Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang yang banyak dikenal masyarakat, khususnya pedesaan. Meskipun terkendala keterbatasan lahan, ternyata budidaya ternak kambing juga bisa dilakukan di perkotaan.
Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, Syamsu Bahar mengatakan sebagian masyarakat di Jakarta masih mau melakukan peternakan kambing. Peternak kambing di Jakarta ada di lokasi tertentu di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan. Uniknya, beternak kambing di perkotaan harus berbasis ruang karena keterbatasan lahan.
“Dari segi populasi, kambing di perkotaan khususnya di Jakarta cukup banyak, tapi pemotongan kambing lebih banyak lagi. Artinya, kambing yang ada di Jakarta bukan hanya disuplai dari Jakarta, tetap harus ada tambahan dari luar Jakarta,” kata Syamsu dalam Temu Teknis Hilirisasi Teknologi dan Inovasi Balitbangtan Seri 4 bertema “Sukses Berternak Kambing di Perkotaan” yang digelar BPTP Jakarta secara virtual pada Rabu (29/9/2021).
Teknologi pendukung budidaya kambing meliputi bibit/pembibitan, pakan/nutrisi, pemeliharaan, kandang, reproduksi, kesehatan, panen/pasca panen, pemasaran, dan jaringan komunikasi. Untuk pembibitan ada beberapa jenis kambing unggulan dari balai penelitian di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) seperti Kambing Boerka sebagai penghasil daging. Ada juga kambing penghasil daging dan susu seperti Kambing PE, Kambing Sapera, Kambing Anpera, dan Kambing Saanpe.
“Terkait teknik pembibitan, peternak harus memiliki sistem perkawinan yang teratur karena itu perlu pencatatan sehingga bisa mendeteksi proses pembibitan dengan baik. Selanjutnya, selalu melakukan seleksi pada induk dan anak, serta tidak mengawinkan kambing pada sekerabat,” kata Syamsu.
Lebih lanjut Syamsu menerangkan bahwa peternak harus memperhatikan tata laksana reproduksi yang meliputi: umur dewasa kelamin 8-10 bulan, kawin pertama kali umur 10-12 bulan, siklus birahi 17-21 hari, lama birahi 24-20 jam, masa kebuntingan 5 bulan, dan penyapihan anak pada saat berumur 3 bulan. Dari siklus tersebut, bisa disimulasikan bahwa dalam dua tahun, kambing bisa tiga kali beranak.
Untuk kebutuhan pakan, Syamsu menekankan bahwa kambing memiliki rumen yang komplek dan proses pencernaan yang rumit sehingga perlu diperhatikan bahwa pakan yang diberikan merupakan pakan yang bergizi.
Secara garis besar, pakan terdiri dari pakan hijauan yang dibagi dua kelompok besar yaitu rerumputan dan leguminosa. Selanjutnya, pakan limbah tanaman yang merupakan pakan yang sangat potensial untuk peternakan khususnya ternak yang dipelihara di perkotaan. “Jadi memanfaatkan limbah tanaman sebagai pakan dengan proses-proses fermentasi untuk meningkatkan nilai gizinya,” tuturnya.
Selain itu ada pakan konsentrat (pakan penguat) sebagai pakan untuk meningkatkan nilai gizi pada kambing. “Pakan konsentrat merupakan pakan yang sangat diperlukan terutama peternak yang akan mendapatkan produksi susu,” terangnya.
Selanjutnya, tipe kandang untuk ternak kambing yang baik dan aman adalah kandang yang berbentuk panggung. Konstruksi kandang dibuat panggung dan di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk menampung kotoran padat (feses) dan urin untuk pupuk organik. “Kolong berfungsi untuk menghindari becek dan kontak langsung kambing dengan tanah sehingga terhindar dari penyakit dan predator,” terang Syamsu.
Kontruksi kandang disesuaikan dengan kemampuan dengan memperhatikan ventilasi, sirkulasi, dinding, cahaya, lantai, dan ukuran. Perlengkapan kandang yang harus disediakan antara lain tempat pakan dan air minum, sarang/kotak beranak, timbangan, gunting kuku, dan lain-lain. “Dalam pengelolaan perkandangan ini perlu diperhatikan adalah sanitasi sehingga terhindar dari pencemaran lingkungan berupa limbah ternak,” terangnya.
Peternakan kambing memiliki hasil samping berupa kotoran padat dan kotoran cair yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pupuk organik. Pupuk organik ini bisa digunakan untuk tanaman sayuran. Karena itu, Syamsu menerangkan pentingnya pertanian terintegrasi. Limbah perternakan bisa berguna untuk tanaman, selanjutnya limbah tanaman bisa menjadi pakan kambing.
Penyakit yang umum dijumpai pada ternak kambing adalah penyakit scabies, sejenis infeksi pada kulit. Penanganan penyakit ini harus dilaksanakan secara langsung. Menurut Syamsu, jika kondisi kandang sanitasinya bagus, ternak kambing akan terhindar dari penyakit ini.
Saat ini budidaya ternak kambing biasaya dilakukan secara perorangan dan belum secara korporasi. Untuk itu Syamsu mengimbau agar peternak-peternak bisa bergabung dalam satu kelompok sehingga pemasarannya bisa lebih terorganisir dan populasinya bisa lebih banyak.
Pada kesempatan tersebut ditayangkan video kisah sukses Fajar, peternak kambing di Bambu Apus, Jakarta Timur. Pada lahan sekitar 100 meter dan pengaturan kandang, Fajar bisa beternak 50 ekor kambing. Untuk pakan, Fajar memanfaatkan tanaman yang ditanamnya seperti indigofera dan pacong.
Fajar juga membuat pakan fermentasi dan pakan konsentrat. Bahan konsentrat diantaranya bungkil sawit, bonggol jagung, biskuit afkir, dedak, dan biji kopi. “Bahan apa saja yang tersedia bisa dijadikan pakan kambing,” kata Fajar.
Untuk kebersihan kandang, Fajar mengatakan agar lantai kandang sebaiknya jangan terbuat dari semen atau keramik, tetapi tanah yang bisa menyerap urin agar tidak menganggu lingkungan. Kebersihan dan sanitasi kandang tetap harus dijaga. “Tiap seminggu sekali, kotoran kambing dimasukkan ke dalam karung. Setiap seminggu atau dua minggu sekali, kandang juga disemprot diinfektan,” pungkas Fajar.