Berkat Inovasi Tiada Henti, Peneliti BBSDLP Panen Royalti

Bogor, Technology-Indonesia.com – Peneliti di Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) panen royalti berkat inovasi tiada henti. Itulah kalimat yang menggambarkan kualitas peneliti di bawah lingkup BBSDLP yang membuat Menteri Pertanian kagum.

Sebanyak tiga royalti diperoleh oleh para peneliti dari lingkup BBSDLP. “BBSDLP memiliki 4 instansi berupa balai penelitian di bawahnya. Dua dari 4 balai tersebut mendapat royalti,” kata Kepala BBSDLP, Dr. Husnain.

Peneliti yang pertama Dr Etty Pratiwi dari Balai Penelitian Tanah (Balittanah) yang meraih royalti dari produk pupuk hayati Agrimeth. Berikutnya Ir Joko Purnomo, M.Si yang juga dari Balittanah dengan pupuk Jeranti. Sementara Dr. Mukhlis dari Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) mendapat royalti dari produk Biotara.

Royalti diberikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Dr. Fadjry Djufry mewakili Menteri Pertanian pada acara “Launching Produk Inovasi Balitbangtan” pada 22 Agustus 2019 di Kampus Pertanian Cimanggu, Bogor.

Menurut Etty, pupuk hayati Agrimeth yang telah dilisensi oleh PT Agro Indo Mandiri, mengandung bahan aktif dari konsorsia bakteri Methylobacterium sp, Azotobacter sp, Bacillus sp, Rhizobium sp dan Bradyrhizobium sp yang dapat meningkatkan efisiensi serapan hara tanaman, mengurangi pemakaian pupuk anorganik serta meningkatkan produktivitas tanaman hingga 50%, seperti yang disampaikan. “Pupuk hayati ini dapat diaplikasikan pada budidaya tanaman pangan dan hortikultura,” kata Etty.

Aplikasi di lapang menunjukkan pemakaian Agrimeth di Boyolali, jawa Tengah produksi padi mencapai 11 ton GKP dengan pola tanam jajar legowo.

Lebih lanjut, Ir Joko Purnomo, M.Si selaku inventor Jeranti menyampaikan produk yang telah dilisensi oleh PT Pupuk Kujang ini merupakan pupuk NPK (14-10-18) yang berbentuk tablet yang dikembangkan untuk tanaman jeruk keprok. “Jeranti tablet diaplikasikan dengan cara dibenamkan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan,” kata Joko.

Menurut Joko, pupuk tablet ini sesuai untuk tanaman hortikultura berpohon, tetapi untuk tanaman semusim seperti bawang merah dan cabai, petani lebih memilih bentuk yang telah dihaluskan.

Sementara Biotara merupakan kolaborasi penelitian dari Dr. Mukhlis dan Dr. Yuli Lestari mendapatkan royalti dari Pemerintah. Royalti biotara yang merupakan pupuk hayati untuk lahan rawa didapat sejak 2017. Penemuan tersebut dikerjasamakan dengan swasta untuk produksinya sehingga Mukhlis berhak mendapat royalti berupa pembagian keuntungan sesuai perjanjian yang tercantum dalam lisensi.

Biotara berguna karena dapat mempercepat proses perombakan bahan organik, melarutkan unsur P dalam tanah, dan mengikat N. Di lapangan Biotara dapat meningkatkan hasil sampai 20% dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik sampai 30%. (AFS/EP/JP/VC)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author