Kondisi Pendidikan di Papua Ibarat Foto yang Diedit

alt
Dialog bertajuk Membangun Sinergi UGM, Pemda, dan Sektor Swasta dalam Pengembangan SDM dan SDA untuk Kesejahteraan di Papua pada Sabtu (3/2/2018) di Swiss BelHotel, Sorong. Foto Humas UGM
 
Technology-Indonesia.com – Kondisi pendidikan di Papua belum menunjukkan kemajuan signifikan, meskipun sejak tahun 2001 mendapatkan kewenangan khusus. Besarnya aliran dana otonomi khusus (otsus) belum diikuti dengan peningkatan kualitas pendidikan, infrastruktur, perekonomian, dan kesehatan. Buruknya kondisi pendidikan di Papua berdampak serius terhadap rendahnya kinerja pembangunan daerah.
 
Hal tersebut mengemuka dalam kegiatan Dialog bertajuk Membangun Sinergi UGM, Pemda, dan Sektor Swasta dalam Pengembangan SDM dan SDA untuk Kesejahteraan di Papua pada Sabtu (3/2/2018) di Swiss BelHotel, Sorong. 
 
Ketua Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM), Bambang Purwoko, mengatakan indeks pembangunan manusia (IPM) Papua dan Papua Barat berada pada posisi terendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Kenyataan ini mengindikasikan rendahnya kondisi pendidikan dan kesehatan masyarakat.
 
“IPM rendah karena banyak penduduk miskin, tingkat buta huruf yang tinggi, dan kesehatan rendah,” jelasnya. 
 
Bambang menyampaikan kondisi pendidikan di Papua ibarat foto yang diedit. Data statistik pendidikan di Papua terlihat lebih indah dari aslinya. Demikian halnya dalam prosentase dan jumlah masyarakat buta huruf. “Padahal realitasnya tidaklah sebagus yang ditampilkan data statistik tersebut,” lanjutnya.
 
Menurutnya, pembangunan pendidikan di Papua tidak bisa dijalankan dengan cara yang biasa dilakukan di daerah-daerah Indonesia lainnya. Harus ada program akselerasi khusus untuk mengejar ketertinggalan pendidikan di Papua. 
 
“Membangun Papua harus dengan cara gila, kalau dengan cara biasa tidak akan pernah bisa mengejar dengan daerah lainnya,”tandasnya.
 
Lebih lanjut Bambang mengatakan bahwa sejak 2013 UGM telah melakukan  pengembangan sektor pendidikan di Papua melalui pengiriman guru penggerak daerah terpencil. Diterjunkan sebanyak 190 guru di 8 distrik Kabupaten Puncak, 5 distrik di Kabupaten Intan Jaya, dan 2distrik di Mappi. 
 
Selain mengirimkan guru, UGM juga membantu daerah melakukan kajian ulang efektifitas sekolah berpola asrama. Selanjutnya, membantu dalam penyusunan masterplan daerah. “UGM siap terus untuk bekerjasama dan menerima masukan menjadikan Ppaua lebih damai, sehat, serdas, dan sejahtera,”ucapnya.
 
Bupati Tambrauw, Gabriel Asem menyebutkan Papua dan Papua Barat masih dihadapkan dengan berbagai persoalan seperti tingginya angka kemiskinan, IPM di bawah standar, pendapatan per kapita masyarakat rendah, serta keterbatasan sumber daya manusia.
 
Gabriel mengungkapkan di Kabupaten Tambrauw masih rendah berada di bawah standar minimal. Saat ini IPM Kabupaten Tambrauw adalah 50,53 poin. Kabupaten Tambrauw juga memiliki keterbatasan sumber daya di bidang pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan. 
 
“Harapannya UGM bisa membantu menemukan solusi dalam mengatasi persoalan keterbatasan SDM dan juga persoalan lainnya,” pungkasnya.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author