Cibinong, Technology-Indonesia.com – Penggunaan pakan berkualitas dan suplemen pakan yang tepat fungsi dan teruji unggul di dalam rumen diperlukan untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi potong dan sapi perah di Indonesia. Kadar nutrisi dan kualitas dari pakan penting untuk diketahui dan diuji terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak sapi.
“Hal ini dilakukan agar pakan yang diberikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak sapi untuk dapat berproduksi secara optimal baik untuk produksi daging ataupun susu,” kata Plt. Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Syamsidah Rahmawati dalam Workshop Evaluasi Kualitas Pakan dan Ekologi Rumen untuk Meningkatkan Produktivitas Sapi Potong dan Sapi Perah pada Senin (13/8/2018) di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Kawasan Cibinong Science Center – Botanical Garden, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Workshop ini merupakan salah satu upaya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk membantu pemerintah mewujudkan swasembada daging dan susu melalui riset pengembangan jenis sapi unggul, baik potong maupun perah lewat pakan berkualitas serta menciptakan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan ternak sapi. Khusus untuk pakan, lembaga riset ini melalui Pusat Penelitian Bioteknologi mendorong evaluasi kualitas pangan untuk meningkatkan produktivitas sapi.
Syamsidah mengungkapan, selama ini pengujian kualitas pakan dilakukan menggunakan analisa standar laboratorium yang terkadang melalui prosedur rumit dan memerlukan waktu lama, serta memerlukan bahan kimia lain dalam analisanya. Hal ini memungkinkan timbulnya pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan bahan kimia selama proses pengukuran dan pengujian. Hal inilah yang perlu dievaluasi.
Menurut Syamsidah, diperlukan metode lain untuk pengujian kualitas dan kadar nutrisi dari pakan sapi, selain metode analisa kimia di laboratorium. Teknologi Near-infrared Spectroscopy (NIRS) merupakan salah satu metode baru yang berpotensi untuk menggantikan metode analisa kimia dalam penentuan kadar nutrisi pakan ternak.
“Metode teknologi NIRS memiliki banyak keunggulan, antara lain cepat, efektif dan efisien, ramah lingkungan karena tidak melibatkan penggunaan bahan kimia dalam aplikasinya, serta tidak merusak bahan,” jelasnya.
Metode NIRS memperhatikan keseimbangan mikroorganisme dalam rumen dan kesehatan ternak setelah pakan ternak yang berkualitas didapatkan. Keseimbangan mikroorganisme dalam rumen dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Adanya informasi ekologi rumen sampai pada tingkat keragaman mikroorganisme pada saluran rumen sangat penting untuk dianalisa.
“Dalam hal ini, penerapan metode metagenom 16S rDNA dapat memberikan pemahaman yang luas terhadap interaksi mikroorganisme dengan ekologi rumen diamati secara molekuler. Informasi interaksi mikroba rumen tersebut dalam ekologi rumen selanjutnya dapat memberikan jawaban terhadap peningkatan produktivitas sapi potong,” terang Syamsidah.
Saat ini, peningkatan produktivitas sapi potong maupun sapi perah menjadi tuntutan utama. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, hingga tahun 2018, Indonesia baru dapat memenuhi kebutuhan daging sapi sebesar 70% dan sisanya masih impor.
Sementara itu, kebutuhan susu nasional tercatat berkisar 4,5 juta ton, namun produksi susu lokal baru mencukupi sebanyak 19% atau sekitar 864.600 ton. Hal ini mengakibatkan adanya impor susu dalam jumlah sangat besar yakni 3,65 juta ton atau sekitar 81% dari total konsumsi.
“Permasalahan yang sedang kita hadapi ini perlu disikapi serius oleh semua pihak mengingat sumber daya alam dan luas wilayah yang kita miliki sangat memungkinkan untuk mewujudkan swasembada daging dan susu,” pungkasnya.