Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kapal Riset Baruna Jaya IV baru saja melakukan docking agar terus berada dalam kondisi prima sebagai persyaratan kelas dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Salah satu fasilitas teknologi yang dimiliki Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) ini merupakan lambang supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi survei kelautan nasional.
Kepala BPPT Hammam Riza menuturkan akan terus mengoptimalkan kompetensi kapal riset ini, agar mampu memberikan layanan terbaik dari semua kebutuhan dalam rangka Indonesia berdaya saing dan mandiri di bidang teknologi survei kelautan.
“Setiap Kapal dalam kurun waktu 2 tahunan wajib melakukan docking untuk melihat kelayakan kapal dari sisi bangunan atau konstruksi, permesinan, dan peralatan bantu yang ada di kapal,” jelasnya saat meninjau docking Kapal Riset Baruna Jaya IV di PT DOK 21, Tanjung Priok, Jakarta pada Jumat (28/06/2019).
Uji Kelayakan kapal, lanjutnya, akan segera dilaksanakan setelah selesai pekerjaan docking dalam bentuk sea trial, rencananya pada 1 Juli 2019 di Teluk Jakarta. Hammam berharap Kapal Riset Baruna Jaya IV sebagai salah satu aset negara, dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk mewujudkan cita Indonesia sebagai poros maritim dunia.
BPPT dengan Kapal Riset Baruna Jaya IV sempat terlibat dalam Operasi SAR Pencarian jatuhnya pesawat Adam Air, dan karamnya Kapal Feri Bahuga Jaya. Kapal riset ini pernah mendukung Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam program Fish Stock Assessment sejak 2016, serta membantu industri dalam survei studi rona awal lingkungan laut di beberapa wilayah perairan Indonesia. Serta digunakan dalam studi iklim maritim bekerjasama dengan Tokyo University dan Jamstec, dan lain-lain.
Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT M. Ilyas menerangkan yang dilakukan saat docking, pertama-tama adalah utility test dan sunblast atau pembersihan lambung kapal. Selain itu dilakukan UT test untuk mengetahui ketebalan plat kapal terutama di bagian kapal yang berada di bawah air.
“Dari hasil itu akan dilakukan perbaikan bila ada plat yg ketebalannya tak sesuai standar BKI, dimana harus diatas 7mm. Jika kurang tebalnya, maka plat harus diganti,” terangnya.
Selain itu saat docking ini juga dilakukan pengecekan sistem kemudi, dan pengecekan pipa-pipa di bagian ruang mesin. “Apabila pipa ada yg keropos, akan diganti. Lalu itu juga di cek jam kerja mesin dan hal lainnya, sesuai rekomendasi BKI,” paparnya.
Pekerjaan ini imbuhnya, memakan waktu 14 hari kerja. Selesai docking kapal akan mendapat kembali sertifikat kelayakan yang berlaku selama 5 tahun. “Sama halnya dengan pentingnya STNK untuk kendaraan bermotor, kapal juga wajib memiliki sertifikat kelayakan untuk berlayar,” jelasnya.
Setelah docking, kapal ini akan digunakan untuk survei lingkungan di perairan Morowali dan Weda. Serta studi oceanografi dan iklim maritim di Laut Sulawesi dan Selat Makassar bekerjasama dengan Tokyo University. “Kapal ini mendapat kepercayaan dari Jamstec dan Tokyo University untuk pelaksanaan riset kelautan. Tentunya ditopang oleh peralatan teknologi yang dimiliki oleh Baruna Jaya IV ini,” katanya.
Sebagai informasi, Kapal Baruna Jaya IV yang akan melakukan survei lingkungan ini dilengkapi dengan peralatan teknologi seperti Box core untuk mengambil sampel sedimen hingga kedalaman 3000 m. Kemudian CTD untuk mengukur temperatur atau suhu air laut baik di permukaan hingga kedalaman 3000m. Lalu Botol sampel air utk ambil sampel air utk mengetahui kualitas air laut. Juga alat ADCP untuk mengukur kecepatan arus air laut.
Kapal Baruna Jaya IV juga memiliki teknologi single beam hingga 6000 m dan multibeam 1500 m meskipun sudah berumur. Selain itu, kapal ini memiliki fish finder untuk ikan dan dome sonar yang mampu mencari obyek di dasar laut termasuk mengidentifikasi keberadaan kapal selam.