CENGKARENG – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) berhasil mengembangkan produk Automatic Dependent Surveillance – Broadcast (ADS-B) yang mampu mendeteksi pesawat hingga di landasan pacu dan mendeteksi hingga jarak>250 Nm pada ketinggian di atas 29.000 kaki. Hasil uji coba di Bandara Soekarno-Hatta menunjukkan, kualitas dan akurasi perangkat ini setara dengan produk luar negeri.
ADS-B merupakan sistem navigasi dalam dunia penerbangan yang mampu menangkap informasi yang dipancarkan oleh pesawat. ADS-B yang dikembangkan mampu menangkap sinyal dari transponder yang dimiliki setiap pesawat sipil dalam radius 200 mil, sehingga pergerakan pesawat akan terdeteksi.
Saat ini, Indonesia memiliki 31 Ground Station ADS-B yang dapat mencakup seluruh ruang udara Indonesia untuk phase En-route, meliputi 10 Ground Station terintegrasi dengan Jakarta Air Traffic Service Center (JATSC) dan 21 Ground Station terintegrasi dengan Makassar Air Traffic Service Center (MATSC). Namun keseluruhan peralatan ADS-B yang terpasang tersebut merupakan produk luar negeri.
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir mengatakan tugas Kemenristekdikti adalah melakukan riset yang bermanfaat bagi masyarakat baik itu dunia usaha maupun masyarakat umum. Salah satunya, ADS-B hasil riset dari BPPT sebuah LPNK (Lembaga Pemerintah Non Kementerian) di bawah koordinasi Kemenristekdikti.
“Ini sudah tahap delapan menuju sembilan technology readiness level-nya. Karena itu regulasi tentang sertifikasi terhadap produk akan dilakukan Kementerian Perhubungan, sekaligus sebagai penggunanya. Ini suatu kemajuan yang sangat baik karena Indonesia bisa menghasilkan inovasi di bidang radar,” kata Menristekdikti dalam kunjungan kerja ke kantor Airnav Indonesia di JATSC Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, pada Rabu (7/12/2016).
Menristekdikti berharap tahun depan, ADS-B ini sudah jadi produk yang bisa dimanfaatkan oleh Kementerian Perhubungan. Nasir optimis karena saat melihat ujicoba hasilnya memuaskan. “Saya tidak mau hasil inovasi ini punya deviasi yang cukup tinggi dengan kompetitor kita. Deviasinya harus zero. Ternyata semua sama. Artinya teknologi kita mampu bersaing dengan produk luar negeri. Hasilnya sangat-sangat kompetitif,” ungkap Nasir.
Dalam kesempatan tersebut Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menyampaikan apresiasi karena BPPT sudah bisa mengembangkan ADS-B yaitu alat penginderaan pesawat udara yang selama ini masih impor. Departemen Perhubungan dan BPPT sudah mencoba perangkat ini dua bandara di Bandung dan Semarang.
“Saat ADS-B BPPT diperbandingan dengan perangkat yang ada, kemampuannya sama, praktis tidak ada kesalahan dari apa yang telah dilakukan selama dua tahun ini. Artinya, secara kualitas ADS-B ini sudah bisa menjadi suatu barang yang kita gunakan di seluruh Indonesia,” ungkap Budi.
Dalam beberapa minggu ini, Menteri Perhubungan berjanji akan mempersiapkan sertifikasi. “Yang lebih penting lagi adalah bagaimana proses hilirisasi. Kunci keberhasilan suatu produk adalah saat hilirisasi. karena itu, PT INTI kita minta untuk segera melakukan proses produksi. Bahkan kita minta pada tahun 2017 sudah dilakukan produksi perdana,” tegasnya.
Kepala BPPT Unggul Priyanto menerangkan, riset yang dimulai sejak 2007 hingga sekarang telah menghabiskan dana kurang lebih 15 Miliar. Uji coba secara terpisah sudah dilakukan di dua bandara yaitu di Bandung dan Semarang sekitar tiga tahun. “Alat ini bisa dipakai di semua bandara. Ke depan juga bisa dipakai untuk mendeteksi pergerakan yang ada di darat,” lanjutnya.
Unggul mengucapkan terima kasih kepada Menteri Perhubungan yang sudah membuka pintu lebar-lebar untuk menerima dan menguji produk BPPT. “Ke depan tingkat komponen dalam negeri dari hasil-hasil riset yang ada di Indonesia harus bisa kita tingkatkan,” kata Unggul
Pada tahun 2017 ADS-B direncanakan akan diuji coba di Bandara Papua dan selanjutnya akan disertifikasi. ADS-B yang telah disertifikasi akan diproduksi massal oleh PT. INTI untuk digunakan di bandara-bandara yang ada Indonesia.
Dari total 295 bandara di Indonesia, sekitar 255 Bandar Udara non-radar di antaranya berpotensi membutuhkan perangkat ADS-B untuk Mini ATC dan Surface Movement Monitoring, serta penambahan Ground Station di lokasi lain.
Sebagai informasi, desain konfigurasi ADS-B telah memenuhi ED-129, telah di uji fungsi di Laboratorium Navigasi BPPT dan memenuhi ED-129, DO-260B dan Asterix CAT21 v.0.23, 0.26, 2.1. Integrasi ke Testbed di JATSC dilakukan sejak bulan Juni 2016 dan sampai saat ini tidak ada kendala.
PT INTI telah membuat empat unit ADS-B. Dua unit telah dipasang di Menara Pusat Teknologi Elektronika, Puspitek Serpong dan 1 unit akan dipasang di Curug.