Bogor, Technology-Indonesia.com – Di tengah pandemi Covid-19, Majelis Pengukuhan Profesor Riset Kementerian Pertanian (Kementan) mengukuhkan empat peneliti ahli utama dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sebagai profesor riset. Pengukuhan tersebut menambah jumlah profesor riset di Kementan menjadi 158 orang, sementara untuk tingkat nasional menjadi 625 orang. Profesor Riset merupakan jenjang tertinggi dalam jabatan fungsional peneliti.
Empat peneliti ahli utama yang dikukuhkan menjadi profesor riset adalah Prof. (Riset). Dr. Ir. Agustina Asri Rahmianna di bidang Budidaya dan Produksi Tanaman; Prof. (Riset) Dr. Ir. Sahat Marulitua Pasaribu, MEng di bidang Sosial Ekonomi Pertanian; Prof. (Riset) Dr. Ir. Nyak Ilham, MSi di bidang Sosial Ekonomi Pertanian; dan Prof. (Riset), Dr. Ir. Khairil Anwar, MSi di bidang Tanah, agroklimatologi dan Hidrologi.
Keempatnya secara berurutan merupakan profesor riset ke 622, 623, 624, dan 625 secara nasional dari dari 7.833 orang dan profesor riset ke 155, 156, 157, dan 158 di Balitbangtan, Kementan. Saat ini profesor riset Kementan yang masih aktif sebagai PNS berjumlah 54 orang dari 1581 peneliti dan total 5.579 PNS di Balitbangtan. Saat ini Professor Riset Kementan yang masih aktif sebagai PNS menjadi berjumlah 59 orang dari 1.807 peneliti dan total 5.302 PNS di Balitbangtan.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan meskipun terkendala Covid-19, sektor pertanian masih bisa tumbuh sebesar 1,75% pada tahun 2020, ditengah-tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang mengalami kontraksi sebesar -2,07% pada periode yang sama. Sambil terus mendorong transformasi dan modernisasi pertanian secara luas, peningkatan produksi pangan pokok masih tetap menjadi prioritas.
“Sektor pertanian tetap dituntut untuk terus meningkatkan kinerjanya, terutama dalam menyediakan bahan pangan pokok. Masyarakat masih tetap menginginkan pemenuhan kebutuhan pangan pokok dari sumber produksi dalam negeri,” tutur Mentan dalam sambutan yang dibacakan Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry di Bogor pada Selasa (7/12/2021).
Selain dampak Pandemi Covid-19, produksi pangan saat ini dihadapkan dengan masalah variabilitas iklim. BMKG memperkirakan curah hujan pada bulan November – Desember 2021 akan mengalami peningkatan sehingga berpotensi terjadinya La Nina.
Karena itu, Kementan terus mencari langkah-langkah terobosan dalam memitigasi dampak dari fenomena alam tersebut. Mentan juga terus mengajak para peneliti Balitbangtan, terutama para profesor riset untuk menunjukkan karya terbaiknya dalam mensukseskan program peningkatan produksi pangan melalui dukungan inovasi teknologi, rancangan kelembagaan dan kebijakan yang tepat.
Terkait Undang-Undang No.11/2019 tentang Sisnas Iptek dan Perpres No.78 tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pihaknya perlu terus menyuarakan bahwa sistem inovasi pertanian bersifat unik dan berbeda dengan sistem inovasi secara umum.
“Keunikan sistem inovasi pertanian terutama karena pengaruh faktor alam, sehingga kinerjanya akan bervariasi menurut agroekosistem. Sehubungan itu tatanan kelembagaan sistem inovasi pertanian perlu mempertimbangkan keunikan tersebut,” imbuhnya.
Untuk menjaga dan mendorong kinerja sektor pertanian, terutama pangan, Kementan melaksanakan lima Cara Bertindak (CB), yaitu: peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik, pengembangan pertanian modern, dan peningkatan ekspor tiga kali lipat. Untuk mengoperasionalkan arah kebijakan tersebut, Mentan mengajak para peneliti untuk bersama-sama mencurahkan waktu dan pikiran sesuai bidang kepakaran masing-masing.
Pada kesempatan tersebut, Mentan mengucapkan selamat dan apresiasi kepada keempat profesor riset yang telah berhasil mencapai jenjang tertinggi dalam jabatan fungsional peneliti. Mentan juga mengapresiasi hasil pemikiran yang telah dituangkan oleh keempat profesor riset yang baru saja dikukuhkan. Konsepsi pemikiran yang dirumuskan keempat profesor riset sangat relevan dengan upaya mewujudkan pertanian modern dan memperkuat ketahanan pangan.
Menurut Mentan, rekomendasi tentang budidaya dan produksi pangan, khususnya kacang tanah, yang disampaikan Prof. Dr. Agustina Asri Rahmianna sangat penting dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional berkelanjutan. Demikian juga pemikiran tentang reformulasi arsitektur asuransi pertanian yang disampaikan Prof. Dr. Sahat Marulitua Pasaribu diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan asuransi pertanian secara luas.
Selanjutnya konsepsi yang disampaikan Prof. Dr. Nyak Ilham dalam kebijakan pengembangan sentra produksi sapi potong diharapkan berkontribusi pada pencapaian swasembada daging nasional. Terakhir, rekomendasi Prof. Dr. Khairil Anwar tentang pengelolaan tanah dan air, merupakan masukan yang berharga dalam peningkatan produksi pangan khususnya di lahan rawa.
Mentan berharap keempat profesor riset yang baru dikukuhkan dapat lebih berperan aktif menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda, baik dalam bidang kepakaran, maupun dalam pengembangan jati-diri, integritas serta profesionalisme mereka.