Titik Terang Mencari ‘Bumi Tandingan’

Setelah lima tahun mencari, peneliti NASA akhirnya menemuka dua planet yang paling mirip Bumi. Keduanya diberinama Kepler 438 b dan Kepler 442 b. Kepler merujuk pada nama pesawat antariksa AS yang membawa misi riset planet luar. Keduanya disebut-sebut penuh bebatuan, mengorbit bintang pada zoa yang tidak terlalu panas, tidak juga terlalu dingin, sehingga dimungkinkan tersedia air dalam jumlah berlimpah. Para astonom NASA mengumumkan temuan itu bersama enam planet lain yang lebih kecil. Temuan itu akan dipublikasi dalam The Astrophysical Journal bersama temuan mutakhir lainnya. Sejauh ini upaya pencarian exoplanet mirip bumi berjumlah berlipat dua dalam lima tahun terakhir.

Kedua planet berada pada jarak ratusan tahun cahaya, mengorbit bintang yang lebih kecil dan lebih redup dari matahari. Seperti kebanyakan dari temuan Kepler, kedua planet ditemukan melalui transit-bayangan yang sampai ke arah tata surya kita saat mereka melintasi wajah terik bintang mereka. Adanya Transit bayangan memungkinkan para astronom untuk mengukur ukuran planet, orbit dan paparan cahaya. Ukuran Kepler 438 b sekitar 12% persen lebih besar dari bumi, dan mendapat pancaran cahaya 40% lebih banyak. Kepler 442 b berukuran 30% lebih besar dan menerima cahaya sekitar 30% lebih sedikit dari Bumi. Kedua planet ini agak lebih hangat dari dua temuan Kepler sebelumnya: Kepler 186 f dan Kepler 62 f, yang masing-masing mendapat cahaya kurang lebih mirip dengan yang diterima oleh Mars. Meski begitu, temuan itu masih terlalu dini untuk mengatakan ada kehidupan di sana. “Kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apakah planet ini benar-benar dihuni hanya bahwa mereka adalah kandidat yang menjanjikan untuk kelayakhunian,” kata David Kipping, astronom dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CFA) di Cambridge, Mass.

 

Sejak 2009, pesawat antariksa Kepler diluncurkan membawa misi survey di sepetak langit yang mengandung sekitar 150.000 bintang. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menemukan planet alternatif atau Bumi tandingan. Tugas itu diharapkan mencapai titik terang dalam waktu tiga tahun. Kepler mereka transif bayangan benda langir (planet) sekitar bintang yang diamati. Dalam waktu tiga tahun lebih, ternyata transit bayangan yang mendidikasikan adanya peredupan berluang sampai tiga kali.

Adanya temuan-temuan baru membuat misi Kepler diperpanjang sampai lima tahun. Karena Bintang-bintang yang lebih terang dapat mengacaukan pemantauan, maka para ilmuwan Kepler kemudian fokus pada bintang yang lebih kecil, redup, dan stabil. Tahin 2013, misi Kepler mengalami insiden karena ada kerusakan pada perangkat stabulizernya yang membuat Kepler berjalan miring. Maka, tahun lalu misi itu diperbaiki dengan meluncurkan K2 dengan perangkat teleskop model terbaru. Survey K2 yang lebih sempit kemudian membawa sedikit harapan dengan detumukannya planet kembar yang lebih mirip dengan Bumi. “Saya pikir ini planet terbaru yang kita cari. Semoga ada kejutan-kejutan baru berikutnya,”tegas Kipping.

 

Peneliti lain punya pendapat berbeda. Pada pertemuan yang sama, Fergal Mullally, seorang ilmuwan staf dan anggota tim Kepler di Ames Research Center NASA di Moffett Field, California, mengatakan ada sekitar 554 planet tambahan yang perlu dikonfirmasi dan layak masuk katalog Kepler sehingga total jumlah kandidat Bumi tandingan ada 4175 objek langit. Delapan diantaranya baru diumumkan dan berukuran sekitar dua kali ukuran Bumi. Planet-planet itu mengorbit bintang dalam zona layak huni. Selain itu ada enam dari delapan planet teramati mengorbit bintang mirip Matahari. ”Mereka layak menjadi kandidat Earth 2.0,” tambah Mullally.

 

Sebagai temuan yang menggiurkan, Kepler 438 b dan 442 b ternyata terlalu kecil dan sulit dikonfirmasi dengan cara biasa. Yang diperlukan tidak hanya konfirmasi, tapi juga perlu divalidasi melalui serangkaian pengamatan lanjutan dan uji statistik kompleks yang dirancang untuk menyingkirkan adanya kesimpulan positif palsu atau hasil semu. Menurut penulis utama Guillermo Torres, astronom lain di CFA, proses validasi ini memakan waktu lebih dari satu setengah tahun dan bergantung pada kemampuan beberapa teleskop terbesar di dunia serta hasil simulasi intensif melalui superkomputer NASA.

Dugaan sementara memperkirakan dua planet itu penuh bebatuan, bukan logam seperti kebanyakan planet baru lainnya,serta beberapa kandungan gas di atmosfirnya. Adanya batuan dan gas menimbulkan harapan bahwa keduanya mungkin termasuk zona atau habitat layak huni.

Sambil meninggu proses validasi, masyarakat ilmuwan dunia amat berharap benar-benar bisa menemukan planet mirip Bumi melalui misi Transit Exoplanet Survey Satellite (Tess), yang dijadwalkan akan dimulai pada 2017. TESS diharapkan mampu melakukan survei di langit lepas dengan berfokus pada menemukan transit planet berbatu sekitar bintang di dekatnya, planet yang kemudian bisa dipelajari lebih lanjut secara rinci oleh tim NASA James Webb Space Telescope, yang akan meluncurkan pada 2018. ”Harapannya, kita bisa menemukan jejak bahwa ada kehidupan di planet luar sana. Atau setidaknya kita menemukan planet yang bisa menjadi habitat alternatif kehidupan di masa depan,” jelas Kipping sebagaimana dilansir Scientific American (Januari 2015.alt

You May Also Like

More From Author