Jakarta- Kurangnya fasilitas pemerintah dalam mendorong iklim usaha, regulasi yang menunjang dan insentif bagi entrepreneur menjadi kendala pertumbuhan wirausaha di Indonesia. Idealnya, jumlah entrepreneur di Indonesia adalah 2 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta. Namun saat ini, enterpreneur Indonesia hanya 0,18 persen saja.
Permasalahan ini menjadi perhatian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menjadi fasilitator tumbuh kembangnya wirausaha baru berbasis teknologi. Kepala BPPT, Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar, MEng. dalam sambutannya di “Workshop Technopreneurship” di Ruang Komisi Utama BPPT, Jakarta, Rabu (13/04) menjelaskan,”Pemerintah memiliki komitmen yang penuh dalam memfasilitasi pertumbuhan wirausaha berbasis teknologi, yaitu dengan pendirian Balai Inkubator Teknologi BPPT.”
Sejak tahun 2001, BIT BPPT didirikan untuk memberikan layanan untuk bidang usaha Agroindustri, Manufaktur, Pertanian dan Kesehatan. Selain itu BIT BPPT bertindak sebagai penghubung jaringan kerja antara tenant, lembaga litbang, perguruan tinggi, pemerintah daerah, lembaga keuangan, dan dunia usaha.
Kepala BIT BPPT, Dr. Bambang S. Pujantiyo memaparkan,”Inkubasi dapat menghasilkan sinergi antara teknologi dan bisnis.” Bambang melanjutkan, “Inkubasi tersebut menyediakan program i-tech incubation yang terdiri dari tahapan pre-incubation, incubation, hingga pascaincubation.
Dalam preinkubasi, pemerintah melakukan sinergi kemitraan (workshop, FGD), temu bisnis (technology pull, market pull). Lalu dalam proses inkubasi, pemerintah memfasilitasi mulai dari tempat (ruang, listrik, telepon, faksimile), trial produksi,training, mentoring, alpha test (uji konsumen), beta test (uji jual).
Dari BIT BPPT telah melahirkan entrepreneur baru seperti Dr. Nurul Taufiqurahman, produsen mesin pembuat Nano Partikel (CV Nantotech Indonesia), dan Imsathech Engineering, yaitu produsen pengolah air berbasis membran.(ap)