Batola, Technology-Indonesia.com – Suara mesin menderu seiring berputarnya enam baling-baling drone penebar benih padi. Perlahan drone rancangan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BB Mektan) Badan Litbang Pertanian, melayang setinggi 2 meter sambil menebarkan benih padi di lahan rawa yang siap tanam.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry bersama Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy menyaksikan secara langsung demo drone penebar benih tersebut di Demfarm Program Serasi di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Rabu (6/11/2019).
Drone tebar benih ini berfungsi untuk melakukan pertanaman padi dengan metode tebar menggantikan metode manual oleh tenaga manusia. Drone dengan multirotor ini dilengkapi kamera dan tangki berkapasitas 15 kg benih ini mampu terbang dengan ketinggian 1,5-2 meter, kecepatan kerja 2-3 km/jam, lebar tebaran 4 meter, serta kapasitas kerja 0,8-1 jam/hektare (ha).
Menurut Kepala BB Mektan, Agung Prabowo dalam sekali operasi, drone berbasis Global Positioning System (GPS) ini mampu terbang selama Lama terbang 20 menit untuk satu baterai. “Pada saat habis benih, drone bisa diisi benih lagi dan kembali terbang untuk menebar benih dari posisi terakhir sehingga tidak overlap,” terangnya.
BB Mektan juga mengembangkan drone penyemprot pupuk cair atau pestisida untuk melakukan penyiraman dan aplikasi pemupukan. Drone ini bisa bekerja mandiri sesuai pola dan alur berbasis Iot (Internet of Things) dan GPS. Drone dengan kapasitas angkut 20 liter ini mampu terbang dengan ketinggian operasi 1,5-2 meter, kecepatan kerja 2-3 km/jam, Lebar tebaran 4 m, dan kapasitas kerja 0,8-1 jam/ha.
Teknologi mekanisasi pertanian ini merupakan salah satu bagian dari paket Teknologi Panca Kelola Lahan Rawa yang dikemas dalam paket Teknologi Raisa (Rawa Intensif, Super, dan Aktual), meliputi teknologi pengelolaan air, penyiapan dan penataan lahan, ameliorasi dan pemupukan, varietas unggul, pengendalian organisme pengganggu tanaman terpadu, dan ditunjang penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan).
Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry mengatakan drone tebar benih ini masih terus dikembangkan. Ke depan, pihaknya sedang merancang agar drone ini bisa mengatur jarak tanam karena saat ini benih masih menyebar.
“Teknologi lainnya, gabah yang ditebar kita beri coating/pemberat berisi mikroorganisme sehingga ketika masuk ke dalam tanah bisa menyuburkan tanah sehingga daya tumbuhnya lebih bagus,” terangnya.
Selain drone, alsintan lain yang mendukung pengolahan lahan rawa antara lain traktor perahu yang didesain khusus oleh BB Mektan untuk lahan rawa. Traktor berbentuk perahu ini dirancang untuk bisa beroperasi dan bermanuver di lahan-lahan rawa yang topsoil-nya sangat dalam. Menurut Fadjry, traktor perahu berfungsi untuk mengolah tanah tanpa menganggu lapisan pirit yang ada di lahan pasang surut.
“Dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut ini harus sedikit ekstra hati-hati ini. Lahan pasang surut mempunyai lapisan pirit sehingga untuk pengelolaan lahannya traktornya jangan terlalu dalam. Kalau menggunakan traktor biasa kedalaman olahnya lebih dari 30 cm. Kedalaman yang kita anjurkan antara 0-15 cm sehingga tidak menganggu lapisan pirit,” terang Fadry.
Prototipe traktor perahu ini bisa mengolah 1 hektar dalam waktu 0,8-1 jam sehingga bisa mempercepat pengolahan lahan.
Setelah demo drone dan traktor perahu, Fadjry bersama Dirjen PSP melakukan panen perdana padi di demfarm Program Serasi menggunakan combine harvester. Acara Panen Perdana Padi ini diikuti oleh 2.500 peserta yang mewakili petani, penyuluh, peneliti, pemerintah daerah, para pengambil kebijakan, dan masyarakat umum lainnya.