IgG NPC Strip, Mendeteksi Dini Kanker Nasofaring

Kanker nasofaring atau Nasopharynx Cancer (NPC) merupakan jenis kanker dengan angka kejadian rendah, kurang dari 1 per 100 ribu penduduk/tahun di dunia. Namun di Indonesia, angka kejadiannya mencapai 6,2 per 100 ribu penduduk pertahun.

Data di RSUP Dr. Sardjito mencatat terdapat 269 kasus NPC tahun 2001-2004. Saat ini dilaporkan terdapat 100 NPC kasus baru setiap tahunnya. Penyakit yang menyerang daerah leher kepala ini menempati urutan keempat di antara kanker lain.

Sayangnya deteksi dini terhadap gejala kanker nasofaring belum banyak dikembangkan. Sebagian besar penderita datang dalam kondisi stadium lanjut sehingga sulit ditangani. Tingkat keberhasilan penanganan penyakit menjadi rendah, yaitu kurang dari 30 persen.

Menurut Dewi Kartika Paramita, SSi. MSi. PhD. dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) penanganan NPC stadium lanjut harus dengan terapi kombinasi yakni radioterapi dan kemoterapi. Terapi kombinasi ini berefek samping tinggi dan biaya mahal.

“NPC stadium dini dapat ditangani dengan radioterapi saja, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 80 persen. Efek sampingnya lebih rendah dan biaya relatif murah. Untuk itu, dibutuhkan metode untuk mendeteksi NPC pada stadium dini,” ujarnya.

Pengembangan alat deteksi dengan metode ELISA di Fakultas Kedokteran UGM dimulai oleh Jajah Fachiroh. Pengujian dengan metode ini membutuhkan alat khusus untuk membaca hasil dengan waktu pengerjaan 4-5 jam dan juga biaya relatif mahal. Satu kali tes atau uji setidaknya menelan biaya hingga Rp 250 ribu.

Karena itu, Dewi mengembangkan IgG NPC Strip, alat deteksi dini NPC yang mudah, cepat, akurat, dan berbiaya murah. Satu kit IgG NPC Strip dibanderol dengan harga maksimal Rp 50 ribu. Alat akan dilempar ke pasaran dalam waktu dekat setelah proses registrasi ke Kementerian Kesehatan RI.

Deteksi NPC dilakukan dengan menggunakan protein dari virus Epstein-Barr (EBV). Salah satunya adalah protein early antigen (EA). NPC memiliki keterkaitan dengan EBV, karenanya beberapa protein EBV dapat digunakan sebagai marker untuk mendeteksi NPC. Pembuatan alat deteksi NPC bekerjasama dengan Laboratorium Hepatika NTB.
“IgG NPC Strip ini memakai protein EBV sebagai antigen untuk mendeteksi antibodi IgG terhadap protein EA pada pasien kanker nasofaring,” jelasnya.

Penggunaan alat deteksi NPC cukup mudah layaknya alat tes kehamilan. Satu tetes darah pasien diencerkan dengan larutan buffer yang telah tersedia pada kit. Selanjutnya NPC strip dicelupkan pada larutan. IgG NPC Strip memiliki sensitivitas sebesar 87 persen dan spesifitas 100 persen.

“Dalam waktu 3-5 menit hasilnya sudah bisa dilihat. Dinyatakan positif jika terbentuk 2 garis berwarna merah muda dan negatif jika hanya terbentuk 1 garis warna merah muda,” urainya.

Apabila tes pada pasien dengan gejala NPC namun menunjukkan hasil negatif, tindakan pengobatan akan dilakukan berkelanjutan dengan melakukan tes kembali 6 bulan kemudian. Cara ini diharapkan dapat menekan angka kejadian NPC dan penderita dapat tertangani dengan baik.

NPC memiliki gejala yang tidak khas seperti pilek kronis, sakit kepala berkepanjangan, dan telinga berdenging. Pada stadium lanjut akan muncul benjolan di leher bagian samping atau mata menjadi juling.

“Benjolan kanker nasofaring berada di belakang hidung dan di dalam tenggorokan sehingga tidak tampak dari luar. Dengan gejala yang tidak spesifik itu, sekitar 80 persen pasien diketahui positif NPC setelah kanker menyerang secara luas,” kata Dewi yang aktif mengkaji biologi molekular, NPC, dan imunologi ini.

Penyebab NPC tidak hanya dari faktor genetik. Faktor lingkungan bisa memicu munculnya NPC seperti tingginya paparan bahan-bahan bersifat karsinogenik, polusi, maupun asap rokok. Keadaan tersebut juga memicu adanya infeksi di daerah nasofaring oleh virus EBV.

“Virus EBV ini menginfeksi hampir 100 persen populasi penduduk dunia, namun pada sebagian besar orang yang terinfeksi tidak menimbulkan gejala yang berarti,” ujar wanita kelahiran Yogyakarta, 3 Maret 1971 ini. Sumber www.ugm.ac.id

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author