Dampak Abu vulkanik Terhadap Kesehatan

JAKARTA – Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta, Dr M Syahril Mansyur SpP MPH, memberikan beberapa tips agar terlindung dari abu vulkanik.

Ia merekomendasikan agar warga tidak berkendara juga tak ke luar rumah setelah hujan abu. Jika harus berkendara, jaga jarak antara kendaraan dengan kendaraan di depan  serta berkendaralah pelan-pelan.

“Air hujan memang dapat memperbaiki kualitas udara, namun ini sifatnya hanya sementara sampai abu menjadi kering kembali,” katanya, di Jakarta, Kamis (14/2).

Masyarakat juga harus selalu menggunakan masker. Jika masker tidak tersedia, gunakan masker dari kain yang akan menyaring partikel abu yang menyebabkan iritasi tenggorokan dan mata. Basahi kain dengan air karena akan meningkatkan efektivitas penyaringan abu.

“Bagi penderita bronkitis, emfisema dan asma dianjurkan untuk tetap berada di dalam ruangan serta menghindari paparan abu,” tandasnya.

Warga yang berada dalam lingkungan dengan abu vulkanik halus, disarankan memakai kacamata atau kacamata korektif daripada lensa kontak untuk melindungi mata dari iritasi.

Ia bisa memastikan layanan medis terjadi peningkatan jumlah pasien dengan keluhan sakit pernapasan dan mata. “Dampak abu vulkanik berbahaya terhadap kesehatan. Ada beberapa kategori, antara lain dampak terhadap pernapasan, penyakit mata, iritasi kulit dan dampak tidak langsung,” tambahnya.

Dikatakan, pada beberapa letusan vulkanik, partikel abu sangat halus sehingga dapat masuk ke paru-paru ketika bernapas. Jika paparan terhadap abu cukup tinggi, maka orang yang sehatpun akan mengalami kesulitan bernapas disertai batuk dan iritasi.

Dalam beberapa kasus, paparan jangka panjang terhadap abu vulkanik halus dapat menyebabkan penyakit paru-paru serius. Partikel abu yang sangat halus dapat mengiritasi saluran pernapasan dan menyebabkan kontraksi sehingga mempersulit pernapasan.

Iritasi mata, menurutnya, dampak kesehatan umum yang sering dijumpai. Ini terjadi karena butiran-butiran abu yang tajam dapat merusak kornea mata dan membuat mata menjadi merah.

Meskipun jarang ditemukan, abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi kulit untuk sebagian orang, terutama ketika abu vulkanik tersebut bersifat asam. Tanda-tandanya antara lain, iritasi dan memerahnya kulit, atau infeksi sekunder akibat garukan. (tety)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author