Usaha Mikro Minuman Yoghurt: Hadapi Hambatan Menuju Usaha Berkelanjutan

Juliadri

Oleh: Juliadri, Analis Pemanfaatan Iptek Ahli Muda, Direktorat Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada K/L, Masyarakat dan UMKM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

TechnologyIndonesia.id – Yoghurt merupakan minuman yang kaya manfaat, terutama karena kandungan probiotiknya yang baik untuk pencernaan dan sistem kekebalan tubuh. Tidak heran jika minuman ini menjadi favorit banyak kalangan.

Di tengah meningkatnya tren hidup sehat, yoghurt memiliki peluang bisnis yang sangat potensial, khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan bahan baku yang mudah didapat dan proses produksi yang dapat dimulai dari rumah, usaha ini sangat cocok bagi wirausahawan pemula.

Namun, menjalankan bisnis ini tidaklah mudah. Pelaku usaha mikro dihadapkan pada berbagai tantangan yang bersifat teknis, finansial, maupun manajerial. Mengenali tantangan-tantangan ini adalah langkah penting untuk mengatasinya secara strategis dan berkelanjutan.

Disukai Konsumen

Yoghurt merupakan produk fermentasi susu menggunakan bakteri asam laktat yang mengubah laktosa dari susu menjadi asam laktat, diasetil, dan CO2 sehingga dihasilkan yoghurt dengan aroma asam, segar, dan kental.

Bakteri asamlaktat (BAL) yang sering digunakan adalah campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. Kedua BAL dalam yoghurt berperan sebagai probiotik.

Selain sebagai probiotik, Lactobacillus bulgaricus berperan dalam pembentukan aroma. Sedangkan Streptococcus thermophilus berperan dalam pembentukan citarasa yoghurt. Karena itu, yoghurt disukai oleh konsumen dari berbagai kalangan karena rasa, aroma, dan teksturnya yang khas.

Selain sebagai minuman sehat, yoghurt mempunyai manfaat untuk melancarkan pencernaan, mencegah diare, mencegah peningkatan kadar kolesterol dalam darah, dan dapat membantu melawan kanker. Yoghurt selain memiliki sifat fungsional sebagai probiotik, juga memiliki kapasitas antioksidan.

Menurut Zainoldin dan Baba (2009), plain yoghurt memiliki kapasitas antioksidan 19.16%. Antioksidan berperan dalam mencegah penyakit degeneratif dengan menangkap radikal bebas. Radikal bebas dalam tubuh dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid, atau DNA yang akan mengakibatkan penyakit degeneratif.

Peluang Bisnis

Minuman yoghurt semakin populer di kalangan masyarakat sebagai pilihan minuman sehat yang lezat dan menyegarkan. Dengan kandungan probiotik, protein, dan kalsium, yoghurt tidak hanya digemari oleh konsumen dewasa, tetapi juga anak-anak dan remaja.

Tren gaya hidup sehat yang terus berkembang membuka peluang besar untuk bisnis pengolahan minuman yoghurt, terutama bagi pelaku UMKM dan wirausahawan pemula.

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan sehat membuat yoghurt menjadi produk yang banyak dicari. Bahan utama seperti susu segar dan kultur bakteri tersedia di banyak daerah, terutama daerah peternakan.

Untuk skala mikro, bisnis ini bisa dimulai dengan peralatan sederhana. Minuman yoghurt bisa dikembangkan ke berbagai varian rasa, kemasan, dan target pasar (anak-anak, dewasa, sport drink, dan lain-lain). Produk yoghurt memiliki nilai tambah yang tinggi dibandingkan susu segar biasa.

Tantangan Usaha

Produksi yoghurt merupakan peluang usaha yang menjanjikan, terutama karena tren gaya hidup sehat dan permintaan konsumen yang meningkat. Namun, bagi pelaku usaha mikro, menjalankan bisnis ini tidaklah mudah.

Mereka dihadapkan pada berbagai tantangan yang bersifat teknis, finansial, maupun manajerial. Mengenali tantangan-tantangan ini adalah langkah penting untuk mengatasinya secara strategis dan berkelanjutan.

Kendala utama yang dihadapi oleh UMKM dalam kapasitas produksi adalah peralatan produksi yang terbatas. Sebagai usaha mikro, alat-alat produksi yang digunakan masih berskala kecil dan belum otomatis, sehingga produksi membutuhkan waktu lebih lama dan outputnya terbatas.

Keterbatasan sumber daya manusia dengan jumlah tenaga kerja yang terbatas, proses produksi seperti fermentasi, pengemasan, dan distribusi menjadi kurang efisien. Pengembangan kapasitas seringkali memerlukan investasi besar, sementara akses usaha mikro terhadap pembiayaan formal masih terbatas.

Akses terbatas ke teknologi produksi sehingga usaha mikro sering menggunakan metode manual dan sederhana, yang menyebabkan proses produksi lambat, kualitas produk tidak konsisten, risiko kontaminasi lebih tinggi.

Keterbatasan pengetahuan tentang keamanan pangan mengakibatkan kurang pemahaman mengenai proses pasteurisasi yang benar, penanganan kultur bakteri yang aman teknik pengemasan steril.

Masa simpan produk yang pendek memyebabkan produk cepat rusak, terutama tanpa pendingin yang memadai. Hal ini menyulitkan distribusi dan meningkatkan potensi kerugian.

Kurangnya Pengetahuan

Minuman yoghurt merupakan produk olahan susu yang menawarkan peluang bisnis menjanjikan. Namun, bagi pelaku usaha mikro, mengembangkan usaha ini tidak semudah yang dibayangkan.

Sebagian besar usaha mikro masih menggunakan metode tradisional dengan peralatan sederhana. Kurangnya pemahaman mengenai proses pasteurisasi, fermentasi, dan pengemasan steril menyebabkan produk tidak tahan lama dan kurang konsisten kualitasnya.

Produksi minuman yoghurt memerlukan pemahaman khusus mengenai proses fermentasi, sanitasi, pengemasan, dan penyimpanan. Namun, banyak pelaku usaha mikro yang masih memiliki keterbatasan dalam aspek pengetahuan teknologi produksi ini.

Keterbatasan ini dapat berdampak langsung terhadap kualitas produk, keamanan pangan, efisiensi produksi, hingga daya saing di pasar.

Pasteurisasi adalah proses pemanasan susu untuk membunuh mikroorganisme berbahaya tanpa merusak nutrisi. Tanpa pasteurisasi yang benar produk berisiko terkontaminasi bakteri pathogen, proses fermentasi menjadi tidak stabil, umur simpan produk sangat pendek.

Bakteri baik seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus harus digunakan dalam takaran dan kondisi suhu tertentu. Kurangnya pemahaman bisa menyebabkan proses fermentasi gagal, rasa dan tekstur yoghurt tidak konsisten, tidak terbentuknya probiotik yang diharapkan.

Suhu dan waktu fermentasi yang tepat sangat penting untuk menghasilkan yoghurt berkualitas. Kesalahan dalam tahap ini bisa menyebabkan yoghurt terlalu asam atau encer produk menjadi tidak layak konsumsi.

Teknologi produksi yang baik mencakup pemahaman tentang sanitasi peralatan, ruangan, dan tenaga kerja. Tanpa itu risiko kontaminasi silang meningkat produk cepat rusak atau berbau tidak layak.

Selain itu yoghurt memerlukan pengemasan yang higienis dan kedap udara serta penyimpanan dalam suhu dingin (cold chain). Tanpa pemahaman ini produk mudah rusak di perjalanan, nilai jual produk turun drastis.

Dampak dari keterbatasan teknologi menyebabkan kualitas produk tidak konsisten, tingkat pengembalian produk tinggi (retur), tidak memenuhi standar izin PIRT atau BPOM, konsumen kehilangan kepercayaan, tidak mampu bersaing dengan produk industri besar

Teknologi Tepat Guna

Usaha mikro memiliki potensi besar dalam pengolahan produk pangan sehat seperti yoghurt, namun sering menghadapi tantangan dari sisi teknologi. Solusi praktis dan strategis yang bisa diterapkan agar usaha lebih efisien, berkualitas, dan berkelanjutan yaitu dengan pelatihan dan edukasi teknologi produksi untuk permasalahan terkait kualitas produk tidak konsisten, proses fermentasi gagal, hingga sanitasi kurang.

Teknologi yang diterapkan dengan mengadopsi SOP produksi sederhana yang mencakup pasteurisasi susu, penambahan kultur bakteri secara benar, fermentasi suhu terkontrol.

Penggunaan teknologi tepat guna untuk mengatasi permasalah tidak memiliki peralatan canggih, biaya investasi mahal. Solusinya adalah gunakan alat skala kecil seperti kompor gas dan panci stainless untuk pasteurisasi, termometer digital, inkubator sederhana (cooler box + lampu), sealer manual dan botol plastik food grade serta memanfaatkan peralatan rumah tangga untuk proses awal sebelum berkembang.

Peningkatan kualitas kemasan dan branding merupakan masalah yang dihadapi oleh usaha mikro dimana produk tidak menarik secara visual, sulit bersaing dengan produk industri besar.

Untuk mengatasi hal tersebut gunakan kemasan botol transparan dengan label desain menarik, tambahkan informasi gizi, masa kedaluwarsa, dan cara penyimpanan, membuat merek/brand lokal yang unik dan mudah diingat.

Pendekatan Yang Tepat

Kurangnya pengetahuan teknologi produksi yoghurt adalah hambatan besar bagi usaha mikro untuk berkembang. Namun, melalui pelatihan, pendampingan, dan kemauan belajar, hambatan ini dapat diatasi secara bertahap.

Dengan pemahaman teknologi yang baik, pelaku usaha mikro dapat meningkatkan kualitas, keamanan, dan daya saing produk yoghurt mereka di pasar yang semakin sadar akan kesehatan.

Meskipun usaha mikro menghadapi banyak keterbatasan, ada banyak solusi terjangkau dan praktis yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk yoghurt. Dengan kemauan belajar, kolaborasi, dan memanfaatkan program dukungan pemerintah, usaha kecil bisa tumbuh menjadi usaha menengah yang mandiri dan berkelanjutan.

Permasalahan usaha mikro dalam produksi minuman yoghurt mencakup berbagai aspek mulai dari teknologi, perizinan, hingga pemasaran. Namun, permasalahan ini bukan hambatan mutlak—melainkan tantangan yang dapat diatasi dengan pendekatan yang tepat seperti pelatihan, dukungan kebijakan, kolaborasi antar pelaku usaha, dan adaptasi terhadap teknologi tepat guna.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author