Mahasiswa UP 45 Olah Sampah Organik Jadi Bahan Bakar Alternatif

alt
 
Technology-Indonesia.com – Tiga mahasiswa Universitas Proklamasi 45 (UP 45) mengolah sampah organik menjadi bahan bakar alternatif untuk kompor TAGS (Twist Aerated Gasification Stove). Bahan bakar ini menjadi solusi untuk kebutuhan energi dan persoalan lingkungan.
 
Karya ketiga mahasiswa UP 45 ini berhasil memenangkan Lomba Inovasi dan Teknologi Mahasiswa (LITM) 2017 yang digelar oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY. Ketiganya adalah mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Angkatan 2015, yaitu Awalliyah Nadia Belyni, Yunahar Abdul Rahman, dan Yuhirman.
 
Awalnya, karya ini merupakan ide spontan untuk mengikuti LITM 2017. Hasil diskusi dengan dosen Wira Widyawidura dan Habib Abdillah Nurusman sebagai tim inventor, ketiga mahasiswa ini memutuskan untuk mengembangkan sumber-sumber energi alternatif. 
 
Yuhirman mengatakan, mereka memilih tema “Pemanfaatan Sampah Organik di Lingkungan” karena melihat sampah organik dapat menjadi sumber energi alternatif yang sangat murah. Tema ini selaras dengan visi DIY 2020.
 
“Kebetulan pula, Pak Wira sedang ada project mengembangkan kompor TAGS, jadi klop,” kata Yuhirman.
 
Dari sini, tim aktif melakukan riset dan uji coba di lingkungan kampus. Sampah organik pun dikumpulkan dan diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar tungku TAGS.
 
alt
 
Secara kontruksi kompor TAGS karya Wira Widyawidura sedikit berbeda dengan kompor kebanyakan. Energi panas yang dihasilkan dari kompor ini bukan dari pembakaran langsung, melainkan memanfaatkan gas yang timbul dari bahan bakar organik.
 
Karena memanfaatkan bahan-bahan terbarukan, bahan bakar ini memiliki banyak kelebihan. Selain lebih hemat mengingat bahannya tersedia melimpah, yang pasti lebih ramah lingkungan.
 
“Seberapa prosentasenya, masih perlu dihitung ulang. Tapi logikanya jauh lebih efisien dan tidak mencemari lingkungan,” tandas Yuhirman.
 
Tim ini mengakui, kendati sangat potensial dikembangkan, teknologi pengolahan bahan bakar organik dan pemanfaatan kompos TAGS ini masih perlu upaya penyempurnaan. Utamanya menyangkut sisi kepraktisan bagi pengguna.
 
Cara penggunaan Kompor TAGS masih dengan cara menyulutnya menggunakan pemantik manual misalnya korek. Sementara untuk mematikannya lebih sulit karena harus menunggu gas dari bahan bakar organik habis dengan sendirinya.
 
Namun, kompor TAGS memiliki kelebihan dibanding kompor pada umumnya. Kompor ini ukurannya kecil dan praktis untuk ditenteng, sekitar 18 cm dan lebar 10 cm.
 
Performa kompor ini juga cukup baik. Dari ujicoba, kompor berbahan organik ini mampu memasak beras 1 kilogram dalam waktu sekitar 40 menit.
 
“Ya memang belum secepat kalau menggunakan kompor gas. Tapi lebih efisien dan ramah lingkungan, apalagi harga gas cenderung naik terus,” katanya. 
 
Mengenai bahan bakar, Yunahar mengatakan beberapa kali melakukan melakukan upgrade. Antara lain dengan pemanfaatan bahan baku limbah serutan kayu yang diolah menjadi briket maupun pelet kayu. 
 
Semangat untuk menghasilkan “sesuatu” mendorong ketiga mahasiswa ini mengorbankan banyak hal. Termasuk untuk membiayai riset dan uji coba. Tak jarang, mereka keluar kota untuk mendapatkan bahan yang dibutuhkan seperti pelet kayu.
 
“Semua kita coba untuk mendapatkan bahan yang semakin baik dan sempurna. Tentu dengan memperhatikan energi yang dihasilkan, kemudahan mendapatkan bahan baku, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk mengolahnya,” pungkas Yunahar.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author