Jakarta, Technology-Indonesia.com – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mendorong Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian (LPNK) di lingkungan Kemenristek/BRIN untuk membuat time frame atau perencanaan waktu dalam pencegahan dan penanganan penyakit coronavirus 2019 (Covid-19). Suplemen penguat daya tahan pasien Covid-19 serta obat terhadap gejala dan vaksin Covid-19 ditargetkan menjadi hasil dari kerja sama riset tersebut.
Menurut Menristek, harus putuskan dulu apa yang harus dikerjakan dan bagaimana time frame-nya untuk jangka pendek, quick win yang harus segera dilakukan. Ada jangka yang mungkin lebih panjang. Misalkan obat harus melalui uji klinis, tidak mungkin waktunya cepat apalagi vaksin.
“Saya tidak tahu apakah vaksin bisa cepat, tergantung apakah virus Covid-19 sudah bisa diisolasi atau belum. Kita bisa fokus pada bagaimana memperkuat daya tahan tubuh, apakah dalam bentuk suplemen, apakah dalam bentuk obat bebas,” ungkap Menristek/Kepala BRIN saat Focus Group Discussion (FGD) Kesiapsiagaan dan Langkah Strategis Dukungan Riset dan Inovasi dalam Menghadapi Coronavirus Disease (Covid-19) di Gedung BJ Habibie (Gedung II BPPT), Jakarta pada Selasa (10/3).
Menristek mengungkapkan suplemen dapat menjadi harapan bertahan hidup bagi pasien yang sudah positif terinfeksi Covid-19 sehingga riset jangka pendek dapat difokuskan untuk menemukan suplemen penguat daya tahan tubuh terhadap gejala mematikan yang ditimbulkan Covid-19.
“Apa yang bisa Kemenristek/BRIN berikan dan menurut saya salah satunya dalam jangka pendek barangkali ada suplemen yang paling tidak memperkuat daya tahan tubuh kalaupun terkena. Saya baca tadi sebelum ke sini, ada yang terinfeksi tapi kondisinya baik-baik saja karena daya tahan tubuhnya kebetulan kuat. Kita tidak bicara bahwa terinfeksi itu tidak apa-apa tapi yang paling penting kita bicara nyawa manusia. Nyawa manusia itu salah satunya kita jaga dengan memperkuat daya tahan tubuh,” ungkap Menristek.
Setelah suplemen ditemukan, target berikutnya adalah mencari vaksin untuk pencegahan Covid-19 bagi masyarakat yang belum terinfeksi coronavirus tersebut.
“Kemudian tentunya yang tidak kalah penting sebagaimana kita di masa lalu menghadapi penyakit seperti cacar, difteri, bahkan penyakit perut zaman saya SD: kolera, disentri, segala macam solusinya adalah vaksin,” ungkap Bambang Brodjonegoro.
Menristek/Kepala BRIN mengungkapkan perlu mukjizat saat ini untuk dapat menemukan suplemen penguat daya tahan terhadap gejala Covid-19, namun LBM Eijkman dan LPNK dalam lingkungan Kemenristek/BRIN dapat berupaya mencari keajaiban tersebut.
Menristek mengatakan, saat ini banyak orang berharap ada keajaiban. Namun kita tidak bisa ditunggu keajaiban dan harus berupaya mencari solusi.
“Kalau sekarang kita di goa belum melihat setitik cahaya di ujung, kita belum tahu ini sudah ujungnya atau belum, paling tidak tugas kita di sini memberikan setitik cahaya tadi meskipun setitik cahaya tadi adalah suplemen yang bisa membuat daya tahan tubuh terutama orang-orang yang rentan terhadap dampak yang lebih serius dari Covid-19 ini bisa terlindungi,” ungkap Menteri Bambang.
Turut hadir dalam kesempatan ini Plt. Deputi Bidang Penguatan Inovasi, Jumain Appe; Plt. Staf Ahli Bidang Infrastruktur, Ali Ghufron Mukti; Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio; Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi; para perwakilan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Standardisasi Nasional (BSN), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten); serta para pejabat dan pegawai Kemenristek/BRIN.