Produktivitas Tinggi dan Tahan Hama, Petani Sidoarjo Mulai Tertarik Tanam Inpari 42

Sidoarjo, Technology-Indonesia – Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, sebagai wilayah penyangga kota besar menghadapi masalah penyusutan lahan pertanian. Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo berupaya mengadopsi inovasi teknologi dan varietas unggul baru (VUB) untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Salah satunya, varietas Inpari 42 Agritan GSR dan Inpari 43 Agritan GSR hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang memiliki potensi hasil tinggi dan tahan serangan hama.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo, Handajani mengungkapkan saat ini lahan sawah di Kabupaten Sidoarjo seluas 22.250 hektare (ha) berupa sawah irigasi teknis. Dari luas lahan tersebut, sekitar 17 ribu hektare berupa sawah untuk tanaman pangan, sisanya untuk tanaman tebu.

Menurutnya, saat ini kondisi air di Sidoarjo sudah mulai berkurang dan lebih diprioritaskan untuk air minum sehingga air untuk lahan persawahan tidak terlalu berlebihan dan hanya sesuai kebutuhan. Karena itu, petani Sidoarjo membutuhkan varietas padi yang memiliki potensi hasil tinggi dalam kondisi lahan kekurangan air seperti Inpari 42 dan 43 yang dilepas Balitbangtan pada 2016.

“Kita memang dituntut untuk meningkatkan produktivitas di Sidoarjo, sebagai penyangga kota besar yang dilirik oleh para investor. Bupati juga sudah berpikir pada 2031 lahan sawah kita diprediksi berkurang menjadi 10 ribuan hektare,” ungkap Handajani di Kantor Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo pada Kamis (3/10/2019).

Untuk itu setiap ada inovasi teknologi baru, pihaknya selalu meminta untuk menjadi prioritas, termasuk Inpari 42 dan 43. Pihaknya juga mengalokasikan dana untuk demplot pengembangan teknologi dan perbenihan. “Kami bekerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) membuat display varietas sehingga petani bisa melihat langsung dan mereka akan percaya kalau ada bukti. Kita punya satu visi yang sama yaitu mensejahterakan petani,” lanjutnya.

Menurutnya, saat ini petani sudah mulai melirik dan tertarik untuk beralih dari varietas padi Ciherang ke Inpari 42 yang produktivitasnya di atas rata-rata. Sementara, varietas Ciherang produktivitasnya mulai menurun. “Terima kasih kepada peneliti yang sudah berupaya mencari pengembangan varietas-varietas unggul yang menjadi solusi bagi teman-teman petani,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Kasi Produk Tanaman Pangan dan Holtikultura, Zulkarnain Fitri Akbar mengatakan bahwa pihaknya terbuka terhadap varietas-varietas baru untuk mengganti varietas-varietas lama yang produktivitasnya sudah stagnan. Menurutnya, untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan varietas yang memiliki potensi tinggi seperti varietas Inpari 42 dan 43.

Kasi Produk Tanaman Pangan dan Holtikultura, Zulkarnain Fitri Akbar (kedua dari kiri) bersama pemulia dari BB Padi dan petani di Desa Karangpuri, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo.

Awalnya, kedua varietas itu dikembangkan di Kecamatan Tarik dan Kecamatan Prambon dengan fasilitas dari Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo. Hasil dari pengembangan di kedua kecamatan itu kemudian menyebar ke Kecamatan Wonoayu dan sambutannya luar biasa karena produktivitasnya tinggi dan rasanya pulen.

Produktivitas sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari sebelumnya 62 kuintal/ha menjadi 68 kuintal/ha GKG (Gabah Kering Giling). Hasil ubinan rata-rata di atas 10 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP) karena musimnya bagus, penyinaran matahari cukup banyak, sehingga produktivitasnya merata.

“Jika tidak terkena Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) saya yakin dengan teknologi sederhana saja hasilnya bisa 9-10 ton/ha GKP. Jika dengan penerapan teknologi seperti pemupukan berimbang, Jajar Legowo, dan lain-lain produktivitasnya bisa mencapai 11-12 ton/ha GKP,” kata Fitri optimis.

Selain itu, pada 2018 Kabupaten Sidoarjo menghadapi serangan burung. “Keunggulan dari Inpari 42 itu daun benderanya cukup tinggi dan buahnya ada di tengah, sehingga burung tidak bisa makan karena terhalang daun bendara. Di samping itu, produktivitasnya tinggi mengalahkan varietas lain,” terangnya.

Dengan hasil itu, kegiatan Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Sidoarjo pada 2019 diarahkan untuk Inpari 42 melalui pemberian benih ke semua Kecamatan. Sekarang penyebaran Inpari di Kecamatan Wonoayu, Balongbendo, Tarik dan Prambon luar biasa. Menurut perkiraan Fitri, sekarang sudah hampir 40% dari luas tanam atau sekitar 10 ribu hektare yang ditanami Inpari 42.

Untung Susanto, Pemulia dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) – Balitbangtan merasa senang karena varietas yang dikembangkan BB Padi bisa berkembang di Sidoarjo. “Dari hasil yang ada, kami senang sekali karena bisa muncul keunggulannya. Respon Pemda dan petani juga bagus sehingga Inpari 42 bisa berkembang. Kami bertambah semangat untuk mengembangkan varietas unggul yang lain,” pungkasnya.

Artikel Terkait:

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author