Jakarta, Technology-Indonesia.com – Siapa yang tidak mengenal beras pandan wangi. Produk lokal unggulan dari Kabupaten Cianjur ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Letak geografis serta tanah dengan kandungan bahan organik tinggi diyakini menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi yang berkualitas.
Tidak semua kecamatan di Cianjur menghasilkan beras pandan wangi. Namun, potensi untuk pengembangannya masih terbuka lebar dan bagaimana pemenuhan kecukupan haranya.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani dalam budidaya padi khususnya terkait rekomendasi pemupukan maka Balai Penelitian Tanah (Balittanah), Badan Litbang Pertanian menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) di Aula kantor BPP, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur pada Rabu (17/3/2021). Bimtek bertema “Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah dan Reformulasi NPK 15-10-12” diikuti petani di Desa Bobojong dan Cikalong Kulon, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur.
Dalam sambutannya Kepala UPTD Kabupaten Cianjur, Cahya berharap petani peserta Bimtek bisa memanfaatkan kesempatan berharga ini untuk menambah ilmu dalam pengelolaan pupuk dan lahan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan yang diperoleh dapat diadopsi di kelompok tani masing-masing.
Acara Bimtek ini penting untuk peningkatan produksi padi pandan wangi di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra padi pandan wangi. Untuk itu, petani harus mengetahui karakteristik kesuburan tanah dan berapa dosis pupuk. Semua itu harus terukur dan dihitung agar sistem budidaya padinya efektif dan efisien, alias tidak menghambur-hamburkan uang.
Petani juga harus lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih pupuk, karena di pasaran banyak beredar pupuk yang tidak sesuai yang tertera di label sehingga merugikan petani. Dengan adanya Bimtek ini, Kepala UPTD Kabupaten Cianjur mengharapkan agar petani lebih cerdas dan bijak dalam mengelola lahan pertaniannya sehingga produktivitas padi yang saat ini berkisar 6,8-7,2 ton/ha dapat ditingkatkan.
Kepala Balittanah, Ladiyani Retno Widowati dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa petani harus pintar dan bijaksana dalam pengelolaan lahan sehingga terjaga produksi dan kualitasnya. Ladiyani berpesan agar petani jangan hanya menanam satu varietas terus menerus dalam kurun waktu yang terlalu lama karena akan cenderung menguras hara tertentu. Adanya perubahan iklim juga harus diadaptasi oleh petani.
Kepala Balittanah berharap agar komunikasi tidak terbatas pada saat acara Bimtek, tetapi terus dilakukan terutama bila ada permasalahan teknis yang dihadapi oleh petani di lapangan. Balittanah siap memberikan respon dan bersama-sama untuk mencarikan solusinya.
Peneliti senior dari Balittanah, Nurjaya sebagai narasumber menyampaikan materi pemupukan berimbang sebagai dasar penetapan rekomendasi pemupukan padi sawah dan Reformulasi pupuk NPK 15-10-12. Diawali dengan penyampaian permasalahan produktivitas padi yang stagnan meskipun tanaman sudah dipupuk dalam dosis tinggi, pengenalan unsur hara, ada 16 unsur hara yang diperlukan tanaman. Materi selanjutnya pengenalan pupuk, pemupukan berimbang dan rencana perubahan formula pupuk NPK 15-15-15 menjadi NPK 15-10-12.
Sementara peneliti dari Balittanah, Ibrahim Adamy Sipahutar menjelaskan peranan penting pupuk silica bagi tanaman padi dan manfaat pengembalian jerami padi ke lahan. Untuk meningkatkan pengetahuan PPL dan Petani di Kecamatan Mande, Kepala Balittanah memberikan bantuan berupa 1 unit Perangkat Uji Tanah Sawah untuk BPP Mande.
Dalam diskusi, petani banyak menanyakan terkait pH tanah dan bagaimana cara pengukurannya, rekomendasi pupuk spesifik lokasi untuk Cianjur, terkait waktu pemupukan yang tepat dan juga masalah pengelolaan jerami padi. Semua pertanyaan dari petani telah direspon dengan baik oleh narasumber. (Sumber Balittanah)