Batan Luncurkan Kedelai Hitam Mutiara

Varietas unggul kedelai hitam Mutiara 2 dan Mutiara 3. (foto www.batan.go.id)

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) meluncurkan dua varietas baru kedelai hitam dengan nama Mutiara 2 dan Mutiara 3 pada 2 Juli 2015.  Varietas unggul tahan hama ini memiliki potensi hasil 3 ton/ha dengan rata-rata hasil 2,4 ton/ha. Kedelai biasa rata-rata produkt‎ivitasnya hanya 1,4 ton per hektar.

Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto berharap peluncuran dua varietas unggul kedelai hitam  tersebut dapat berkontribusi dalam meningkatkan produksi kedelai nasional . Menurutnya, kebutuhan kedelai nasional hingga saat ini 70%-nya masih ditutupi lewat jalan impor.

Tahun 2013 produksi kedelai Indonesia hanya 807.568 ton dari luas panen 554.132 hektar dengan rata-rata produktivitas 1.46 ton/ha.  Jumlah produksi tersebut masih jauh di bawah kebutuhan nasional yang mencapai 2.7 juta ton/tahun. Untuk menutupi kekurangan, pemerintah mengimpor kedelai terutama dari Amerika Serikat dan Brazil.

Upaya kemandirian kedelai nasional melalui peningkatan produktivitas maupun penambahan areal tanam memerlukan penyediaan benih bermutu. Benih unggul harus memenuhi aspek kuantitas dan kualitas, serta penggunaannya secara konsisten agar tingkat produktivitasnya dapat dipertahankan tetap tinggi.

Sayangnya penyediaan benih kedelai bersertifikat (berlabel) di dalam negeri baru sekitar 8% dari kebutuhan nasional. Sementara impor benih apalagi yang berasal dari negara beriklim subtropis akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan. Secara ilmiah teknis, benih impor harus melalui penyesuaian dengan iklim tropis Indonesia melalui uji lapang (uji multilokasi) sebelum ditetapkan untuk ditanam secara luas di berbagai daerah.

Dalam upaya berkontribusi pada program kemandirian nasional, Batan memfokuskan kegiatan litbang nuklir untuk menghasilkan bibit unggul kedelai dengan teknik mutasi radiasi. Sampai tahun 2014, Batan telah menghasilkan delapan varietas unggul kedelai kuning, yaitu  Muria, Tengger, Meratus, Rajabasa, Mitani, Mutiara 1, Gamasugen 1 dan 2.

Pengembangan varietas kedelai hitam termasuk langka, pada tahun 1938 dirilis varietas Merapi, 1992 varietas Cikurai dan tahun 2007 dirilis varietas Malika yang produksi rata-ratanya 1,8 ton per hektar. Kebutuhahan nasional terhadap kedelai hitam baru bisa dicukupi 50-60 % dari produksi domestik.

Mutiara merupakan kepanjangan dari Mutan Unggul Teknologi Isotop dan Radiasi, karena secara teknis, kedelai ini diproses dari benih Cikurai dengan menggunakan tekonologi nuklir dengan radiasi sinar gama. Selain adaktif terhadap lingkungan, kedelai hitam ini memiliki kandungan protein yang tinggi dibanding yang lain serta tahan terhadap penyakit karat daun.

“Hasil litbang kedelai hitam ini merupakan bentuk komitmen Batan dalam mendukung program kedaulatan pangan nasional. Untuk kesekian kali kita ingin menyampaikan bahwa teknologi nuklir dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat yang berujung pada kemandirian dan kesejahteraan rakyat,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author