Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno meresmikan peluncuran sepatu biosneakers Node karya anak bangsa berbahan baku serat alam lokal. Komponen utama biosneakers antara lain serat rami yang lembut dan kuat, serat bambu antibakteri, kapas, dan karet alam. Sol sepatu ramah lingkungan ini diinjeksi teknologi nanobiosilika dari sekam padi hasil riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Node singkatan dari No Deforestation merupakan biosneakers berbahan baku 95% bahan organik yang ramah lingkungan dan limbah sepatunya dapat terurai di alam secara alami. Sol bagian luar biosneakers produksi PT Triangkasa Lestari Utama (TLU) ini terbuat dari karet alam dengan campuran biosilika dari sekam padi, sedang sol bagian dalamnya terbuat dari serat bambu. Kulit biosneakers merupakan kain berbahan rami dan tali sepatunya katun terbuat dari 100% kapas.
Sandiaga Uno menyampaikan bahwa sepatu biosneakers merupakan ide sangat brilian karena menggabungkan produk ekonomi kreatif dengan tren keberlanjutan lingkungan.
“Jadi konsep alas kaki dengan bahan baku alami berkelanjutan. Istilahnya sepatu ini kalau kita tanam di dalam tanah sekitar satu tahun mungkin sudah bisa terurai. Brand Node ini singkatannya sangat keren, No Deforestation, branding dengan konsep berkelanjutan,” kata Sandiaga saat peluncuran biosneakers yang digelar oleh Kadin Indonesia pada Selasa (18/05/2021).
Karena sepatu biosneakers Node ini masih diproduksi dalam jumlah terbatas, tantangan ke depan menurut Sandiaga adalah scale up dari jumlah terbatas meningkat sesuai permintaan pasar.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Perindustrian, Johnny Darmawan mengatakan peluncuran sepatu biosneakers karya anak bangsa ini diharapkan dapat menjadi pemicu bangkitnya industri kecil menengah (IKM) berbasis riset dan pengembangan. Kadin berpandangan bahwa penguatan industri kreatif sebagai salah satu ujung tombak transformasi ekonomi Indonesia ke depan perlu diintensifikasi.
“Biosneakers ini dikembangkan wira usaha muda yang litbangnya didukung oleh Balai Besar Litbang Pascapanen, Kementerian Pertanian. Yang sangat menggembirakan adalah bahan baku sepatu biosneakers hampir seratus persen berasal dari pohon dan serat alam lokal. Hal ini berpeluang menjadikan produk kreatif lokal,” tutur Johnny.
Sepatu biosneakers, lanjutnya, dapat menjadi tuan rumah pasar lokal dan kemudian di pasar global karena potensi hayati berupa tanaman penghasil serat sangat mudah dijumpai di Indonesia.
“Potensi pemanfaatan serat alam dalam mendukung industri berbasis selulosa di industri tekstil dan alas kaki semakin terbuka pasca terbitnya isu pentingnya untuk mengurangi pemakaian material komposit berbasis serat sintetis yang dapat merusak lingkungan dan membawa perubahan iklim secara global,” terangnya.
Johnny menyampaikan bahwa Kadin Indonesia mendukung penuh upaya para pelaku industri kreatif untuk terus berinovasi mengembangkan industri persepatuan berbasis serat alam mengingat potensi bahan baku yang berlimpah. “Saya yakin industri perseratan di Indonesia menuju industri nasional berkelanjutan akan segara terwujud,” tegasnya.
Johnny mengungkapkan, sepatu biosneakers Node rencananya akan dipamerkan di perhelatan fashion dunia di Paris, Perancis pada akhir 2021. Bahkan, rencananya biosneakers Node akan digunakan saat peragaan busana di ajang tersebut.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menerangkan bahwa kehadiran sepatu biosneakers ini merupakan perjalanan panjang dari Badan Litbang Pertanian untuk memanfaatkan limbah dari produksi pertanian. Salah satu limbah yang dimanfaatkan adalah jerami dan sekam.
“Dalam rangka mendukung industri kreatif dan ekonomi di pedesaan, Badan Litbang Pertanian telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi teknologi,” kata Fadjry.
Pada sub sektor tanaman pangan, misalnya, ada produk sampingan padi yang belum dioptimalkan pemanfaatannya seperti sekam dan jerami. Potensi ini bisa menjadi peluang bagi industri kreatif untuk memanfaatkan limbah-limbah pertanian.
Fadjry menambahkan bahwa produk biosneakers ini merupakan salah satu lompatan inovasi yang sarat manfaat. Di dalamnya terdapat pemanfaatan limbah pertanian, peningkatan nilai tambah, daya saing, substitusi impor, dan tentunya pelestarian lingkungan. Dengan demikian, dari padi bukan hanya beras hasilnya.
“Kementerian Pertanian terus mendorong penciptaan inovasi yang mampu memberikan nilai tambah pada hasil pertanian secara berkelanjutan, seiring upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani dan kelompok masyarakat lainnya,” jelasnya.
Fadjry mengungkapkan bahwa Balitbangtan memiliki teknologi-teknologi yang bisa diakses pelaku industri. “Kami siap bekerjasama dan siap menyampaikan hasil-hasil teknologi kami untuk menggerakkan ekonomi masyarakat kita,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Balitbangtan, Prayudi Syamsuri menjelaskan biosilika dari sekam padi memiliki beberapa keunggulan. Komposisi sekam padi dapat mencapai 20 persen dari produksi gabah kering giling. “Jumlah gabah di Indonesia per tahun mencapai 55 juta ton, dan sekitar 11 juta ton diantaranya berupa limbah sekam padi,” lanjutnya.
Dari 1 ton sekam, ungkap Prayudi, mampu menghasilkan 150-200 kilogram silika. “Itu artinya bisa sampai 2,2 ton silika per tahun dari seluruh limbah sekam padi,” terangnya.
Prayudi menyampaikan bahwa BB Pascapanen Pertanian telah mengembangkan teknologi sol-gel energi rendah skala semi pilot untuk memproduksi silika dari sekam padi dengan ukuran partikel skala nanometer (20—200 mm) yang dinamakan nanobiosilika.
“Salah satu produk biosilika dimanfaatkan sebagai filler penguat pada karet (sol sepatu) yang nantinya dapat cepat terurai,” pungkasnya.