JAKARTA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Pusat Teknologi Elektronik (PTE) mengembangkan sistem pemantauan penerbangan sipil pada fase pendaratan berbasis ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcast). Inovasi teknologi ini digunakan untuk menghindari kecelakaan di dunia penerbangan.
Direktur PTE-BPPT, Yudi Purwantoro mengatakan teknologi ini mampu memantau pergerakan pesawat dan kendaraan bergerak lainnya di bandara, baik ketika pesawat sedang melakukan approach pendaratan, ketika sudah mendarat, maupun ketika bergerak di sekitar terminal.
Keunggulan ADS-B hasil inovasi BPPT ini harganya lebih terjangkau tanpa mengorbankan kecanggihan. “Inovasi BPPT ini tetap mengedepankan dan menerapkan teknologi terkini,” tegas Yudi dalam acara Media Gathering Deputi TIEM BPPT di Jakarta, Selasa (19/4/2016).
Yudi memaparkan, ADS-B bermanfaat untuk meningkatkan keselamatan dan pelayanan penerbangan dan membantu memonitor posisi pesawat. Alat navigasi ini bisa meminimalisis delay di udara karena petugas ATC (Air Traffic Control) dapat memanage traffic lebih awal. ADS-B juga mengurangi beban komunikasi antara petugas ATC dengan pilot.
ADS-B BPPT, lanjut Yudi, memberikan informasi penerbangan dengan akurat berupa identitas pesawat, koordinat lokasi, ketinggian, kecepatan pesawat dan lain-lain. ADS-B menggunakan sistem Human Machine Interface (HMI) untuk mengolah data dan menampilkan track perjalanan pesawat hingga mendarat.
Menurut Yudi, konfigurasi perangkat utama meliputi antenna, LNA, kabel, ADS-B Receiver, Server, S/W ADS-B monitoring dan HMI. Alat navigasi tersebut dirancang menggunakan komponen yang dapat diperoleh di pasaran. “ADS-B buatan BPPT berbasis software open source atau perangkat lunak berbasis terbuka, sehingga mudah dalam pemeliharaan,” paparnya.
Ia menambahkan, inovasi ini telah mencapai desain purwarupa dan akan diuji fungsi di lapangan dan laboratorium sebagai bagian dari sertifikasi. Yudi berharap teknologi tersebut siap diaplikasikan setelah sertifikasi dan ada industri nasional yang melakukan komersialisasi.
Teknologi ini telah digunakan bandara di Semarang sejak 2012 dan Bandung sejak 2014 hingga sekarang. Sebelumnya, di kedua bandara tersebut komunikasi antara petugas ATC dan pilot menggunakan komunikasi suara. “Penggunaan alat ini bisa mengurangi beban petugas di bandara,” lanjutnya.
Dari hasil testimoni pengguna alat tersebut, ADS-B buatan BPPT memiliki kehandalan yang baik, beroperasi 24 jam tanpa kendala berarti. Akurasi posisi pesawat sangat baik diakui oleh petugas ATC dengan dikonfirmasi posisinya dengan pilot pesawat.
“Selain tampilan HMI yang sangat informatif, daya jangkaunya (coverage) melebihi layanan wilayah ATC. Sistem ADS-B BPPT yang terpasang di Bandung mampu mengatasi kendala halangan (obstacle) pegunungan dalam pemantauan penerbangan,” ungkapnya.
Yudi berharap inovasi ini mendapat dukungan dari pemangku kebijakan terkait, khususnya dalam hal regulasi. “Selain itu, juga ada industri nasional yang siap melakukan komersialisasi,” pungkasnya.