TechnologyIndonesia.id – Teknologi virtual reality (VR) menjadi salah satu inovasi menjanjikan untuk membantu manusia dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga industri. salah satu perkembangan terbaru di dunia riset Indonesia adalah pengembangan aplikasi VR bernama AVRKom.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Sains Data dan Informasi (PRSDI) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Abdurrakhman Prasetyadi menjelaskan AVRKom merupakan sebuah aplikasi VR yang dirancang untuk menghadirkan pengalaman laboratorium komputasi yang hampir serupa dengan kondisi nyata.
“Aplikasi ini dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi terkini, yaitu Unity Engine dan Occulus Quest 2. Pengguna dapat mengakses laboratorium komputasi dan seluruh perangkatnya melalui AVRKom, di Kawasan Sains dan Teknologi Samaun Samadikun, Bandung, secara virtual,” jelasnya dikutip dari laman brin.go.id pada Rabu (23/4/2025).
AVRKom dapat mengefisiensikan waktu dan biaya periset dalam melakukan riset komputasi (pengumpulan, pra-pengolahan, pengolahan, dan analisis data). AVRKom juga memberikan pengalaman imersif (pengalaman yang membuat seseorang merasa benar-benar terlibat dalam suatu lingkungan atau situasi) dalam laboratorium komputasi virtual.
Beberapa kelebihan dari aplikasi AVRKom antara lain pertama, akses yang mudah. Periset dapat mengakses aplikasi AVRKom melalui website VR PRSDI-BRIN. Kedua, interaksi multi-user. Pengguna lebih dari satu (multi-user) dapat mengakses laboratorium komputasi di AVRKom dan berinteraksi bersama-sama.
“Terakhir, High Performance Computing (HPC)-BRIN sedang dikembangkan supaya periset dapat menggunakan fasilitas HPC-BRIN dalam aplikasi AVRKom untuk pengolahan data,” jelas Abdurrakhman.
Pembuatan aplikasi ini diawali dengan mengambil foto-foto laboratorium komputasi dari berbagai sudut. Setelah itu, gambar tersebut diproses dengan perangkat lunak grafis seperti Blender untuk menciptakan model 3D yang akurat.
Teknik pemodelan 3D ini dibuat dengan Polygon yang rendah (low poly) untuk mengurangi beban komputasi dalam membuat dan menjalankan VR di headset maupun web VR.
Abdurrakhman menambahkan, teknik lain yang mendukung pembuatan AVRKom adalah fotogrametri terestrial, yaitu teknik mengambil data 3D dari objek menggunakan kamera resolusi tinggi dengan jarak dan posisi tertentu. Dalam kasus ini, fotogrametri digunakan untuk membuat avatar digital yang realistis dari pengguna laboratorium komputasi.
“Fotogrametri menjadi penting karena mampu menghasilkan model 3D dengan detail tinggi dibandingkan perangkat sederhana seperti smartphone,” imbuh Abdurrakhman.
Tahap selanjutnya, sambung Abdurrakhman, dalam membuat program VR, diawali dengan mengonversi model laboratorium dan avatar 3D yang sudah dibuat ke software Unity Engine.
“Kemudian, membuat pemrograman (script) untuk mengoperasikan avatar di dalam VR, seperti mengakses perangkat komputer, memindahkan kursi, dan sebagainya. Terakhir, membuat pemrograman untuk berinteraksi antar dua user avatar atau lebih,” tuturnya.
Menurut Abdurrakhman, penelitian lebih lanjut tentang VR laboratorium riset diyakini akan membuka berbagai peluang baru.
Teknologi ini dapat digunakan dalam pengembangan laboratorium riset virtual atau imersif lainnya seperti laboratorium nuklir yang terbatas dalam aksesnya secara fisik. Dengan prospek yang cerah ini, Indonesia semakin siap menghadapi era teknologi canggih di masa depan.
“Dengan dikembangkannya AVRKom, kita dapat melihat bagaimana teknologi modern mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara yang lebih efisien dan hemat biaya. Teknologi ini tidak hanya menjadi solusi untuk saat ini tetapi juga membuka pintu menuju masa depan yang lebih canggih dan terjangkau,” pungkasnya. (Sumber: brin.go.id)
AVRKom, Laboratorium Komputasi Berbasis Virtual Reality
