Jakarta, Technology-Indonesia.com – Berawal dari ketakutan pada pelajaran matematika dan kerisauan akan budaya yang semakin terkikis, tiga mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) merampungkan VOC-Games, media pembelajaran matematika berbudaya berbasis teknologi augmented reality.
Mereka adalah Binti Isti’towatul Isti’aroh mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Zainur Ridho Wahyu dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Fitrah Izul Falaq dari Jurusan Teknologi Pendidikan.
Binti Isti’towatul Isti’aroh sebagai ketua tim menuturkan VOC-Games mengintegrasikan matematika dan budaya dengan teknologi sehingga benda maya seolah menjadi kenyataan. VOC-Games merupakan singkatan dari Victory of Culture Games yang artinya permainan kejayaan budaya.
“Misi kami agar budaya kita jaya, sehingga secara otomatis sikap dan pemikiran bangsa kita akan baik,” tambah perempuan kelahiran Kediri dalam keterangan tertulisnya pada Rabu (27/6/2018).
Saat ini, permainan dan media pembelajaran ciptaannya itu sedang diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa dan telah lolos pada tahap pendanaan. Zainur Ridho Wahyu mengaku rancangan VOC-Games mengacu pada hasil analisa problematika belajar peserta didik yang selama ini takut terhadap mata pelajaran matematika.
“Kemudian kami kembangkan dengan mengoptimalkan segala jenis sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik,” jelas Wahyu.
Aturan permainan VOC-Games, menurut Wahyu, pertama: pembentukan empat kelompok pemain secara berbeda. Kedua, mekanisme permainan seperti permainan halma, berjalan dengan mengocok dadu secara bergiliran. Ketiga, jika berhenti di area lawan, pemain melakukan scanning barcode. Keempat, penampilan soal berbasis 3D Augmented Reality. Kelima, nominasi pemenang berdasarkan urutan poin tim tertinggi, yakni: Tim Cerdas, Tim Jenius, Tim Hebat, Tim Kompak.
Fitrah Izul Falaq berharap hadirnya karya tersebut dapat membantu siswa tidak takut lagi belajar matematika sekaligus cinta budaya lokal. sebab, matematika bukan sekedar soal angka.
“Matematika bukan hanya soal angka, budaya juga bukan soal sejarah. Kolaborasi matematika dan budaya dapat menghadirkan mendidik karakter baik dengan pemikiran yang brilian,” pungkas pria yang membidangi soal game developers itu.