IRRI, Mitra Kerja Sama Indonesia untuk Penelitian Padi Nasional

Bogor, Technology-Indonesia.com – Untuk mempercepat transfer pengetahuan dan teknologi padi, International Rice Research Institute (IRRI) secara resmi membuka kantor IRRI Indonesia, di Bogor, Jawa Barat. Indonesia dan Lembaga Penelitian Padi Internasional yang bermarkas di di Los Banos, Filipina tersebut telah membina kemitraan selama lebih dari 40 tahun.

Kerjasama dimulai pada 1962 dan diformalkan dalam MOU pada bulan Desember 1972, ketika Program Penelitian Padi Nasional Indonesia dan IRRI sepakat bekerja sama meningkatkan penelitian padi di Indonesia. Enam tahun kemudian, kedua pihak, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) setuju untuk mengevaluasi keragaman genetik padi Indonesia, meningkatkan sistem berbasis padi Indonesia, mempromosikan mekanisasi, dan membangun kapasitas melalui penelitian.

Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry mengemukakan peresmian kantor baru ini merupakan tindak lanjut dari Host Country Agreement antara Pemerintah Indonesia dengan IRRI yang telah ditandatangani pada 17 Agustus 2018. IRRI merupakan mitra kerja sama yang telah lama menjadi partner Indonesia dalam hal peningkatan program penelitian padi nasional.

“Selama bertahun-tahun para petani telah menanam varietas padi hasil kerja sama antara peneliti Indonesia dengan IRRI,” jelas Djufry saat peresmian kantor IRRI Indonesia, di Bogor, Jawa Barat pada Senin (1/4/2019).

Varietas padi IRRI, terangnya, telah secara signifikan meningkatkan produksi beras Indonesia. Sudah banyak varietas unggul baru yang tetuanya berasal dari IRRI. Contoh yang paling terkenal adalah Ciherang. “Ciherang disenangi masyarakat karena adaptasinya tinggi di lahan irigasi biasa, lahan pasang surut, dan lahan kering. Petani suka karena kualitas gabahnya bagus dan produktivitasnya tinggi,” lanjutnya.

Namun karena petani terlanjur senang Cihreang, mereka susah untuk menggantinya dengan varietas lain. Padahal, Balitbangtan sudah merilis beberapa varietas unggul baru seperti Inpari 30 Sub 1 yang lebih bagus dari Ciherang. Menurut Djufry, ketahanan varietas Ciherang terhadap penyakit mulai menurun karena sudah tidak murni lagi benihnya. Selain itu, hama penyakit juga terus berkembang.

Varietas padi lain yang paling baru dirilis diantaranya Inpari 30 Ciherang Sub 1, Inpari 34, 35, 42-43 GSR dan INPARI IR NutriZinc. Dirilis pada tahun 2018, INPARI IR NutriZinc, dianggap sebagai varietas padi pertama yang mengandung seng pertama di Indonesia untuk mengatasi masalah stunting di negara ini.

Varietas INPARI IR NutriZinc merupakan varietas unggul, tahan wereng coklat yang mampu menyediakan hingga 50% dari kebutuhan seng harian dan berpotensi dapat membantu mengurangi dampak dari kerugian produk domestik bruto tahunan Indonesia sebesar 2,6 miliar dolar AS karena kekurangan mikronutrien.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, lanjutnya, saat ini sedang mengoptimalkan pemanfaatan lahan pasang surut melalui pembukaan ratusan ribu hektare lahan di beberapa daerah seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi. Untuk itu, pihaknya akan mendukung program tersebut melalui riset untuk menghasilkan varietas unggul yang cocok untuk lahan pasang surut.

“Kita sebenarnya sudah punya Inpara 5, 6, 7 dan beberapa varietas unggul lain, tetapi ke depan kita berharap tetua dari IRRI bisa kita kawinkan dengan varietas lokal sehingga kita punya varietas yang produktivitasnya tinggi dan toleran terhadap rendaman,” tutur Djufry.

Prof. Dr. Hasil Sembiring, IRRI Representative and Liaison Scientist to Indonesia menambahkan, selain kolaborasi riset terkait pemuliaan padi untuk menghasilkan varietas unggul baru, Balitbangtan dan IRRI menjalin kerjasama pengembangan teknologi pengembangan tanaman, training, pendidikan, capacity building, dan lain-lain.

Pada Februari 2015, misalnya, Balitbangtan dan IRRI merilis aplikasi Layanan Konsultasi Padi (LKP) yang memberikan pedoman pengelolaan hara spesifik lokasi pada padi berdasarkan informasi yang tersedia.

“Melalui Layanan Konsultasi Padi, dengan menggunakan handphone android petani di mana saja bisa menentukan berapa pupuk yang dibutuhkan maupun varietas apa yang ditanam, pengendalian tikus, pengendalian gulma, maupun water management,” terangnya.

Program lainnya adalah pengembangan teknologi untuk mengurangi yield gaps atau kesenjangan produktivitas. Misalnya di wilayah Pulau Jawa perbedaannya sekitar 2-3 ton/hektare, sementara di luar Jawa masih tinggi antara 4-5 ton/hektare. “Lahan semakin sedikit, kita harus menutup senjang hasil itu sekecil mungkin dengan teknologi-teknologi,” tutur Hasil.

Selain peresmian Kantor IRRI Indonesia, juga digelar workshop pada 1-2 April 2019 yang bertujuan menyediakan plasmanutfah dan teknologi benih yang terbaik dan memperkuat sumberdaya untuk mengembangkan varietas padi yang diperlukan negara ASEAN termasuk Indonesia.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author