TechnologyIndonesia.id – Sistem ketertelusuran produk dan registrasi kebun hortikultura merupakan kunci untuk menjamin keamanan pangan serta memperkuat daya saing komoditas ekspor Indonesia. Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) di tingkat petani perlu didukung riset dan inovasi yang berkelanjutan, terutama pada aspek budidaya, pascapanen, dan distribusi.
Dina Martha Susilawati Situmorang dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, ketertelusuran produk dan penerapan GAP tidak hanya menjamin keamanan pangan, tetapi juga memperkuat posisi ekspor hortikultura kita di tengah persaingan global.
Ia menguraikan, sektor hortikultura menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan dukungan riset seperti ketergantungan produksi pada musim, skala usaha kecil dan tersebar, serta tingginya kehilangan hasil pascapanen.
“Untuk menjawab hal itu, dibutuhkan inovasi berbasis riset yang dapat diterapkan langsung oleh petani, seperti pemanfaatan teknologi rumah kaca (greenhouse) guna penyediaan produk di luar musim tanam (off-season),” ujar Dina dalam Focus Group Discussion (FGD) Ketertelusuran Produk dan Implementasi Teknologi Iradiasi Pangan di Yogyakarta pada Senin (13/10/2025).
“Sistem budidaya presisi dan teknologi perpanjangan umur simpan agar produk lebih tahan selama distribusi, serta pengembangan produk olahan melalui hilirisasi dan penguatan UMKM hortikultura,” imbuhnya.
Menurut Dina, berbagai upaya tersebut perlu ditunjang dengan kemitraan antara petani dan pelaku industri (contract farming) yang berbasis pada data mutu dan sistem ketertelusuran. Kemudian penerapan GAP dan Good Handling Practices (GHP) untuk menjamin standar mutu dan keamanan pangan secara menyeluruh
“Riset kolaboratif penting untuk menghubungkan sektor hulu dan hilir, mencakup pemetaan rantai pasok. Seleksi varietas unggul lokal, serta rancangan sarana pascapanen berbasis karakteristik komoditas,” ujarnya.
Dina juga menyoroti peran BRIN dalam memperkuat kapasitas penelitian dan inovasi teknologi yang dapat digunakan langsung oleh petani dan pelaku ekspor hortikultura.
“Penerapan teknologi yang sesuai, termasuk pemanfaatan hasil riset dari BRIN, akan menjadi penentu keberhasilan kita dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing produk hortikultura,” ungkapnya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) ORTN BRIN, Irawan Sugoro menyampaikan bahwa BRIN memiliki mandat untuk menghubungkan hasil riset dengan kebutuhan industri, serta kebijakan pemerintah.
“Kami berperan sebagai penghubung antara hasil riset dengan kebutuhan industri, dan kebijakan nasional. Melalui sinergi ini, BRIN ingin memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan benar-benar memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Ia menegaskan, kegiatan seperti FGD ini merupakan bentuk nyata pelaksanaan tugas dan fungsi BRIN dalam hilirisasi hasil riset teknologi nuklir. Khususnya dalam bidang pangan dan pertanian, untuk memperkuat sistem ketahanan pangan yang tangguh, efisien, dan berdaya saing.
Teknologi Iradiasi Pangan
Sementara itu, Dony Kurniaji dari PT. Sterina menjelaskan, teknologi iradiasi pangan berperan besar dalam memperpanjang umur simpan. Menekan food loss, serta menjaga keamanan pangan tanpa mengubah cita rasa maupun kandungan gizi produk.
“Teknologi iradiasi bukan sekadar solusi teknis, tetapi strategi nasional untuk ketahanan pangan dan daya saing ekspor,” ungkap Dony.
Ia menambahkan, kolaborasi riset antara BRIN, industri, dan akademisi menjadi faktor kunci agar teknologi tersebut dapat diterapkan secara luas dan berkelanjutan di sektor pangan. Ia juga menyoroti pentingnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, serta dukungan kebijakan dalam mendorong komersialisasi teknologi iradiasi di tingkat nasional.
“Melalui penerapan sistem registrasi kebun, prinsip GAP, serta pemanfaatan teknologi iradiasi pangan, kami berharap kolaborasi lintas sektor ini dapat mendorong peningkatan nilai tambah produk hortikultura nasional. Sekaligus mendukung tujuan besar menuju kemandirian dan keberlanjutan pangan Indonesia,” pungkasnya. (Sumber: brin.go.id)
Sistem Ketertelusuran Produk dan Penerapan GAP Jamin Keamanan Pangan
