Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sebanyak 123 siswa dari berbagai kabupaten/kota di Indonesia mengikuti Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) 2018 di Jakarta. Nantinya, enam pemenang KRAN 2018 berkesempatan mengikuti Kompetisi Roket Air Internasional pada ajang Asia-Pasific Regional Space Agency Forum (APRSAF) di Singapura, 2-4 November 2018.
Kompetisi yang digelar Pusat Peragaan Iptek (PP-Iptek) Kemenristekdikti merupakan ajang adu kreativitas di bidang kedirgantaraan dengan roket air sebagai salah satu medianya. KRAN 2018 terdiri dari 2 sesi yaitu pembuatan roket air pada 29 September 2018 di PP-Iptek, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. Peluncuran roket air akan dilakukan di lapangan Pusat Teknologi Roket Lapan di Rumpin Bogor pada Minggu (30/9/2018).
Direktur PP-Iptek Mochammad Syachrial Annas mengatakan KRAN 2018 merupakan kelanjutan dari Kompetisi Roket Air Regional (KRAR) yang digelar oleh Science Center Daerah. KRAN kali ini diikuti 123 siswa berusia 12-16 tahun yang merupakan pemenang KRAR dari 17 kabupaten/kota di Indonesia.
Kabupaten/kota tempat penyelenggaraan KRAR tahun ini adalah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Serang, Cilegon, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Jombang, Pontianak, Banjar Baru, Bandar Lampung, dan Palembang. Setiap wilayah memiliki 10 kuota untuk mengikuti KRAN.
“Penyelenggaraan kompetisi roket air di tingkat daerah tiap tahun pesertanya terus bertambah. Misalnya di Solo pesertanya terbesar di Indonesia dari sekitar 400 menjadi 600-an peserta. Di Jabodetabek, Serang, dan Cilegon dari 370 menjadi 480 peserta. Hal itu menunjukkan bahwa anak-anak haus akan kegiatan yang memiliki nilai kreativitas,” ungkap Syachrial Annas.
Dalam KRAN 2018, peserta akan diadu ketrampilan dalam mendesain dan meluncurkan roket air agar tepat menuju zona sasaran. Mengacu pada aturan kompetisi tingkat internasional, zona sasaran berupa lingkaran dengan diameter 12 meter yang berada sejauh 80 meter dari titik luncur. Untuk mencapai zona sasaran, peserta harus memperhitungkan bentuk sirip, tekanan, arah angin, sudut luncur, dan lain-lain.
Kepala Biro SDM Kemenristekdikti, Ari Hendrarto Saleh mengatakan kompetisi ini diharapkan bisa melahirkan calon peneliti atau kreator harus yang memiliki prinsip 4C yaitu Critical Thinking, Creativity, Communication, dan Collaboration. Pertama, Critical thinking bagaimana seseorang bisa berpikir kritis.
Kemudian creativity, peserta membutuhkan kreativitas agar bisa membuat roket air. Dasar/pondasi dari kreativitas itu sendiri adalah bagaimana peserta bisa memecahkan berbagai masalah dan bisa berpikir out of the box. Ke depan para peserta diharapkan bisa menghasilkan suatu produk yang bisa digunakan oleh negara ini.
“Kreativitas itu dasarnya pertama kali bisa dari bermain sambil belajar menggunakan alat yang harganya tidak seberapa seperti botol bekas dan lain-lain. Hanya dengan botol bekas pemenangnya bisa ke luar negeri. Sambil bermain bisa mendapatkan pelajaran dari seluruh narasumber,” ungkap Ari.
Selanjutnya communication, peserta harus bisa berkomunikasi agar bisa menjawab pertanyaan dari juri supaya tidak terjadi kesalahpahaman atau persepsi yang salah. Terakhir collaboration, ke depan kalau mereka mau membuat roket tidak bisa bekerja sendiri harus bersinergi dengan ahli-ahli yang lain.
“Minimal kita harus membuat mereka bisa menguasai 4C. Harapannya kita bisa menyiapkan SDM yang mampu berdaya saing terutama dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0,” pungkasnya.
