Listrik Kurang, Pengusaha Batam Meradang

Ketersediaan pasokan listrik kurang di Batam bisa membahayakan pekerja. Sehingga dibutuhkan kontinuitas listrik segera mungkin.

Diskontinuitas pasokan listrik tersebut disamppaikan pihak industri di Batam saat rapat kordinasi Asisten Deputi Iptek Industri Besar Kemenristek dengan pihak industri di Batam, pekan lalu.

Aziz Sampurno mewakili PT. Philips Batam menyampaikan sering terjadi listrik  padam saat jam kerja atau jam produksi. “Hal ini sangat merugikan perusahaan. Untuk itu pihak industri membutuhkan teknologi yang dapat mengatasi diskontinuitas supply energi di Batam, agar keberlangsungan energy terjamin, dan tidak terjadi kerugian pihak industri,” kata Azis

Hal senada disampaikan Diana Janu mewakili PT. Bredero yang bergerak di bidang coating pipa bawah laut. Listrik padam pada saat produksi bisa membahayakan para pekerja pengelasan dan akibatnya perusahaan akan rugi besar. “Untuk itu Industri perlu kontinuitas pasokan listrik, jadi dibutuhkan teknologi untuk mengatasi hal tersebut,” katanya.

Menanggapi kebutuhan para industri tersebut, Edie Prihantoro, Asisten Deputi Iptek Industri Besar Kemen Ristek menyatakan bahwa pengembangan riset dan teknologi di Indonesia belum sejalan dengan pengembangan industri.Kesesuaian antara ilmu dan teknologi yang dibutuhkan pengguna masih rendah.

Menurut Edie, teknologi yang dikembangkan oleh peneliti belum menyentuh kebutuhan industri, seperti halnya antara lain yang dibutuhkan oleh industri di Batam. Padahal, seharusnya teknologi dikembangkan untuk mendukung kebutuhan industri.

Oleh karena itu Edie meminta peneliti dari Universitas maupun Lembaga Litbang dan industri saling bersinergi memecahkan masalah dan kebutuhan yang ada di industri. “Kami harapkan agar komunikasi dan koordinasi antara akademisi dan  industri terus dilakukan”, ujar Edie.

Hal tersebut disambut baik oleh Peneliti Universitas Internasional Batam Iman Purwoto yang mengaku selama ini peneliti selalu mengutamakan melakukan keinginan pribadi ketimbang melihat atau memenuhi apa yang dibutuhkan industri.

“Universitas hanya melakukan yang ingin diketahui, bukan apa yang dibutuhkan industri,” kata Iman. Disamping itu industri belum yakin pada hasil riset yang dilakukan peneliti.

Menanggapi keluhan diskontinuitas energi, Tri Novianta, mewakili BP Batam menegaskan bahwa PT. PLN telah membangun beberapa unit pembangkit listrik di BP Batam dan telah membangun 2 unit PLTG kapasitas 2 x 60 MW di Tanjung Kasam. Novianta berharap ke depan semoga ketidakberlangsungan pasokan energy di Batam dapat teratasi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author