Jakarta, Technology-Indonesia.com – Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan persaingan ketat dan arus informasi yang pesat pada semua sektor. Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Indonesia dituntut memiliki daya saing yang kuat agar mampu mensejajarkan diri dengan negara-negara lain.
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan inovasi merupakan kunci dalam peningkatan produktivitas berkelanjutan, yang pada akhirnya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi bangsa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas inovasi di era Revolusi Industri 4.0, perguruan tinggi perlu melakukan reorientasi kurikulum agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Menristekdikti mengungkapkan kuantitas bukan lagi menjadi indiktor utama bagi perguruan tinggi dalam mencapai kesuksesan, melainkan kualitas lulusannya. Tujuan utama pendidikan tinggi di Indonesia adalah mentransformasi masyarakat menjadi sumber daya manusia yang inovatif dan adaptif.
Karena itu, Menristekdikti berharap perguruan tinggi dapat melahirkan tenaga kerja kompeten yang siap menghadapi Industri kerja yang kian berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, keahlian kerja, kemampuan beradaptasi dan pola pikir yang semakin dinamis.
“Perlu ada reorientasi kurikulum di perguruan tinggi. Kurikulum di perguruan tinggi harus mengacu pada pembelajaran dalam teknologi informasi, internet of things, big data, dan komputerisasi, serta entrepreneurship dan internship harus menjadi kurikulum wajib. Ini akan menghasilkan lulusan terampil dalam aspek literas data, literasi teknologi dan literasi manusia,” jelas Menristekdikti dalam Rapat Kerja dan Semiloka International Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta Se-Indonesia (BKS-PTIS) di Universitas Islam Sultan Agung, Semarang (20/9/2018).
Selain itu, disrupsi teknologi yang terjadi pada pendidikan tinggi membuat perguruan tinggi perlu menerapkan sistem pembelajaran baru, yaitu cyber university berbasis online learning. Menristekdikti menyebutkan saat ini Kemenristekdikti sedang menyiapkan Peraturan Menteri tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), untuk meningkatkan akses seluruh putra-putri Indonesia ke jenjang pendidikan tinggi dan mendorong pendidikan tinggi di Indonesia bersiap diri menuju World Class University.
“Untuk menghadapi kompetisi global sesuai kriteria versi QS, perlu adanya kerjasama antara perguruan tinggi dengan di luar, tentu mitra ini harus perguruan tinggi yang bermutu juga. Harus ada pertukaran dosen dan mahasiswa dengan perguruan tinggi luar negeri. Riset dan publikasi international juga perlu di dorong lagi, baik dilakukan secara mandiri ataupun dengan skema joint research,” pungkasnya.