Jakarta, Technology-Indonesia.com – Mengusung konsep ramah lingkungan, PT Triangkasa Lestari Utama (TLU) berhasil mengembangkan sepatu biosneakers Node berbahan baku serat alam lokal. Komponen utama biosneakers antara lain serat rami, serat bambu, kapas, dan karet alam. Sol sepatu ramah lingkungan ini diinjeksi teknologi nanobiosilika dari sekam padi hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Node singkatan dari No Deforestation merupakan biosneakers berbahan baku 95% bahan organik yang ramah lingkungan dan limbah sepatunya dapat terurai di alam secara alami. Sol bagian luar biosneakers ini terbuat dari karet alam dengan campuran biosilika dari sekam padi, sedang sol bagian dalamnya terbuat dari serat bambu. Kulit biosneakers merupakan kain berbahan rami dan tali sepatunya katun terbuat dari 100% kapas.
Hoerudin, peneliti nanobiosilika Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Balitbangtan mengatakan produk biosneakers ini sarat dengan inovasi dan teknologi. Salah satu invensi dalam sepatu ini yang menjadi embrio kerjasama antara Balitbangtan dan PT TLU adalah biosilika dari sekam padi.
Menurutnya, peningkatan produksi padi yang merupakan program strategis Kementerian Pertanian, diikuti dengan produksi limbah sekam padi. Dari setiap butir gabah, 20 persen merupakan sekam yang biasanya hanya menjadi limbah di belakang tempat penggilingan padi. Dari produksi padi Indonesia tahun 2019 sebesar 54,60 juta ton GKG dihasilkan sekam padi sekitar 10,81 juta ton yang umumnya nyaris tak bernilai.
“Jika sekam ini tidak dimanfaatkan tentunya akan menimbulkan permasalahan. Dari riset kami diperoleh bahwa ternyata sekam padi mengandung 15-20 persen silika. Silika ini memiliki nilai ekonomi tinggi karena dapat dimanfaatkan di berbagai industri seperti industri pangan, sepatu sandal, karet cat kaca dan semi konduktor dan pupuk,” tutur Hoerudin dalam peluncuran produk Biosneakers Indonesia di Jakarta, Selasa (18/5/2021).
Balitbangtan melalui BB Pascapanen berhasil mengembangkan produk silika (SiO2) berukuran nanometer dari sekam padi atau dikenal nanobiosilika. Teknologi proses yang dikembangkan mampu menghasilkan produk nanobiosilika dengan kandungan SiO2 hingga 97-99 persen dengan luas permukaan spesifik lebih dari 200 m2/g.
Pada tiap satu ton sekam dapat menghasilkan sekitar 150-200 kg SiO2. Di industri, SiO2 banyak dimanfaatkan untuk produk karet, cat, semen, keramik, kaca, logam, elektronik, farmasi, kesehatan, pangan, pupuk dan pestisida. Partikel nanobiosilika dari sekam padi berukuran nanometer (20 – 100 nm), sehingga dapat meningkatkan performa produk akhir.
Hasil riset Balitbangtan tersebut langsung digaet PT TLU melalui kerjasama riset untuk mengembangkan produk sandal ramah lingkungan hingga biosneakers. Dari berbagai uji yang dilakukan dan hasil dari lab independen menunjukkan bahwa produk biosneaker khususnya outsole yang dihasilkan dari silika sekam padi memiliki keunggulan dibandingkan dengan silika impor.
“Lebih lentur, tahan sobek, dan daya cengkeram lebih baik. Bahan baku melimpah, murah dan meningkatkan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dari produk,” terangnya.
Hoerudin menyampaikan unit produksi biosilika BB Pascapanen berada di Karawang, Jawa Barat yang terintegrasi dengan penggilingan padi sehingga berdekatan dengan ketersediaan bahan baku. Dalam satu line proses produksi biosilika, dapat menghasilkan dua jenis produk yaitu biosilika cair dan biosilika serbuk. Biosilika cair bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan hara pertanian. Sementara biosilika serbuk untuk industri seperti sepatu sandal, karet cat kaca dan semi konduktor.
“Aplikasi biosilika cair yang diproduksi dari line proses yang sama sudah dan sedang diujicoba di 21 provinsi bekerjasama dengan mitra kami pada komoditas padi, bawang merah, dan jagung. Pada berbagai ekosistem, biosilika cair dapat membantu mengoptimalkan produksi padi dan bawang merah,” tutur Hoerudin.
Untuk pengembangan biosilika, BB Pascapanen telah melakukan riset skala laboratorium, semi pilot, hingga skala pilot. Untuk mengatasi permintaan pasar terkait produk biosneaker, Hoerudin mengatakan bahwa, Pihaknya juga sudah melakukan proses scaling up walaupun baru sampai skala pilot, sedang memasuki tahap komersialisasi untuk produksi massal bersama PT TLU.
“Dalam waktu dekat ini kami sudah menandatangani perjanjian kerjasama dengan TLU untuk mengoptimalkan unit produksi yang ada di Karawang untuk mengantipasi permintaan bio komponen yang saat ini sudah cukup tinggi,” terang Hoerudin.
David Chrisnaldi, Direktur PT TLU mengatakan bahwa nanobiosilika dari sekam padi menghadirkan alas kaki dengan fleksibilitas tinggi (kuat dan lentur, tidak kaku), daya cengkeram tinggi (antislip) pada kondisi basah sekalipun, tetap ringan, sehingga nyaman dan aman dipakainya.
“Dengan sifat uniknya itu, nanobiosilika dari sekam padi mampu mengungguli kinerja silika komersial impor yang selama ini digunakan pada produk karet kami,” pungkasnya.
Nanobiosilika Sekam Padi Tingkatkan Performa Biosneaker
