Tanpa Jantung, Pisang Kepok Tanjung Atasi Penyakit Layu Bakteri

Solok, Technology-Indonesia.com – Penyakit layu bakteri (Blood Disease Bacterium) menjadi masalah nasional bagi perpisangan di Indonesia, terutama pisang Kepok. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang dibawa serangga yang hinggap di bunga jantan atau jantung. Karena tak memiliki jantung, pisang Kepok Tanjung bisa terhindar dari serangan penyakit layu bakteri.

Penyakit layu bakteri ditemukan di hampir seluruh wilayah pengembangan tanaman pisang. Untuk itu, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika) mengadakan ekplorasi atau survei keragaman pisang. Pada 1996 ditemukan satu kultivar pisang Kepok di Pulau Seram, Maluku Tengah yang tidak berjantung dan tidak terkena penyakit layu bakteri, dengan nama lokal pisang Sepatu Amora.

Peneliti Balitbu Tropika, Agus Sutanto mengungkapkan karena pisang lokal ini tidak memiliki jantung sehingga mengurangi peluang didatangi serangga pembawa bakteri. Setelah evaluasi selama 10 tahun, pada 2007 pisang ini dirilis dengan nama Kepok Tanjung singkatan dari kepok tanpa jantung.

“Jantung sebenarnya adalah bunga sehingga memfasilitasi serangga pembawa bakteri hinggap. Bakteri ini bergerak dari bunga menuju pisang kemudian ke daunnya sehingga menguning dari atas. Karena tidak memiliki jantung mengurangi peluang didatangi serangga,” tutur Agus di Kebun Percobaan Aripan milik Balitbu Tropika di Solok, Sumatera Barat pada Selasa (19/2/2019).

Selain menjadi media penyebaran penyakit layu bakteri, lanjutnya, jika sudah menjadi jantung fungsi untuk tanaman sudah tidak ada. Bahkan jantung akan menyerap nutrisi sehingga buah tidak begitu berkembang secara maksimal.

Pembuangan jantung dilakukan untuk mencegah penularan penyakit layu bakteri secara alami yang disebarkan oleh serangga. Namun seringnya, masyarakat membuang jantung menggunakan pisau yang mengandung bakteri. “Maksudnya menghindari penyakit tetapi malah menyebarkan penyakit, karena itu pisau harus disterilkan,” terang Agus.

Agus Sutanto dan Kepala Balitbu Tropika, Ellina Mansyah di kebun induk pisang Kepok Tanjung Aripan, Solok, Sumatera Barat.

Karena Kepok Tanjung tidak tidak mempunyai jantung, maka tidak diperlukan lagi pekerjaan membuang jantung seperti pada tanaman pisang pada umumnya. Keunggulan lainnya, tidak seperti pisang kepok lainnya yang terasa asam, varietas ini manis dengan kandungan total padatan terlarut (TSS) sebesar 29-30% Brix.

Pisang Kepok Tanjung memiliki warna kulit buah matang kuning, warna daging buah matang kuning orange, dan tekstur buah kenyal. Pisang yang cocok untuk pisang olahan ini memiliki daya simpan pada suhu kamar 15-21 hari, dan potensi hasil 20-30 ton/ha/tahun. Jumlah sisir per tandan sekitar 15-18 sisir dengan bobot 15-25 kg/tandan.

Untuk penyebarluasan pisang Kepok Tanjung, Balitbu Tropika memberikan benih sumber ke berbagai daerah seperti di Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Lampung, dan lain-lain. Balitbu Tropika juga mengadakan bimbingan teknis untuk perbanyakan benih Kepok Tanjung.

Saat ini, permintaan benih Kepok Tanjung makin meningkat, karena itu dibuat kebun induk Kepok Tanjung Aripan yang teregistrasi BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih) untuk menjaga kemurnian Kepok Tanjung. Kelas benih yang dihasilkan adalah label ungu, artinya tanaman yang dihasilkan oleh rumpun ini digunakan sebagai tanaman induk Kepok Tanjung.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author