Balai Inkubator Dampingi Tenant Atasi Keterbatasan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kehadiran inkubator milik pemerintah, seperti Balai Inkubator Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BIT BPPT) sangat penting bagi para pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) untuk mendampingi mereka dari keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan bisnis, keterbatasan modal, teknologi, dan akses pada pasar.

“Guna mengembangkan inkubator, maka peranan pemerintah menjadi sangat penting. Peranan pemerintah bukan saja dalam penumbuhan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inkubator, tetapi juga dapat membantu memberikan insentif kepada tenant dan inkubator, terutama dalam penyediaan infrastruktur dan fasilitas yang memadai,” ujar Kepala BIT BPPT, Anugerah di sela Workshop Inkubasi dan Tenant Gathering BPPT 2018 di Jakarta pada Kamis (4/10/2018).

Anugerah mengungkapkan, proses inkubasi di BIT BPPT meliputi tiga tahapan mulai dari pra inkubasi, inkubasi, dan pasca inkubasi. Untuk masuk ke tahapan inkubasi, calon tenant diseleksi yang tingkat kesiapan teknologi atau technology readiness levels (TRL) sudah 7 ke atas.

Ada berbagai macam kegiatan inkubasi seperti uji produksi, alfa test, beta test dan lain-lain hingga sertifikasi. Untuk uji produksi, pihaknya bisa memberi insentif hingga Rp 200 juta. Untuk tenant-tenant yang masuk BIT BPPT, syaratnya harus sudah punya sertifikat, ijin edar, halal dan sebagainya untuk bisa lulus sebagai Startup. “Tenant juga harus sanggup membiayai dirinya sendiri, artinya sudah punya profit, sudah punya akses pemasaran maupun bahan bakunya,” terangnya.

Selama inkubasi, lanjut Anugerah, para tenant dilihat perkembanganya dari awal waktu diinkubasi mulai dari omzet maupun kesiapan tenaga kerja. Misalnya, saat masuk tenaga kerjanya baru 3 setelah setahun tenaga kerjanya sudah mencapai 25 orang.

Selain pemerintah, lanjutnya, dukungan pihak swasta dan lembaga Iptekin dalam pengembangan inkubator juga tidak kalah penting. Khususnya di kalangan universitas, lembaga litbang dan lembaga kaji terap teknologi.

“Pengembangan inkubator akan sangat strategis karena di sanalah sumber ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang sangat diperlukan bagi pengembangan usaha kecil,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Firdaus Nugroho dari PT Power Nano Industri, salah satu tenant BIT BPPT menceritakan, bahwa perusahaannya bisa masuk sebagai tenant setelah bisa meyakinkan bahwa produknya ada kandungan teknologinya, dan hasilnya nanti memang bermanfaat bagi masyarakat luas.

PT Power Nano Industri bergerak di bidang riset, produksi dan jasa aplikasi waterproofing nanotechnology di bidang konstruksi. Menurut Firdaus, perusahaannya masuk sebagai tenant BIT sejak 2017.

“Setelah masuk BIT, kami dapat dukungan luar biasa seperti akses untuk validasi produk, validasi market. Memang kita tidak bisa kita mendapatkan pendanaan untuk pembelian aset, yang kita tingkatkan adalah intangible asset seperti pengurusan hak paten, merek dagang, branding, termasuk proses pengurusan ISO,” terang Firdaus.

Kegiatan Workshop Inkubasi dan Tenant Gathering ini diharapkan dapat menginventrisasi PPBT yang telah berhasil diinkubasi oleh BIT. Kegiatan ini juga bertujuan merumuskan masukkan dari para alumni/tenant graduated dan mitra-mitra yang mendukung tumbuhnya enterpreneur-enterpreneur baru terhadap proses inkubasi agar lebih efektif, dan membangun sinergi kemitaan antara PPBT yang sudah berhasil dan mitra inkubasi.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author