Hasil Inovasi Harus Disampaikan ke Industri

alt

Menristekdikti, Mohammad Nasir (tengah) didampingi Sekjen Kemenristekdikti, Ainun Na’im (kiri) dan Wakil Ketua Komite Tetap Ristek KADIN Indonesia, Utama Kajo (kanan).

JAKARTA – Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendorong agar hasil-hasil penelitian dan pengembangan terus ditingkatkan levelnya hingga siap dihilirisasi. Saat ini, masih banyak hasil riset yang belum banyak dimanfaatkan oleh industri.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir berharap Dewan Riset Nasional (DRN) bisa berkolaborasi dengan para peneliti di lembaga penelitian dan perguruan tinggi untuk bisa mensinergikan hasil-hasil inovasi. Jangan sampai terjadi redundancy dalam penelitian, sehingga akan menghasilkan mutu penelitian yang lebih baik.

Dalam World Economic Forum, indeks kompetisi global Indonesia pada 2016 mengalami penurunan dari posisi 37 menjadi 41. “Namun hal ini tidak berkaitan langsung dengan inovasi. Inovasi kita meningkat menjadi 31 yang sebelumnya ada di 35. Artinya inovasi-inovasi masih baik,” kata Nasir seusai memberikan Apresiasi Lembaga Penelitian dan Pengembangan 2016 di Jakarta, Kamis (23/12/2016).

Apresiasi ini diberikan kepada para peneliti dan lembaga yang telah melakukan inovasi-inovasi yang baik di negeri ini. Topik-topik yang diangkat dalam kegiatan ini terkait tujuh fokus bidang ditambah bidang sosial dan humaniora.

Menristekdikti menyampaikan agar riset-riset terus didorong untuk bisa menghasilkan suatu inovasi. Tantangannya adalah bagaimana meningkatkan kesiapan teknologi itu di angka sembilan, sehingga bisa dimanfaatkan oleh industri yang bisa menghasilkan inovasi.

Technology Readiness Level (TRL) atau tingkat kesiapan teknologi jika dirunut dari dasar dikelompokkan menjadi tiga yaitu basic riset, prototipe, dan inovasi. “TRL level 1-3 itu basic riset, level 4-6 prototipe. Inovasi adalah yang sudah dimanfaatkan oleh industri di level 7-9,” jelas Nasir.

Menurut Menristekdikti, riset Indonesia dari segi publikasi semakin baik. Target Kemenristekdikti, publikasi internasional di tahun 2016 meningkat menjadi 6.250 dari sebelumnya 5.500. Capaian pada Desember 2016, publikasi Indonesia sudah di angka 9.012.

Dalam riset inovasi, target yang masuk di Pusat Unggulan Iptek (PUI) sebanyak 26, mengalami peningkatan menjadi 48. Walaupun mengalami peningkatan, namun TRL-nya masih jauh dari pesaing. “Karena itu publikasi dan prototipe harus kita tingkatkan, supaya bisa menuju ke inovasi yang lebih baik,” lanjutnya.

Menristekdikti akan menggandeng industri agar prototipe hasil riset bisa ditingkatkan menjadi inovasi. Salah satunya melalui kegiatan “Inventor, Innovator, Investor Collaboration” agar riset dan industri tidak berjalan sendiri-sendiri.

“Dalam riset ini harus kita lihat bagaimana kebutuhan industri. Jangan sampai kita riset hanya untuk keinginan sendiri. Paling tidak kebutuhan industri atau demand market itu apa. Penelitian dasar tetap jalan tetapi penelitian yang dibutuhkan industri harus kita dorong,” tegasnya. 

Menristekdikti telah menugaskan Ditjen Penguatan Inovasi agar hasil inovasi ini harus disampaikan ke industri. “Kita juga meminta ke industri, riset atau inovasi apa yang diinginkan. Nanti disambungkan ke Ditjen Risbang dan Kelembagaan. Jadi ada multi link.”

Nasir berharap ke depan, pusat-pusat unggulan,  badan litbang maupun lembaga penelitian yang PUI-nya sudah mapan lebih dari satu bisa didorong untuk menjadi Techno Park. “Ini adalah suatu usaha untuk mensinergikan antara riset dan inovasi,” pungkasnya.

Wakil Ketua Komite Tetap Ristek Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Utama Kajo mengatakan tanpa inovasi industri tidak mampu bersaing. “Kami menunggu keterbukaan seperti ini dan kini dibuka lebar oleh Menristekdikti melalui program hilirisasi riset,” lanjutnya.

Utama menyambut baik apa yang disampaikan Menristekdikti, “Ini merupakan era baru bagi kami untuk memanfaatkan temuan atau hasil-hasil riset sebesar-besarnya untuk menciptakan daya saing industri manufaktur nasional.”

Utama yang juga merupakan Wakil Ketua Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional (DRN) ini menegaskan industri akan berkomitmen menggunakan inovasi-inovasi dalam negeri. Bahkan jika memungkinkan, industri menggunakan 100 persen inovasi anak negeri.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author