BRSDM Rilis Teknologi Budidaya Ikan Cupang Alam

Depok, Technology-Indonesia.com – Indonesia dikenal sebagai sumber ikan cupang alam terbesar di dunia. Namun demikian, ikan cupang alam masih belum mendapatkan perhatian yang layak dari para penggemar domestik. Padahal, permintaan ikan cupang alam dari luar negeri cukup tinggi.

Sekretaris Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Maman Hermawan menyampaikan hal tersebut dalam acara rilis Teknologi Budidaya Ikan Hias Cupang Alam (Betta Channoides) Endemik Kalimantan Timur, pada Desember 2019, di UPTD Balai Benih Ikan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Teknologi tersebut merupakan hasil kerjasama antara Unit Pelaksana Tugas (UPT) BRSDM, yakni Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) dengan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Depok.

Ikan Betta channoides, terangnya, merupakan salah satu ikan cupang alam yang memiliki bentuk kepala seperti ular dan memiliki kemiripan dengan kepala ikan gabus (Channa sp.), dan merupakan ikan endemik Kalimantan Timur. Ikan ini merupakan salah satu cupang alam yang cukup populer karena warnanya yang cukup menarik. Jantan berwarna merah kecoklatan dengan adanya garis putih disiripnya, sementara betinanya berwarna lebih pucat. Ikan cupang dewasa dari jenis ini memiliki ukuran paling panjang 5 cm.

“BRBIH berhasil mengembangkan ikan ini dan telah dipelajari cara budidayanya agar bisa berkembang dan lestari. Keberhasilan ini sangat bermanfaat untuk disebarkan ke masyarakat khususnya di wilayah Depok bahkan di berbagai daerah. Karena itu, teman-teman peneliti BRBIH berupaya agar pengetahuan dan teknologi yang telah dikuasai dapat ditransfer ke stakeholder. Keberhasilan ini tentunya juga sangat bermanfaat untuk dapat disebarkan ke masyarakat khususnya di wilayah Depok bahkan di berbagai daerah,” tutur Maman.

Pihaknya berharap, Desa Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari dapat menjadi Inkubator bisnis ikan hias serta menjadi program percontohan pelatihan masyarakat dalam membudidayakan ikan hias.

Kepala BRBIH, Idil Ardi dalam laporannya menerangkan bahwa kegiatan uji coba budidaya ini dimulai pada bulan Mei-November 2019 dengan menyerahkan 30 pasang induk dan perlengkapan budidaya kepada tiga pembudidaya yaitu Jaenudin, Jumono dan Albert yang berada di bawah bimbingan Balai Benih Ikan Kota Depok.

Sejak awal hingga akhir pelaksanaan kegiatan, para pembudidaya mendapatkan bimbingan teknik budidaya ikan Betta channoides oleh peneliti BRBIH. Bermodalkan benih sebanyak 30 pasang, tiga pembudidaya tersebut telah menghasilkan sebanyak 268 larva per November 2019 dan terus bertambah hingga hari ini.

“Hal tersebut membuktikan bahwa para pembudidaya telah berhasil mengadaptasikan teknologi budidaya ikan hias cupang alam ini dan telah menghasilkan larva dan benih,” tutur Idil.

Kegiatan ini didukung Walikota Depok, Mohammad Idris. Pihaknya mengatakan bahwa Kecamatan Bojongsari menjadi tempat yang strategis untuk mengembangkan budidaya ikan hias, karena terdapat 12 Pokdakan Ikan Hias, dari 35 Pokdakan yang tersebar di seluruh Kecamatan Kota Depok.

“Potensi budidaya ikan hias di Kota Depok sangat luar biasa dari sisi peningkatan perekonomian masyarakat. Ini juga menjadi ladang atau media untuk menyukseskan program pariwisata Kota Depok. Di samping itu, secara tidak langsung, memelihara ikan hias juga dapat menurunkan stress. Saya berharap Depok bisa menjadi produsen ikan hias yang luar biasa. Tentunya hal ini tidak akan berjalan tanpa adanya kerja sama dari setiap pemangku kepentingan,” ungkap Idris.

Dalam kesempatan tersebut, juga dipaparkan materi Teknologi Budidaya lkan Cupang Alam oleh Agus Priyadi, Peneliti BRBIH. Ikan cupang alam merupakan kategori ikan mouth breeder, yaitu ikan yang telurnya dierami secara alami di mulut hingga menetas dan menjadi larva selama kurang lebih 10 – 15 hari. Namun dalam proses budidaya, larva akan dikeluarkan dari mulut induk jantan dengan cara pengocokan pada hari 6 – 8 pengeraman.

Meskipun tidak alami, jumlah larva lebih banyak dan sintasan larva dapat bertahan hingga 80%. Jika dibiarkan hingga 15 hari, meskipun sintasannya lebih tinggi, namun jumlah larva yang dihasilkan lebih sedikit. Dan jika dikalkulasikan, dengan intervensi memang jauh lebih tinggi hasilnya dibanding secara alami.

Pada kesempatan tersebut dilaksanakan serah terima produk hasil riset BRBIH berupa ikan hasil rilis dan pakan maggot kepada Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Depok, Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kab. Bogor dan Bale-Bale Farm.

Pemerintah kota Depok turut menyerahkan induk ikan hias Neon Tetra asli dari Amazon kepada BRBIH untuk dikembangkan dan dikaji dari aspek riset untuk peningkatan kualitasnya. Selain itu, dilaksanakan Serah Terima Bantuan Benih Ikan Konsumsi dari Walikota Depok kepada Kelompok Pembudidaya Ikan Kota Depok, yaitu Pokdakan Sukomina, Kelurahan Cipayung Jaya dan Pondok Pesantren Tazkiyah Insani, Kelurahan Pengasinan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author