dalam acara diskusi, salah seorang peneliti peternakan Undana, Marthen Mullik, mengatakan bahwa salah satu misi pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2009-2013 Provinsi NTT adalah memberdayakan ekonomi rakyat dengan mengembangkan pelaku ekonomi yang mampu memanfaatkan keunggulan potensi lokal. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi telah menyusun program-program prioritas pembangunan daerah. Termasuk di dalamnya empat produk unggulan, yaitu peternakan sapi, program koperasi, kayu cendana, dan jagung.
Dalam rangka pengembangan peternakan di NTT, pada tahun 2011 telah dibentuk konsorsium inovasi pengembangan peternakan di lahan suboptimal bermusim kering oleh 4 lembaga, yaitu BP4D Provinsi NTT, Lemlit Undana, BPTP NTT, dan Politani Negeri Kupang. Diharapkan melalui konsorsium ini akan bisa diusulkan pengembangan pusat unggulan iptek di bidang peternakan.
Selain itu Obed Habawowo, Kepala Pusat Informasi Kesempatan Kerja dan Pengembangan Karier LPM Undana, mengatakan hendaknya peternakan yang merupakan lokomotif penggerak usaha ternak sapi di NTT dapat dimasukkan sebagai anggota konsorsium.
Kepala Pusat HKI Lemlit Undana, I Nyoman Windiartha Mahayasa, mengusulkan agar NTT tidak hanya mengusung bidang peternakan sebagai tema riset Pusat Unggulan Ipteknya, melainkan juga mengusulkan tema riset lain, misalnya siwalan atau lontar (Borassus flabellifer) yang telah dimasukkan sebagai salah satu Rencana Induk Penelitian (RIP) Undana.
Pohon yang dapat hidup hingga umur 100 tahun dan mulai berbuah pada usia sekitar 20 tahun ini banyak tumbuh di daerah-daerah kering, seperti NTT. Saat ini sudah banyak penelitian buah lontar yang diarahkan untuk pemanfaatan di bidang pangan, obat, dan energi bioetanol.
Permasalahannya belum ada industri yang mau melirik untuk mengembangkannya lebih lanjut. Melalui Pusat Unggulan Iptek diharapkan riset lontar bisa berkembang lebih baik lagi.
Oka Wirawan dari Politani Negeri Kupang mengharapkan agar setiap usulan yang masuk ke Kementerian Riset dan Teknologi mendapatkan respon balik sekalipun usulan tersebut tidak lulus seleksi. Peneliti BPTP NTT, Paskalis Th. Fernandes, mendukung bila konsorsium yang telah terbentuk dapat mengajukan usulan pengembangan pusat unggulan iptek.
Acara FGD tersebut dihadiri oleh para pimpinan dan peneliti pusat-pusat studi di bawah Lemlit Undana, Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Undana, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT, LPPM Universitas Muhamadiyah Kupang, Politani Negeri Kupang, Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, dan Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Provinsi NTT.
Saat ini kegiatan pengembangan pusat unggulan iptek di Kementerian Riset dan Teknologi telah dimulai sejak tahun 2010. Kegiatan yang dirancang untuk menguatkan Sistem Inovasi Nasional itu, pada tahun 2011 telah menetapkan 3 lembaga litbang untuk dikembangkan menjadi Pusat Unggulan Iptek dan satu lembaga litbang ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek.
Pada tahun 2012, kegiatan ini juga diarahkan untuk mendukung Masterplan Percepatan dan perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), sehingga tema-tema riset yang pada tahun 2011 hanya meliputi 7 bidang fokus pembangunan iptek sesuai RPJMN 2010-2014 lebih diperluas dengan memasukkan 22 kegiatan ekonomi utama.
Pada akhir acara disepakati agar Lembaga Penelitian Undana dapat mengkoordinasikan konsorsium dan membentuk Tim Kecil untuk mempersiapkan usulan pengembangan Pusat Unggulan Iptek dan mengirimkannya ke Kementerian Riset dan Teknologi sebelum penutupan pendaftaran.