Jadi Primadona Dunia, BBSPGL Getol Cari Potensi Logam Tanah Jarang

TechnologyIndonesia.id – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan (BBSPGL) tengah getol mencari potensi Rare Earth Elements (REE) atau mineral logam tanah jarang di lautan Indonesia.

Logam tanah jarang itu merupakan primadona dunia seiring dengan meningkatnya pemanfaatan energi bersih dan menjadi unsur utama dalam produk-produk kendaraan listrik maupun elektronik.

Dengan manfaat yang besar dari logam tanah jarang tersebut, BBSPGL terus bergerak melakukan survei dan pemetaan serta telah melakukan pendataan terhadap potensi-potensi yang ada.

“Kami sudah memperoleh data, jadi dari survei di seluruh indonesia itu, kami masih mencakup sekitar 10%, yang artinya PR (pekerjaan rumah)-nya masih banyak,” ujar Kepala BBSPGL Hadi Wijaya di Bandung Jawa Barat pada Sabtu (16/12/2023).

Dari 10% tersebut, Hadi mengatakan bahwa BBSPGL telah melakukan survei dan pemetaan terhadap 1.820 sampel dari 12 komoditas di 30 lokasi perairan Indonesia, yang mana sampel tersebut diambil dari sedimen dasar laut yang menggunakan peralatan geologi.

Selain itu, apabila sampel yang diambil berada pada laut yang kedalamannya lebih dari 500 meter, BBSPGL menggunakan kapal riset canggih, yakni kapal Geomarine III, yang memiliki multipurpose vessel, dengan fungsinya untuk pemetaan hidrografi, oseanografi, geologi, maupun geofisika.

“Sepanjang tahun 2023 ini, BBPSGL melakukan survei menggunakan kapal geomarine dan perahu kecil, tercatat bahwa kita telah memperoleh lintasan survei sepanjang 4.790 KM, atau hampir 5 kali bolak-balik Jakarta-Banyuwangi, ini yang terpanjang selama 5 tahun terakhir,” imbuhnya.

Dari hasil survei dan pemetaan serta pengolahan data yang dilakukan BBSPGL, Hadi mengungkapkan bahwa terdapat potensi sebesar 4,6 miliar m3 mineral berat pembawa logam tanah jarang, emas plaser sebanyak 268,4 juta m3, pasir timah 386,4 juta m3, pasir silika sebanyak 22,8 miliar m3, serta 30 miliar m3 pasir besi.

Hadi menegaskan bahwa potensi tersebut tidak dapat diartikan potensi di seluruh wilayah Indonesia, karena seperti dikatakan sebelumnya bahwa survei yang dilakukan baru mencakup 10% saja dan belum ditambahkan dengan survei dari stakeholder.

“Ini semua sebetulnya hasil murni dari Badan Geologi dan belum ditambahkan dengan hasil penelitian para mitra ataupun stakeholder yang terkait. Jadi artinya begitu besarnya potensi untuk mineral kelautan di Indonesia,” ujarnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author