
TechnologyIndonesia.id – Lemea merupakan makanan khas dari Suku Rejang, suku tertua yang menempati daerah Rejang Lebong, Bengkulu. Aroma dan cita rasa yang unik, membuat lemea juga disukai wisatawan dari luar Bengkulu. Sayangnya, produk lemea cenderung mudah rusak dan tidak bisa disimpan dalam jangka waktu lama.
Lemea terbuat dari bambu muda atau rebung yang dicincang dan dicampur ikan air tawar seperti ikan mujair, sepat, maupun ikan-ikan kecil yang hidup di air tawar. Setelah cincangan rebung yang dicampur dengan ikan tersebut diaduk-aduk, maka adonan tersebut diperam selama tiga hari di dalam wadah yang dilapisi dengan daun pisang dan ditutup rapat (Okfrianti, et al, 2023).
Pemasakan dilakukan untuk mensterilkan adonan lemea sebelum proses pemeraman dan setelah pemeraman lemea dapat dinikmai sebagai lauk yang dimakan dengan nasi. Lemea memiliki aroma khas yang merupakan efek dari pembusukan dari ikan yang dicampur dengan rebung.
Keunikan aroma dan cita rasa yang dihasilkan lemea, menjadikan makanan ini tidak hanya disukai Suku Rejang, namun juga wisatawan dari luar Bengkulu. Namun distribusi ke luar Bengkulu belum dapat dilakukan karena lemea cenderung mudah rusak dan berumur pendek tidak memungkinkan untuk disimpan dalam jangka waktu lama (Liyono et al., 2020).
Meningkatkan Kualitas Lemea
Pemerintah Kabupaten Lebong terus mendorong peningkatan kualitas lemea agar bisa menjadi ikon kuliner khas daerah. Beberapa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Lebong telah melakukan terobosan dengan mengemas produk lemea dalam kemasan jar.
Namun beberapa permasalahan muncul dari penentuan umur simpan, pencantuman informasi gizi pada label, higienitas proses produksi yang berpengaruh terhadap produk, dan teknik pengemasan itu sendiri.
Di sisi lain, kemasan dan label sangat penting sebagai kesan pertama yang akan dilihat oleh calon pembeli. Selain untuk keamanan pangan, kemasan juga bernilai estetis yang akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Teknologi pengemasan juga dapat memberikan kenyamanan bagi pembeli untuk menikmati produk pangan. Teknologi pengemasan akan memberikan peluang untuk daya simpan yang lebih lama sehingga dapat menjamin ketersediaan produk lebih stabil. Penggunaan kemasan yang aman memungkinkan distribusi produk pangan lebih aman dan lebih luas sehingga produsen dapat mengoptimalkan pemasaran dan keuntungan.
UMKM Tunas Bambu merupakan salah satu pelaku usaha yang aktif memproduksi lemea secara tradisional. Seperti banyak UMKM lainnya, produk yang dihasilkan masih menghadapi tantangan dalam aspek pemasaran, khususnya terkait informasi nilai gizi yang belum tersedia dan kemasan produk yang kurang inovatif.
Informasi nilai gizi pada label makanan bukan hanya sebagai bentuk edukasi kepada konsumen, tetapi juga menjadi salah satu syarat utama untuk produk makanan masuk ke pasar modern, baik lokal maupun nasional. Di sisi lain, inovasi pengemasan menjadi kunci dalam menarik perhatian konsumen, menjaga daya tahan produk, dan memperkuat citra merek.
Kemasan produk sebaiknya dilengkapi label yang mencantumkan informasi nilai gizi, sehingga konsumen terbantu dalam mengatur asupan gizinya. Pencantuman informasi nilai gizi diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji (Ratniasih, et al., 2021).
Karena itu diperlukan fasilitasi pembuatan informasi nilai gizi serta penerapan teknologi pengemasan yang tepat sebagai langkah perbaikan mutu dan peningkatan daya simpan produk agar pemasaran produk meningkat.
Informasi Gizi Tingkatkan Kepercayaan Konsumen
Rebung kaya nutrisi protein, asam amino, vitamin, mineral, serta rendah lemak. Selain itu, proses fermentasi menghasilkan bakteri asam laktat, menjadikan lemea berpotensi sebagai makanan probiotik tahan lama.
Bagian terbesar pada produk ini adalah air yang kandungannya mencapai 96%. Hal ini wajar karena penyajian lemea dalam kemasan memang direndam dalam air. Kandungan serat pangan dan mineral dalam produk fermentasi bambu ini cukup signifikan.
Informasi gizi merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian mutu makanan. Dalam produk lemea, kandungan protein dari ikan, serat dari rebung, dan manfaat probiotik dari proses fermentasi dapat menjadi keunggulan kompetitif.
Namun, banyak produk lemea yang beredar di pasaran masih belum menyertakan informasi gizi yang jelas. Melalui analisis laboratorium, produsen dapat menyusun label gizi standar yang mencakup: energi (kkal), karbohidrat (g), protein (g), lemak (g), serat pangan (g), dan natrium (mg).
Label dan informasi gizi gunanya untuk agar produk memenuhi standar dan lebih dipercaya konsumen tetapi juga membuka peluang untuk masuk ke pasar retail modern dan memenuhi syarat sertifikasi pangan.
Inovasi Kemasan: Menjaga Mutu, Menarik Konsumen
Kemasan yang tepat dapat memperpanjang masa simpan lemea, menjaga rasa dan aroma khas, serta melindungi produk dari kontaminasi. Kemasan juga berperan penting dalam menciptakan citra dan nilai jual produk. Beberapa bentuk inovasi kemasan yang dapat diterapkan antara lain kemasan vakum atau kedap udara, untuk menghentikan fermentasi lanjutan dan mencegah pertumbuhan mikroba.
Label informatif dan menarik, mencakup komposisi, informasi gizi, cara penyajian, dan manfaat kesehatan. Desain kemasan beridentitas lokal, misalnya menampilkan motif Rejang atau cerita budaya sebagai daya tarik wisata kuliner.
Membuka Akses Pasar
Dengan peningkatan kualitas melalui informasi gizi dan kemasan, lemea dapat menyesuaikan diri dengan tren konsumen masa kini yang lebih sadar akan kesehatan dan estetika. Hal ini dapat membuka akses pasar yang lebih luas, termasuk supermarket, toko oleh-oleh modern, hingga ekspor ke luar negeri sebagai bagian dari promosi kuliner tradisional Indonesia.
Langkah ini juga berkontribusi terhadap pemberdayaan UMKM lokal, karena dapat meningkatkan nilai tambah produk dan daya saing di pasar terbuka. Peningkatan kualitas lemea melalui penyediaan informasi gizi dan inovasi kemasan adalah strategi penting dalam pelestarian sekaligus komersialisasi makanan tradisional.
Upaya ini tidak hanya mendukung kesehatan konsumen dan kelestarian budaya lokal, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui produk unggulan daerah yang berdaya saing tinggi.
— oOo —
Daftar Pustaka
Okfrianti, Y., Herison, C., Fahrurrozi, F. and Budiyanto, B., 2023. Identification of Lactic Acid Bacteria Isolated from Ethnic Fermented Bamboo Shoot” Lemea” in Bengkulu, Indonesia. Food Research, 7(1), pp.145-150.
Liyoni, D., Dewi, K.H. and Susanti, L., 2020. A study of changes in the quality of Lemea Block in various types of packaging materials during storage. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 425, No. 1, p. 012056). IOP Publishing.
Ratniasih, N.L., Nugraha, D.H. and Vishnu, I.G.A.A.U., 2021. Pelatihan Pengemasan dan Pemberian Label Kemasan Pada IRT Olahan Masakan Cumi. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 3(3), pp.1-7.