Indonesia dalam waktu dekat akan memiliki perahu pemantau perairan bertenaga surya atau solar cell. Perahu ini nantinya bisa menjadi perahu hemat energi dan ramah lingkungan bagi nelayan.
Perahu bertenaga surya ini sudah memasuki tahapan pra rancangan atau analisis disain. Setelah itu dilanjutkan analisis perangkat lunak (software) dan stabilitas. Jika semua tahapan itu sudah dilalui maka perahu jenis Katamaran bertenaga surya siap ini siap dibangun.
“Menurut perkiraan Agustus 2011 siap melaut dan akan dibangun di Tanjung Priok,” ungkap Kepala Bidang Pelayanan Teknis Pusat Pengkajian dan Perekayasaan Teknologi Kelautan dan Perikanan (P3TKP) Balitbang KKP, Berny Subki, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (12/4).
Jenis perahu yang digunakan adalah Katamaran perahu yang memiliki dua lambung. Katamaran berbahan bakar solar cell tidak jauh berbeda dengan perahu berbahan bakar solar pada umumnya. Namun bagian atas perahu dilengkapi delapan panel tenaga surya yang berfungsi menyerap sinar matahari. Panas matahari itulah yang akan diubah menjadi tenaga untuk menggerakkan perahu.
“Katamaran dibangun dengan lebar lambung 2,8 meter dan tinggi 3 meter, panjang 4 meter serta berat 1,4 ton. Kapasitas perahu tidak lebih dari tiga orang,” kata Donald Manurung salah satu staf Balitbang KKP yang ikut merancang Katamaran solar cell ini.
Perahu dengan spesifikasi tersebut selain untuk memantau perairan bisa pula digunakan untuk budi daya rumput laut dan bisa pula digunakan di danau untuk budi daya perikanan.
Tenaga yang dihasilkan panas matahari itu setara dengan tiga tenaga kuda (3 Hp) yang bisa melajukan perahu dengan kecepatan 5 knot. Kekuatan seperti ini memang sangat pas untuk memantau perairan yang tidak memerlukan kecepatan tinggi. Kecepatan seperti ini juga bisa untuk membersihkan sampah di lautan. Selain itu Katamaran hanya mampu menahan tinggi gelombang tidak lebih dari satu meter.
Biaya produksi untuk sebuah Katamaran berbahan bakar tenaga surya saat ini berkisar 150 juta. Agak mahal barangkali. Namun perahu yang dirancang ramah lingkungan ini jika dilakukan perawatan dengan benar maka bisa digunakan selama 15 -20 tahun.
“Selama itu pula tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluan bahan bakar seperti solar. Bandingkan jika setiap hari sebuah perahu membutuhkan sekitar 15 liter minyak solar. Yang penting bisa merawat panel yang terbuat dari crystal ini supaya tidak pecah. Panelnya sendiri bisa tahan hingga 20 tahun,” jelas
Katamaran bertenaga surya merupakan hasil dari program Iptekmas, program ilmu dan teknologi untuk masyarakat pesisir dan nelayan. “Program ini lebih menekankan pada menyebarkan teknologi kepada masyarakat. Tetapi kami juga memberikan alatnya supaya bisa langsung digunakan,” tambah Berny Subki.
Berny melanjutkan penggunaan solar cell tidak hanya diterapkan pada perahu. Di daratan, panas matahari yang berlimpah bisa di dapatkan di negeri ini bisa untuk menghasilkan listrik di daerah yang tidak ada pasokan listrik dari PLN.
“Kami sudah membuat Cold Storage (lemari pendingin) untuk ikan tuna yang membutuhkan suhu sekitar minus 30 derajat celcius. Ini sudah kita lakukan di daerah tambah di Pacitan, Jawa Timur. Ke depan tidak hanya bahan bakar solar cell yang memiliki potensi. Kelembapan dan arus laut merupakan potensi yang juga bisa dipertimbangkan penggunaannya di Indonesia,” ucap Berny. ***