Balitbangtan Wakili Negara Penghasil Kelapa Dunia Pada Simposium Internasional di China

Technology-Indonesia.comChinese Academy of Tropical Agricultural Sciences (CATAS) dan Coconut Research Institute (CRI) mengundang Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) sebagai nara sumber mewakili negara-negara penghasil kelapa pada “Symposium on Scientific Development of Rubber, Areca and Coconut Industry of Hainan” pada Selasa (26/11/2019).

Zhang Yi Shan, salah satu director CATAS mengatakan simposium ini dilaksanakan setiap tahun. Namun pada tahun 2019, pelaksanaannya melibatkan pembicara dari luar negeri.

Simposium bertujuan untuk mengetahui status terkini, tantangan dan peluang pengembangan industri karet, pinang dan kelapa sebagai komoditas unggulan di China, disamping kelapa sawit, kacang tanah dan oil Camelia. Menurut Director CATAS, Wang Qing Huang, kegiatan ini disponsori oleh CATAS, dan didukung oleh asosiasi sains dan teknologi dan pihak industri.

Beberapa topik presentasi dan diskusi disampaikan oleh para pembicara dari pemerintah maupun swasta diantaranya, “To serve the development of rubber, coconut and areca industry and shoulder the responsibility of national science and technology strategic force”, “Value creation of rubber industry, opportunity and challenges”, “The current situation and suggestions of china’s natural rubber industry development”, “Hainan coconut areca traditional culture and its potential contribution to tourism”, dan “Transformation of agricultural scientific and technological achievements and capital market”.

Dr. Jelfina C. Alouw dari Puslitbang Perkebunan mewakili Balitbangtan diwakili memaparkan topik “Global Coconut Sector: Current situation, challenges and Opportunity”. Jelfina menyampaikan bahwa permintaan pasar dunia terhadap produk berbasis kelapa antara lain air kelapa, tepung kelapa dan santan serta susu kelapa mengalami peningkatan yang signifikan. Contohnya permintaan produk air kelapa naik hampir 150% mulai dari 2013 sampai 2018.

Direktur CRI, Wang Fuyou mengatakan import kelapa oleh China dari Indonesia, Filipina dan Thailand sangat tinggi karena konsumsi air kelapa dalam negeri mereka sangat tinggi. Karena itu, CRI terus mendukung pengembangan kelapa terutama kelapa aromatik dan kelapa genjah lainnya melalui teknik konvensional dan kultur jaringan, kata Yang Yaodong, salah satu professor di CRI.

Setelah pemaparan oleh delapan pembicara, dilanjutkan dengan diskusi dan kunjungan ke pameran dan lokasi perbenihan kelapa di “Coconut Research Institute”. CRI didirikan pada 1980, dan didukung oleh 146 pegawai, termasuk 26 profesor and associate professor, 46 assisten professor dan 13 staf berpendidikan pasca sarjana.

Jelfina mengunjungi kebun percobaan dan kebun koleksi modern yang terdiri atas 173 aksesi kelapa, kelapa hibrida Wenye78F1, Wenye 2, Wenye 3 dan Wenye 4. Kebun benih sudah dilengkapi dengan system pemupukan dan pengairan yang otomatis, sebagaimana dijelaskan oleh Xu Lijing, Director of Center for International Cooperation and Technology Service, CRI.

Jelfina menyampaikan apresiasi atas dukungan CATAS dan CRI serta kesempatan yang diberikan kepada Puslitbangbun, Balitbangtan untuk melihat dari dekat aktivitas penelitian dan pengembangan mereka serta berharap China bisa berkontribusi nyata bagi pengembangan sektor perkebunan dengan sharing teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author