Budesari Kedelai Jagung Tingkatkan Pendapatan Petani

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah mengembangan berbagai cara dan teknologi untuk meningkatkan produksi jagung dan kedelai nasional. Salah satunya dengan budidaya tumpangsari (Budesari) antara jagung dan kedelai.

Dalam lima tahun ke belakang, penanaman jagung oleh petani cukup baik dan produksinya terus meningkat. Cara tanam jagung yang diterapkan petani umumnya monokultur dengan jarak tanam 80 cm x 40 cm, dua tanaman per lubang, atau 80 cm x 20 cm satu tanaman/lubang dengan populasi sekitar 62.500 tanaman/hektare (ha).

Dengan cara tanam tersebut, produktivitas tanaman jagung petani berkisar antara 5,5 ton hingga 8,5 ton/ha biji kering dengan perolehan keuntungan antara Rp 13,9 juta hingga Rp 24,5 juta per hektare.

Budesari atau budidaya tumpangsari dapat meningkatkan produksi dan pendapatan dengan menanam jagung tumpangsari dengan kedelai. Petani bisa mendapatkan hasil jagung 4,8 ton – 8,2 ton/ha dan kedelai 0,8 ton – 1,3 ton/ha, dengan keuntungan meningkatkan menjadi Rp 16,4 juta – Rp 25,5 juta/ha. Rentang produktivitas jagung dan kedelai tersebut cukup besar karena bergantung pada jenis varietas jagung dan kedelai yang digunakan.

Penataan tanaman jagung yakni tanam baris ganda (40 x 20) cm x 200 cm satu tanaman/lubang dengan populasi tetap sekitar 62.500 tanaman/ha. Di antara lorong baris ganda tanaman jagung masih dapat ditanami lima baris kedelai dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm atau populasi tanaman kedelai mencapai sekitar 62% dari monokultur.

Semakin subur tanaman jagung yang ditumpangsarikan, hasil kedelai semakin rendah karena efek naungan. Pada tingkat naungan jagung 40–60%, varietas kedelai Dega 1 atau Argomulyo (umur pendek) mampu tumbuh dan memberikan hasil lebih baik dibanding varietas yang berumur lebih panjang.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari Budesari ini antara lain produktivitas lahan meningkat, karena dalam musim tanam yang sama dapat dilakukan panen lebih dari satu kali; hemat biaya pengolahan tanah dan perawatan tanaman; dan menekan resiko kerugian akibat gagal panen. Kelebihan lainnya, petani bisa mendapatkan keuntungan lebih tinggi, karena setiap tanaman memiliki nilai jual yang berbeda. (Balitkabi/ Arief Harsono)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author