Eijkman kembangkan vaksin sintetik flu burung

Flu_VaccineJakarta, 14/2 – Lembaga Eijkman mengembangkan vaksin sintetik influenza H5N1 yang didesain dengan sistem informasi genetik dan mempelajari respon imun populasi Jawa dan Sunda terhadap virus flu burung tersebut. Pakar Biologi Molekuler dari Lembaga Eijkman Marsia Gustiananda PhD di Jakarta, Senin, mengatakan, berdasarkan data genom  virus flu yang telah dipublikasi, pihaknya melakukan analisis menggunakan program komputer  untuk memprediksi bagian mana dari virus flu yang dikenali oleh sistem imun manusia.

“Tujuan dari vaksinasi adalah untuk menimbulkan respon sel-T yang lebih cepat dan lebih efektif apabila seseorang terkena infeksi virus flu  yang baru dan lebih ganas. Karena itu kami berusaha mendapatkan antigen  dari virus flu itu,” katanya.

Bagian dari virus yang akan dikenali oleh sistem imun seseorang ditentukan oleh jenis molekul MHC  (major histocompatibility complex) yang dipunyai oleh orang tersebut.  Molekul MHC atau dikenal juga sebagai molekul HLA (human leukocyte antigen) adalah protein yang terdapat pada permukaan sel manusia yang tugasnya mengikat bagian kecil dari protein virus (epitop) dan kemudian memperlihatkannya kepada sel-T, katanya.

Dengan cara ini sel-T (jenis sel yang berperan penting dalam sistem imun) mengenali adanya sel yang terinfeksi oleh virus dan kemudian menghancurkan sel terinfeksi tersebut sehingga mencegah infeksi yang lebih parah, ujarnya.

Identifikasi antigen virus flu yang dikenali oleh sistem imun manusia diakuinya telah banyak dilakukan, namun penelitian tersebut mengidentifikasi antigen yang dikenali oleh populasi Barat (ras Kaukasian) yang tipe molekul HLA-nya berbeda dengan tipe molekul yang dipunyai oleh orang Indonesia.

Selain itu epidemiologi flu di Indonesia yang merupakan daerah tropis, berbeda dengan epidemiologi flu di daerah selain tropik, dimana di daerah tropik flu ada sepanjang tahun sedangkan di tempat lain flu datang di musim dingin.

”Kami menggunakan program komputer untuk memprediksi epitop dari protein NP (nucleocapsid protein) virus influenza yang akan diikat oleh molekul HLA yang paling banyak ditemui pada populasi Jawa dan Sunda,” katanya sambil menambahkan bahwa lebih dari setengah jumlah kasus H5N1 di Indonesia terjadi  di Pulau Jawa dengan populasi etnis Jawa dan Sunda.

Platform lembaga Eijkman “genome-to-vaccine” apabila telah berjalan, menurut dia, akan membuka peluang untuk menciptakan vaksin flu dalam situasi pandemic (wabah global) dan dalam waktu yang relatif singkat.

Platform teknologi genom ini tentu dapat juga diaplikasikan pada pengembangan vaksin untuk penyakit lainnya seperti penyakit tropis malaria, demam berdarah dengue, filariasis, dan penyakit infeksi yang endemik di Indonesia, ujar Marsia.

Marsia baru saja memperoleh hibah ITSF (Indonesia Toray Science  Foundation) untuk risetnya   berjudul “Analisis Respon sel-T terhadap  Epitop Turunan dari Protein NP Virus Influenza H5N1 pada Populasi Jawa  dan Sunda”. (dew)

You May Also Like

More From Author