Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan Direktur Jenderal (Dirjen) the International Atom Energy Agency (IAEA) Yukiya Amano menandatangani Practical Arrangement di Jakarta, Senin (5/2/2018). Penandatanganan ini bertujuan memperkuat komitmen kerjasama antara Indonesia dengan IAEA dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi nukir untuk tujuan damai.
Penandatanganan Practical Arrangement merupakan salah satu agenda kunjungan Dirjen IAEA ke Indonesia, pada 6-7 Februari 2018. Sebelumnya, Dirjen IAEA pernah ke Indonesia pada tahun 2011 dan 2015.
Menteri Nasir mengatakan penandatangan ini dipandang perlu untuk mendorong kerjasama teknis antara negara-negara berkembang dan penguatan South-South Cooperation (kerjasama antar negara-negara di bagian selatan).
“Dengan adanya penandatanganan ini, Indonesia dapat lebih mendukung IAEA untuk berbagi dan memberikan kapasitas ke negara lain. Hal ini akan memiliki dampak yang berlipat, sesuai dengan mandat utama IAEA untuk mengupayakan dan memperluas kontribusi energi nuklir untuk perdamaian, kesehatan, dan kesejahteraan di seluruh dunia,” tutur Nasir.
Menteri Nasir menambahkan IAEA memiliki peran sentral yang penting dalam mendorong penggunaan energi nuklir untuk perdamaian, termasuk di antara negara-negara berkembang. Indonesia telah menjalin kerjasama dengan IAEA selama 61 tahun. Tercatat sebanyak 9 dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) berkaitan langsung dengan lingkup kompetensi IAEA.
Untuk mencapai swasembada pangan dan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), Indonesia, dengan dukungan IAEA telah mengembangkan dua proyek penting. Proyek pertama berkaitan dengan mengintensifkan kualitas produksi kedelai untuk meningkatkan produktivitas dan profitabilitas usaha tani kedelai.
Proyek kedua melibatkan penggunaan teknik nuklir, seperti uji radio immuno dan isotop stabil untuk meningkatkan produksi ternak dan memperbaiki pengelolaan pakan berbasis lokal. Sasarannya adalah komunitas petani kecil di 74 SPR (Sekolah Peternakan Rakyat) di seluruh Indonesia. SPR adalah proyek yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor(IPB) pada tahun 2013.
Indonesia sangat mementingkan keamanan perbatasan negara dari perdagangan gelap bahan nuklir dan sumber radioaktif lainnya. Beberapa tahun lalu, Indonesia mendapat bantuan IAEA untuk pemasangan empat monitor portal radiasi di pelabuhan utama. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dan sektor swasta, berencana untuk memproduksi monitor portal radiasi untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Disebutkan Nasir, beberapa pengembangan energi nuklir lainnya yaitu pengembangan kapasitas dalam produksi radioisotop dan produk radiofarmasi, dan pembuatan peralatan kesehatan. Batan telah membangun laboratorium radioisotop dan radiofarmaka baru.
Batan telah mendirikan I-CoNSEP atau Pusat Keamanan Nukir dan Kesiapsiagaan Darurat Indonesia. I-CoNSEP adalah pusat keunggulan yang mengembangkan dan mempertahankan kemampuan nasional dalam keamanan nuklir dan kesiapsiagaan darurat melalui pengembangan sumber daya manusia dan penyediaan dukungan teknis. Diperkirakan bahwa pusat keunggulan akan memenuhi permintaan keteramplan dan kemampuan yang tinggi di semua tingkat pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, badan pengatur, badan penegak hukum, dan operator.
“Kami menghargai dukungan terus menerus IAEA terhadap upaya Indonesia dalam pengembangan program energi nuklir baik untuk Batan dan Bapeten,” pungkas Nasir.
Acara penandatanganan juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Austria yang juga Ketua Board of Govetnor (BOG) Darmansjah Djumala; Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto; Kepala Bapeten, Jazi Eko lstiyanto; Sekretaris Jenderal Kemenristekdisti, Ainun Na’im; serta Dirjen Penguatan Inovasi, Jumain Appe.