Memasuki hari ke-15, Tim dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menemukan lokasi kotak hitam (black box) AirAsia QZ 8501 yang jatuh di Selat Karimata. Berdasarkan survei triangulasi yang dilakukan kapal Java Imperia – milik Offshore Works Indonesia – dan pantauan pinger locator Kapal Baruna Jaya I –milik BPPT– kotak hitam pada Sabtu (10/1) sore diduga kuat berada di koordinat 3o37’20,7” LS (Lintang Selatan) dan 109o42’43” BT (Bujur Timur).
Penemuan itu, menurut Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Ridwan Djamaluddin, berdasarkan penangkapan sinyal “ping” dari kotak hitam oleh alat pendeteksi lokasil sinyal atau pinger locator milik BPPT yang terpasang di dua kapal tersebut.
“Posisi kotak hitam sekitar 4 km sebelah barat daya lokasi ditemukannya sirip atas ekor pesawat,” tambah M Ilyas, Pelaksana Tugas Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT.Data temuan ini kemudian diteruskan ke Kapal Baruna Jaya I, milik BPPT, untuk menelitian lebih lanjut. Baruna Jaya I selain menangkap sinyal kotak hitam juga melakukan survei topografi dasar laut dengan alat multibean echo sounder dan side scene sonar.
“Hasil pemindaian alat tersebut menunjukkan pula citra obyek besar di sumber “ping” yang diduga kuat kotak hitam AirAsia. Obyek besar ini diyakini bagian badan ekor pesawat, tempat kotak hitam terpasang,” urai Ilyas yang juga Kepala seksi Program Baruna Jaya.
Sementara itu, Kapal Trisula yang dilengkapi dengan alat robot penyelam Autonomous Unmanned Vehicle yang dilengkapi kamere, telah merekam gambar puing dan serpihan kapal termasuk obyek yang diduga jasad di dasar laut.
Informasi temuan kotak hitam ini, lanjut Ridwan telah diteruskan ke pihak KNKT, KRI Banda Aceh, dan Basarnas untuk operasi selanjutnya. Dari data koordinat ini akan dilakukan pemasangam alat penanda berupa pelampung yang ditambatkan untuk memudahkan pencarian oleh tim penyelam.
Hari Minggu KNKT Indonesia dan Singapura dengan kapal Dajayat telah ada di lokasi yang diberikan BPPT. Minggu (11/1) dini hari pukul 4.00 WIB kapal Baruna Jaya I menurunkan ROV untuk survei lebih lanjut. Selanjutnya tim dari KRI Banda Aceh pagi hari melakukan operasi penyelaman di lokasi tersebut.
Pencarian kotak hitam ini, diawali dengan informasi yang diberikan Tim KNKT Singapura yang mendeteksi sinyal “ping” dalam pencarian pada areal seluas 200 x 200 meter persegi. Informasi ini kemudian diteruskan ke Kapal Java Imperia yang juga mendeteksi ping di lokasi tersebut. Kapal milik Offshore Works Indonesia yang beroperasi di bawah koordinasi BPPT meneruskan informasi ini ke Kapal Riset Baruna Jaya I.
Dalam jumpa pers di BPPT Jakarta Minggu (11/1) siang, Geodetic Specialist Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Imam Mudita menambahkan bahwa Kapal Baruna Jaya I berhasil merekam sinyal akustik berbunyi “ping” yang diduga berasal dari kotak hitam pesawat AirAsia QZ 8501 pada frekuensi 37.5 kilo hertz (khz).
“Posisi pantulan ‘ping’ datang dari arah 52.1 derajat, jarak 77.7 meter, kedalaman 35 meter,” kata Imam. Dia menjelaskan, Tim Baruna Jaya juga menduga ada gundukan di bawah permukaan air di lokasi yang memantulkan sinyal ping dan diduga berasal dari kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501.
“Dengan sonar itu, seperti ada gundukan di bawah. Apakah itu badan pesawat AirAsia atau bukan perlu penyelaman untuk memastikan,” tegasnya. Imam menegaskan, hasil deteksi kapal Baruna Jaya I melalui pinger locator sangat diyakini sebagai lokasi pinger ataupun kotak hitam AirAsia QZ 8501 karena sudah dua kali divalidasi oleh pinger locator Kapal Baruna Jaya I.
Sementara, Menko Maritim Indroyono Soesilo menyatakan, kotak hitam bisa dikatakan sudah ditemukan jika telah berhasil diambil atau dinaikkan ke atas kapal. “Bisa dikatakan ditemukan kalau sudah diambil, sudah dinaikkan ke atas kapal. Kita butuh penyelaman sampai kedalaman 30 meter,” katanya.
Tim Baruna Jaya menangkap dua sinyal ping di dua tempat yang berbeda sehingga diharapkan dua sinyal itu menjadi lokasi kotak hitam untuk perekam data penerbangan (flight data recorder) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder).
Koordinat dua ping yang terdeteksi memang ada perbedaan sejauh 20 meter antara hasil survei Kapal Baruna Jaya I dan Kapal Java Imperia yang beroperasi di bawah koordinasi Kapal Baruna Jaya.